Optimasi penggunaan pupuk menjadi salah satu target program Stategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project (SIMURP), lewat program yang diinisiasi Kementerian Pertanian yatu pelatihan pembuatan pupuk kompos organik para petani untuk seoptimal mungkin menggunakan pupuk organik.
Pemimpin Pertanian Kecamatan (PPK) Mattiro Bulu, Pinrang, Sulsel, Azis Thaba dalam keterangannya, Kamis memaparkan, terbatasnya kuota pupuk bersubsidi yang diberikan oleh Pemerintah Pusat pada beberapa tahun terakhir, serta tingginya harga pupuk non subsidi, menjadi permasalahan klasik para petani.
Ia mengatakan pelatihan pembuatankompos berbahan jerami menjadi solusi yang terbaik untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi petani.
Baca juga: Kementan dorong pengembangan Inovasi dongkrak produktivitas dan kesejahteraan petani
Aziz menambahkan, jerami dipilih karena stoknya yang tersedia banyak pada lahan petani. Di samping itu, 70 persen dari pupuk yang digunakan petani pada pertanaman sebelumnya, diserap dan disimpan oleh jerami.
"Kami berharap para petani secara perlahan mulai beralih menggunakan pupuk organik yang lebih ramah lingkungan, dan berkearifan lokal pada tanaman padinya," tambah Aziz.
Sementara itu M. Rais, petani milenial yang menjadi salah satu peserta dari pelatihan, memberikan apresiasi dan menyambut dengan baik kegiatan yang sangat bermanfaat bagi dirinya, juga bagi petani lainnya.
"Sebagai petani, saya menyambut baik dan berterima kasih kepada Program SIMURP dari Kementrian Pertanian yang telah melaksanakan kegiatan pelatihan pembuatan pupuk kompos ini," ucap M. Rais.
Baca juga: Mentan ajak milenial gunakan teknologi untuk kemajuan pertanian
Petani yang juga menjabat sebagai Kepala Dusun ini menambahkan bahwa dengan adanya pelatihan ini, wawasannya pada ilmu pertanian bertambah luas dan menjadikan keinginannya untuk tetap terjun sebagai petani semakin bergairah.
Sementara itu, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) sangat mendukung Program SIMURP, karena melalui CSA yang ramah lingkungungan terbukti dapat meningkatkan produksi dan produktivitas pertanian, meningkatkan Intensitas Pertanian (IP) serta menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK).
Melalui Program SIMURP diharapkan petani penerima manfaat SIMURP dapat meningkatkan produksi dan produktivitas pertanian dengan mengedepankan penggunaan air yang efisien serta tanpa bergantung pada kondisi iklim yang berubah.
Baca juga: Kementan komitmen cetak 2,5 juta petani milenial
Sementara Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan Dedi Nursyamsi, akan terus mengembangkan pertanian yang ramah lingkungan dengan memaksimalkan BPP Kostratani sebagai acuan untuk menciptakan pertanian yang tangguh menghadapi krisis iklim.
Kostratani merupakan penguatan peran dan fungsi BPP yang berbasis teknologi informasi serta mampu memberikan contoh dalam penerapan teknologi CSA.
"Ini tentunya membutuhkan SDM yang berkualitas. Kostratani diharapkan dapat meningkatkan kualitas pangan dan membangun pertanian kita untuk masa mendatang, ujar Dedi.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022
Pemimpin Pertanian Kecamatan (PPK) Mattiro Bulu, Pinrang, Sulsel, Azis Thaba dalam keterangannya, Kamis memaparkan, terbatasnya kuota pupuk bersubsidi yang diberikan oleh Pemerintah Pusat pada beberapa tahun terakhir, serta tingginya harga pupuk non subsidi, menjadi permasalahan klasik para petani.
Ia mengatakan pelatihan pembuatankompos berbahan jerami menjadi solusi yang terbaik untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi petani.
Baca juga: Kementan dorong pengembangan Inovasi dongkrak produktivitas dan kesejahteraan petani
Aziz menambahkan, jerami dipilih karena stoknya yang tersedia banyak pada lahan petani. Di samping itu, 70 persen dari pupuk yang digunakan petani pada pertanaman sebelumnya, diserap dan disimpan oleh jerami.
"Kami berharap para petani secara perlahan mulai beralih menggunakan pupuk organik yang lebih ramah lingkungan, dan berkearifan lokal pada tanaman padinya," tambah Aziz.
Sementara itu M. Rais, petani milenial yang menjadi salah satu peserta dari pelatihan, memberikan apresiasi dan menyambut dengan baik kegiatan yang sangat bermanfaat bagi dirinya, juga bagi petani lainnya.
"Sebagai petani, saya menyambut baik dan berterima kasih kepada Program SIMURP dari Kementrian Pertanian yang telah melaksanakan kegiatan pelatihan pembuatan pupuk kompos ini," ucap M. Rais.
Baca juga: Mentan ajak milenial gunakan teknologi untuk kemajuan pertanian
Petani yang juga menjabat sebagai Kepala Dusun ini menambahkan bahwa dengan adanya pelatihan ini, wawasannya pada ilmu pertanian bertambah luas dan menjadikan keinginannya untuk tetap terjun sebagai petani semakin bergairah.
Sementara itu, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) sangat mendukung Program SIMURP, karena melalui CSA yang ramah lingkungungan terbukti dapat meningkatkan produksi dan produktivitas pertanian, meningkatkan Intensitas Pertanian (IP) serta menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK).
Melalui Program SIMURP diharapkan petani penerima manfaat SIMURP dapat meningkatkan produksi dan produktivitas pertanian dengan mengedepankan penggunaan air yang efisien serta tanpa bergantung pada kondisi iklim yang berubah.
Baca juga: Kementan komitmen cetak 2,5 juta petani milenial
Sementara Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan Dedi Nursyamsi, akan terus mengembangkan pertanian yang ramah lingkungan dengan memaksimalkan BPP Kostratani sebagai acuan untuk menciptakan pertanian yang tangguh menghadapi krisis iklim.
Kostratani merupakan penguatan peran dan fungsi BPP yang berbasis teknologi informasi serta mampu memberikan contoh dalam penerapan teknologi CSA.
"Ini tentunya membutuhkan SDM yang berkualitas. Kostratani diharapkan dapat meningkatkan kualitas pangan dan membangun pertanian kita untuk masa mendatang, ujar Dedi.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2022