Bogor (Antara Megapolitan) - Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian (Kementan) mendorong terciptanya sumber daya manusia pertanian yang terdidik dengan meluncurkan program penumbuhan wirausahawan muda pertanian.
"Program penumbuhan wirausahawan muda pertanian ini merupakan program baru dari BPPSDMP Kementan dalam rangka menghasilkan sumber daya manusia pertanian yang terdidik, mendorong mahasiswa untuk mau turun ke pertanian," kata Kepala Pusat Pendidikan Pertanian BPPSDMP, Gunawan Yulianto dalam pertemuan koordinasi penumbuhan wirausahawan muda pertanian di Kota Bogor Jawa Barat, Kamis.
Ia mengatakan program tersebut telah dimulai tahun 2016 dengan melibatkan tujuh perguruan tinggi mitra, dan sembilan Sekolah Tinggi Penyuluh Pertanian (STPP) serta SMK-PP yang ada di bawah koordinasi BPPSDMP Kementan.
"Tujuh perguruan tinggi mitra dan STPP serta SMK-PP ini nantinya akan memberikan bimbingan, pelatihan, pembinaan dalam bentuk modul pelajaran yang kita susun bersama untuk menumbuhkan minat mahasiswa menjadi seorang agripreneur," katanya.
Program tersebut, lanjut dia, akan berlangsung selama tiga tahun lamanya, dibagi dalam beberapa tahapan yang terukur dan terkontrol pelaksanaannya. Tahun pertama masuk dalam tahap penyadaran dan penumbuhan.
"Tahap penyadaran meliputi persiapan, sosialisasi, seleksi, pembekalan dan penyusunan rencana bisnis. Tahap penumbuhan, dimulai pelaksanaan wirausaha dan pendampingan," katanya.
Tahun kedua, lanjut dia, terdiri dari tahap kemandirian, dimana para peserta PWMP (Penumbuhan Wirausahawan Muda Pertanian) melanjutkan pelaksanaan wirausaha yang telah dirancangnya, mengevaluasi usaha, serta rencana pengembangan usaha.
"Tahap kemandirian ini, ada bimbingan teknis jaminan mutu produk, pendampingan dan temu inovasi wirausahawan muda pertanian," katanya.
Di tahun kedua juga ada tahapan pengembangan yang meliputi lanjutan pelaksanaan wirausaha, pengembangan jejaring usaha, pendampingan dan pemberian penghargaan.
"Tahun kedua dan ketiga juga menjadi tahap persiapan pelaksanaan rencana bisnis yang telah diajukan, akan dibentuk tim nasional, dosen pembimbing dan pembekalan dosen pembimbing," katanya.
Guna memastikan rencana bisnis yang disiapkan bekerja optimal, akan ada tahap kompetisi yang bertujuan mendorong mahasiswa pertanian menjadi agripreneur yang berdayakan dan unggul.
"Di tahun ketiga kita akan lihat kemandirian dan pengembangan rencana bisnis yang telah disiapkan oleh kelompok mahasiswa ini. Bisnis mandiri dan tentunya ada pendampingan," katanya.
Gunawan menjelaskan latar belakang hadirnya program PWMP melihat kondisi pertanian saat ini menghadapi berbagai tantangan salah satunya menurunnya minat para pemuda untuk bekerja pada sektor pertanian.
"Kondisi tersebut dimungkinkan karena kesan pemuda yang salah terhadap pekerjaan sektor tersebut. Mereka mengesankan bekerja di pertanian harus ke sawah bergelut dengan lumpur, tradisional, berada di pedesaan dan terbelakang," katanya.
Selain itu, kenyataan bahwa sebagian besar lulusan perguruan tinggi penyelenggaraan pendidikan cenderung lebih sebagai pencari kerja (jobseeker) daripada pencipta lapangan pekerjaan (jobcreator).
Menurutnya, hal ini juga dimungkinkan karena sistem pembelajaran yang diterapkan saat ini masih terfokus pada bagaimana menyiapkan para mahasiswa yang cepat lulus dan mendapat pekerjaan.
"Sudah saatnya dunia pendidikan kita dorong untuk melahirkan lulusan yang siap menciptakan lapangan pekerjaan," katanya.
Adapun tujuh perguruan tinggi yang terlibat yakni IPB, UGM, Universitas Syahkuala, Universitas Lampung, Universitas Hasanuddin, Universitas Padjajaran dan Universitas Brawijaya.
"Masing-masing perguruan tinggi mitra ini akan mewakili wilayah barat hingga timur Indonesia. Yang kita harapkan, menjadi model percontohan yang dapat menelurkan metode ini ke perguruan tinggi lainnya," kata Gunawan.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016
"Program penumbuhan wirausahawan muda pertanian ini merupakan program baru dari BPPSDMP Kementan dalam rangka menghasilkan sumber daya manusia pertanian yang terdidik, mendorong mahasiswa untuk mau turun ke pertanian," kata Kepala Pusat Pendidikan Pertanian BPPSDMP, Gunawan Yulianto dalam pertemuan koordinasi penumbuhan wirausahawan muda pertanian di Kota Bogor Jawa Barat, Kamis.
Ia mengatakan program tersebut telah dimulai tahun 2016 dengan melibatkan tujuh perguruan tinggi mitra, dan sembilan Sekolah Tinggi Penyuluh Pertanian (STPP) serta SMK-PP yang ada di bawah koordinasi BPPSDMP Kementan.
"Tujuh perguruan tinggi mitra dan STPP serta SMK-PP ini nantinya akan memberikan bimbingan, pelatihan, pembinaan dalam bentuk modul pelajaran yang kita susun bersama untuk menumbuhkan minat mahasiswa menjadi seorang agripreneur," katanya.
Program tersebut, lanjut dia, akan berlangsung selama tiga tahun lamanya, dibagi dalam beberapa tahapan yang terukur dan terkontrol pelaksanaannya. Tahun pertama masuk dalam tahap penyadaran dan penumbuhan.
"Tahap penyadaran meliputi persiapan, sosialisasi, seleksi, pembekalan dan penyusunan rencana bisnis. Tahap penumbuhan, dimulai pelaksanaan wirausaha dan pendampingan," katanya.
Tahun kedua, lanjut dia, terdiri dari tahap kemandirian, dimana para peserta PWMP (Penumbuhan Wirausahawan Muda Pertanian) melanjutkan pelaksanaan wirausaha yang telah dirancangnya, mengevaluasi usaha, serta rencana pengembangan usaha.
"Tahap kemandirian ini, ada bimbingan teknis jaminan mutu produk, pendampingan dan temu inovasi wirausahawan muda pertanian," katanya.
Di tahun kedua juga ada tahapan pengembangan yang meliputi lanjutan pelaksanaan wirausaha, pengembangan jejaring usaha, pendampingan dan pemberian penghargaan.
"Tahun kedua dan ketiga juga menjadi tahap persiapan pelaksanaan rencana bisnis yang telah diajukan, akan dibentuk tim nasional, dosen pembimbing dan pembekalan dosen pembimbing," katanya.
Guna memastikan rencana bisnis yang disiapkan bekerja optimal, akan ada tahap kompetisi yang bertujuan mendorong mahasiswa pertanian menjadi agripreneur yang berdayakan dan unggul.
"Di tahun ketiga kita akan lihat kemandirian dan pengembangan rencana bisnis yang telah disiapkan oleh kelompok mahasiswa ini. Bisnis mandiri dan tentunya ada pendampingan," katanya.
Gunawan menjelaskan latar belakang hadirnya program PWMP melihat kondisi pertanian saat ini menghadapi berbagai tantangan salah satunya menurunnya minat para pemuda untuk bekerja pada sektor pertanian.
"Kondisi tersebut dimungkinkan karena kesan pemuda yang salah terhadap pekerjaan sektor tersebut. Mereka mengesankan bekerja di pertanian harus ke sawah bergelut dengan lumpur, tradisional, berada di pedesaan dan terbelakang," katanya.
Selain itu, kenyataan bahwa sebagian besar lulusan perguruan tinggi penyelenggaraan pendidikan cenderung lebih sebagai pencari kerja (jobseeker) daripada pencipta lapangan pekerjaan (jobcreator).
Menurutnya, hal ini juga dimungkinkan karena sistem pembelajaran yang diterapkan saat ini masih terfokus pada bagaimana menyiapkan para mahasiswa yang cepat lulus dan mendapat pekerjaan.
"Sudah saatnya dunia pendidikan kita dorong untuk melahirkan lulusan yang siap menciptakan lapangan pekerjaan," katanya.
Adapun tujuh perguruan tinggi yang terlibat yakni IPB, UGM, Universitas Syahkuala, Universitas Lampung, Universitas Hasanuddin, Universitas Padjajaran dan Universitas Brawijaya.
"Masing-masing perguruan tinggi mitra ini akan mewakili wilayah barat hingga timur Indonesia. Yang kita harapkan, menjadi model percontohan yang dapat menelurkan metode ini ke perguruan tinggi lainnya," kata Gunawan.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016