Bogor (Antara Megapolitan) - Kementerian Pertanian menyiapkan mahasiswa sebagai tenaga pengawal di lapangan dalam upaya khusus peningkatan produksi pangan agar berjalan optimal.

"Tahun ini program pendampingan upaya khusus lebih difokuskan pada pelatihan dan pemberdayaan tenaga pendamping, yakni dosen, mahasiswa dan supervisor," kata Kepala Pusat Pendidikan Pertanian Heri Suliyanto dalam acara Training of Master Trainer Pendampingan Mahasiswa/Alumni di Sentra Produksi Pangan 2016, di Bogor, Rabu.

Ia mengatakan ada 2.204 mahasiswa, 225 dosen, dan 186 supervisor di 17 provinsi yang akan dilibatkan pada program pendampingan perguruan tinggi dalam upaya khusus peningkatan produksi pangan.

"Ada 15 perguruan tinggi dan 6 Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) di 17 provinsi yang dilibatkan tahun 2016 ini," katanya.

Heri menjelaskan progam pendampingan dalam upaya khusus peningkatan pangan telah berjalan sejak 2015, namun fokusnya berbeda.

Tahun 2015, Kementerian Pertanian fokus pada fisik pembangunan yakni penyaluran alat mesin pertanian, dan pembangunan besar-besaran irigasi.

Dari hasil evaluasi 2014, program tersebut diselenggarakan tanpa dibarengi kesiapan petani dalam menyerap teknologi dan ilmu pengetahuan yang diberikan para pendamping dari perguruan tinggi.

"Tahun ini, kita siapakan agar petani lebih terprogram untuk menjalankan pertanian yang sudah mekanisasi, oleh karena itu memerlukan pendampingan tenagan berpendidikan," katanya.

Persoalan di lapangan dari 40 juta jumlah petani Indonesia tidak dibarengi dengan jumlah penyuluh yang hanya sekitar 50 ribu saja.

Mengatasi hal tersebut, melalui program pendampingan yang berkolaborasi dengan perguruan tinggi negeri, sehingga yang turun ke lapangan benar-benar memberikan pendampingan agar petani lebih siap mengadopsi teknologi pertanian.

Tahap awal, tenaga pendamping kita bekali semacam pelatihan Bimtek, workshop, diawali dari dosen, koordinator penyuluh di lapangan. Nantinya, informasi yang diterima akan dikemas dalam modul yang disampaikan kepada mahasiswa.

"Nanti mahasiswa yang turun disiapkan untuk mengecek apakah bantuan fisik yang diberikan benar dikerjakan, aplikatif dan tepat sasaran dan dimaksimalkan penggunaannya, mahasiswa sebagai pengawal upaya khusus ini," katanya.

Heri menambahkan kesiapan dari program pendampingan tahun ini untuk menjamin upaya khusus sampai ke masyarakat.

Pemerintah telah mengalokasikan dana senilai Rp60 miliar untuk program tersebut, dana tersebut turun dari tahun sebelumnya Rp120 miliar.

"Tahun ini paket hemat, tetapi hebat, karena kita fokus bukan pada luasan lahan pertanian lagi, tetapi pelatihan penguatan kemampuan petani," katanya.

Diharapkan program pendampingan dan pengawalan oleh perguruan tinggi akan dimulai April ini disesuaikan dengan kalender akademik masing-masing perguruan tinggi.

Adapun 15 perguruan tinggi yang terlibat yakni Universitas Syah Kuala, Universitas Sumatera Utara, Universitas Andalas, Universitas Sriwijaya, Universitas Lampung, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, IPB, UGM, Universitas Lambung Mangkurat, Universitas Tanjungpura, Universitas Brawijaya, Universitas Udayana, Universitas Mataram, Universitas Hasanuddin, Universitas Tadulako.

Sedangkan enam STPP, yakni STPP Medan, STPP Bogor, STPP Magelang, STPP Magelang Jurluhtan dan UGM, STPP Malang, STPP Gowa dan STPP Manokwari.

Enam STPP dan 15 perguruan tinggi negeri yang terlibat dalam pendampingan ini berada di sentra produksi pangan, perkebunan, hortikultura dan peternakan yang meliputi delapan komoditas strategis nasional yakni padi, jagung, kedelai, tebu, kakao, cabai, bawang merah, dan sapi potong.

"Tujuan pendampingan mahasiswa ini untuk mendukung kegiatan UPSUS peningkatan produksi pangan dalam arti luas dalam pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan," katanya.

Pewarta: Laily Rahmawati

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2016