Bogor, (Antara Megapolitan) - Penasihat Sosio dan Kebudayaan Kerajaan Malaysia Yang Berbahagia Tan Sri Dr Rais Yatim mengingatkan agar Bangsa Melayu di Indonesia dan Malaysia mempertahankan nilai-nilai budaya bangsa agar tidak sampai diglobalisasikan oleh derasnya arus globalisasi saat ini.
"Satu kata yang harus diingatkan selalu adalah, setiap bangsa dan masyarakat Melayu memiliki keunggulannya. Jadi apabila menghadapi globalisasi, kita jangan sampai diglobalisasikan oleh mereka sehingga budaya melayu kita mati, bahasa kita mati, kemampuan menegakkan budi pekerja mati. Ini harus kita sadari," kata Rais dalam Kuliah Umum di Universitas Djuanda, Bogor, yang bertajuk Merajut Silaturahim Rumpun Melayu Indonesia-Malaysia dalam Membangun Semangat Nusantara, Selasa.
Rais mengatakan, masyarakat Melayu di Indonesia dan Malaysia perlu menuntut ilmu dari Barat dan negara-negara lain, tetapi tetap menjaga budaya bangsa yang sudah turun temurun membentuk karakter kedua bangsa.
"Saya ingatkan betul supaya Bahasa Indonesia dan Melayu terus dijaga. Kandungan budaya kita terus dipelajari, budi di mana, kebijaksaan adat di mana, ketimuran kita bagaimana. Jangan sampai menerima gelombang dari Barat seorang-olah menjadi `Pak Turut`," kata mantan Menteri Penerangan Malaysia tersebut.
Rais menjelaskan, Pak Turut merupakan istilah Melayu yakni pengikut budaya lain dan melupakan budaya sendiri hingga kelestariannya tidak terjadi sehingga jadi diri bangsa pun tidak terjaga.
Menurut mantan Menteri Luar Negeri Malaysia tersebut, globalisasi menjadi persoalan bersama bangsa Melayu untuk menjaga nilai-nilai budaya agar kemelayuan Indonesia dan Malaysia tetap terjaga sebagai negara serumpun yang bersaudara.
Dikatakannya, perguruan tinggi memiliki peran paling penting dalam menjalankan tugas menjaga budaya bangsa agar tidak tergerus oleh arus globalisasi. Melalui ilmu pengetahuan, perguruan tinggi di Malaysia dan Indonesia harus bekerja sama untuk melahirkan generasi muda yang memiliki semangat kebudayaan dan bahasa yang sama.
"Perguruan tinggi berperan untuk itu, melahirkan generasi muda yang memiliki jiwa mencintai budaya, bahasa, agama, dan tidak meniru-niru budaya asing," katanya.
Rais menambahkan, masyarakat Melayu di Indonesia dan Malaysia memiliki modal untuk menjadi negara yang dapat berkembang pesat seperti yang dilakukan oleh Inggris dan Amerika Serikat yang bersatu melalui Bahasa Inggris hingga menjadi negara maju.
"Ini harus kita laksanakan bersama, tidak ada Selat Malaka, tidak ada Selat Jawa, tidak ada perantara, melainkan Bangsa Melayu Indonesia dan Malaysia. Ini harus terus kita suarakan," katanya.
Turut hadir dalam kuliah umum tersebut Prof Fasli Djalal selaku dewan penyantun Universitas Djuanda, Rektor Universitas Djuanda Martin Roestamy, serta sejumlah tamu kehormatan dari Malaysia.
"Kuliah umum ini diharapkan memberikan wawasan kepada mahasiswa tentang hubungan antara Malaysia dan Indonesia bahwa kita merupakan satu rumpun, hanya beda negara saja. Pertemuan ini juga menjadi langkah awal Universitas Djuanda mendunia," katanya.
Sementara itu Dewan Penyantun Universitas Djuanda Fasli Djalal menyebutkan, ikatan antara rakyat Malaysia dan Indonesia dapat menjadi peluang dalam bidang pendidikan yang dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa untuk melakukan studi banding, pertukaran mahasiswa maupun penelitian.
"Meski dalam politik ada gonjang-ganjing diplomasi, tapi diplomasi hati ke hati masyarakat Indonesia dan Malaysia dapat menghilangkan riak-riak tersebut. Sehingga 300 juta penduduk Indonesia dan Malaysia dapat bersatu membangun bangsa Melayu yang maju," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015
"Satu kata yang harus diingatkan selalu adalah, setiap bangsa dan masyarakat Melayu memiliki keunggulannya. Jadi apabila menghadapi globalisasi, kita jangan sampai diglobalisasikan oleh mereka sehingga budaya melayu kita mati, bahasa kita mati, kemampuan menegakkan budi pekerja mati. Ini harus kita sadari," kata Rais dalam Kuliah Umum di Universitas Djuanda, Bogor, yang bertajuk Merajut Silaturahim Rumpun Melayu Indonesia-Malaysia dalam Membangun Semangat Nusantara, Selasa.
Rais mengatakan, masyarakat Melayu di Indonesia dan Malaysia perlu menuntut ilmu dari Barat dan negara-negara lain, tetapi tetap menjaga budaya bangsa yang sudah turun temurun membentuk karakter kedua bangsa.
"Saya ingatkan betul supaya Bahasa Indonesia dan Melayu terus dijaga. Kandungan budaya kita terus dipelajari, budi di mana, kebijaksaan adat di mana, ketimuran kita bagaimana. Jangan sampai menerima gelombang dari Barat seorang-olah menjadi `Pak Turut`," kata mantan Menteri Penerangan Malaysia tersebut.
Rais menjelaskan, Pak Turut merupakan istilah Melayu yakni pengikut budaya lain dan melupakan budaya sendiri hingga kelestariannya tidak terjadi sehingga jadi diri bangsa pun tidak terjaga.
Menurut mantan Menteri Luar Negeri Malaysia tersebut, globalisasi menjadi persoalan bersama bangsa Melayu untuk menjaga nilai-nilai budaya agar kemelayuan Indonesia dan Malaysia tetap terjaga sebagai negara serumpun yang bersaudara.
Dikatakannya, perguruan tinggi memiliki peran paling penting dalam menjalankan tugas menjaga budaya bangsa agar tidak tergerus oleh arus globalisasi. Melalui ilmu pengetahuan, perguruan tinggi di Malaysia dan Indonesia harus bekerja sama untuk melahirkan generasi muda yang memiliki semangat kebudayaan dan bahasa yang sama.
"Perguruan tinggi berperan untuk itu, melahirkan generasi muda yang memiliki jiwa mencintai budaya, bahasa, agama, dan tidak meniru-niru budaya asing," katanya.
Rais menambahkan, masyarakat Melayu di Indonesia dan Malaysia memiliki modal untuk menjadi negara yang dapat berkembang pesat seperti yang dilakukan oleh Inggris dan Amerika Serikat yang bersatu melalui Bahasa Inggris hingga menjadi negara maju.
"Ini harus kita laksanakan bersama, tidak ada Selat Malaka, tidak ada Selat Jawa, tidak ada perantara, melainkan Bangsa Melayu Indonesia dan Malaysia. Ini harus terus kita suarakan," katanya.
Turut hadir dalam kuliah umum tersebut Prof Fasli Djalal selaku dewan penyantun Universitas Djuanda, Rektor Universitas Djuanda Martin Roestamy, serta sejumlah tamu kehormatan dari Malaysia.
"Kuliah umum ini diharapkan memberikan wawasan kepada mahasiswa tentang hubungan antara Malaysia dan Indonesia bahwa kita merupakan satu rumpun, hanya beda negara saja. Pertemuan ini juga menjadi langkah awal Universitas Djuanda mendunia," katanya.
Sementara itu Dewan Penyantun Universitas Djuanda Fasli Djalal menyebutkan, ikatan antara rakyat Malaysia dan Indonesia dapat menjadi peluang dalam bidang pendidikan yang dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa untuk melakukan studi banding, pertukaran mahasiswa maupun penelitian.
"Meski dalam politik ada gonjang-ganjing diplomasi, tapi diplomasi hati ke hati masyarakat Indonesia dan Malaysia dapat menghilangkan riak-riak tersebut. Sehingga 300 juta penduduk Indonesia dan Malaysia dapat bersatu membangun bangsa Melayu yang maju," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015