Gabungan peneliti dari Perhimpunan Ilmu Pemuliaan Indonesia (PERIPI), perusahaan benih PT East West Seed Indonesia (EWINDO) dan IPB University mencatat, Indonesia masih mengalami defisit pemulia tanaman, sehingga peneliti perlu mendapat motivasi dan apresiasi.
Mereka mendorong petani Indonesia turut memperbanyak pemulia tanaman untuk memperkuat ketahanan pangan.
Deputy Managing Director PT EWINDO Afrizal Gindow mengatakan kepada wartawan usai memberikan penghargaan kepada 10 pemulia tanaman terbaik Indonesia di IPB Convention Center, Selasa, secara ideal setiap 5.000 petani semestinya ada satu pemulia tanaman.
Baca juga: Sebanyak 10 pemulia tanaman terbaik Indonesia mendapat penghargaan
Sehingga dengan petani Indonesia saat ini yang berjumlah sekitar 35 juta orang maka seharusnya ada sekitar 7.000 pemulia.
Nyatanya, jumlah pemulia tanaman di Indonesia baru sekitar 1.000 orang dan yang aktif melakukan kegiatan pemuliaan hanya sekitar 250 orang.
Sementara itu, katanya, penduduk Indonesia pada 2025 diperkirakan mencapai lebih dari 270 juta jiwa dan akan melebihi 290 juta jiwa pada 2045.
Jumlah penduduk yang besar itu tentu mendorong peningkatan kebutuhan pangan yang signifikan.
Baca juga: Hari Pangan Se-Dunia, enam pemulia tanaman terima penghargaan
"Orang harus memakan sesuatu yang menarik, tidak mungkin lagi dipaksakan makan banyak tapi tidak menarik, kita ingin ada kesejahteraan petani di ujungnya juga, siapa yang bisa yang melakukannya kalau bukan breeder sebagai cikal bakalnya," kata Afrizal.
Selain itu, menurut dia, secara ekonomi baik saat ini maupun akan datang pasar bagi varietas tanaman pangan baru terbuka lebar.
Ahli pertanian yang mau menjadi pemulia tanaman pangan bukan hanya akan memberikan manfaat sosial namun juga peluang bisins.
"Ini bedanya kalau bicara industri. Industri itu melakukan sesuatu untuk sosial tapi komersialnya selalu ada, karena tidak mungkin industri bertahan lama tanpa ada dampak terhadap komersial," katanya.
Baca juga: Indonesia Butuh Ribuan Pemulia
Di tempat yang sama Pelaksana Harian Rektor IPB University Drajat Martianto mengatakan kolaborasi industri, peneliti dan perguruan tinggi sangat dibutuhkan untuk menghasilkan sinergi alur manfaat hasil penelitian menjadi produk yang bisa dinikmati masyarakat luas.
Keresahan masyarakat mengenai kebutuhan pangan tentu hanya bisa diterjemahkan oleh para pemulia melalui berbagai dukungan.
"Tanpa ada sinergi tidak akan pernah maju, karena masing-masing punya batasan, harus bersama," kata Drajat.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2021
Mereka mendorong petani Indonesia turut memperbanyak pemulia tanaman untuk memperkuat ketahanan pangan.
Deputy Managing Director PT EWINDO Afrizal Gindow mengatakan kepada wartawan usai memberikan penghargaan kepada 10 pemulia tanaman terbaik Indonesia di IPB Convention Center, Selasa, secara ideal setiap 5.000 petani semestinya ada satu pemulia tanaman.
Baca juga: Sebanyak 10 pemulia tanaman terbaik Indonesia mendapat penghargaan
Sehingga dengan petani Indonesia saat ini yang berjumlah sekitar 35 juta orang maka seharusnya ada sekitar 7.000 pemulia.
Nyatanya, jumlah pemulia tanaman di Indonesia baru sekitar 1.000 orang dan yang aktif melakukan kegiatan pemuliaan hanya sekitar 250 orang.
Sementara itu, katanya, penduduk Indonesia pada 2025 diperkirakan mencapai lebih dari 270 juta jiwa dan akan melebihi 290 juta jiwa pada 2045.
Jumlah penduduk yang besar itu tentu mendorong peningkatan kebutuhan pangan yang signifikan.
Baca juga: Hari Pangan Se-Dunia, enam pemulia tanaman terima penghargaan
"Orang harus memakan sesuatu yang menarik, tidak mungkin lagi dipaksakan makan banyak tapi tidak menarik, kita ingin ada kesejahteraan petani di ujungnya juga, siapa yang bisa yang melakukannya kalau bukan breeder sebagai cikal bakalnya," kata Afrizal.
Selain itu, menurut dia, secara ekonomi baik saat ini maupun akan datang pasar bagi varietas tanaman pangan baru terbuka lebar.
Ahli pertanian yang mau menjadi pemulia tanaman pangan bukan hanya akan memberikan manfaat sosial namun juga peluang bisins.
"Ini bedanya kalau bicara industri. Industri itu melakukan sesuatu untuk sosial tapi komersialnya selalu ada, karena tidak mungkin industri bertahan lama tanpa ada dampak terhadap komersial," katanya.
Baca juga: Indonesia Butuh Ribuan Pemulia
Di tempat yang sama Pelaksana Harian Rektor IPB University Drajat Martianto mengatakan kolaborasi industri, peneliti dan perguruan tinggi sangat dibutuhkan untuk menghasilkan sinergi alur manfaat hasil penelitian menjadi produk yang bisa dinikmati masyarakat luas.
Keresahan masyarakat mengenai kebutuhan pangan tentu hanya bisa diterjemahkan oleh para pemulia melalui berbagai dukungan.
"Tanpa ada sinergi tidak akan pernah maju, karena masing-masing punya batasan, harus bersama," kata Drajat.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2021