Indramayu, 16/5 (ANTARA) - Penelitian sebanyak 16 mahasiswa Program Ekowisata Institut Pertanian Bogor dinilai mampu membuka wawasan baru akan identitas kebudayaan lokal yang menjadi potensi unggulan pariwisata di perdesaan.
"Tentu saja kehadiran mahasiswa yang melaksanakan tugas akhir melalui penelitian di berbagai desa itu dapat menjadi rujukan pemerintah daerah untuk dijadikan masukan pengembangan potensi ekowisata yang ada," kata Sekretaris Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Indramayu Akhmad Budiharto di Indramayu, Kabupaten Jawa Barat, Selasa (15/5).
Mewakili Kepala Bappeda Indramayu Apas Fahmi Permana saat pemaparan hasil penelitian 16 mahasiswa Program Ekowisata IPB yang disampaikan melalui seminar sehari, ia menambahkan bahwa kehadiran mahasiswa diharapkan dapat membantu Pemda dan masyarakat menemukan dan mengenali potensi wisata masing-masing desa.
Dalam seminar yang juga dihadiri Ketua Program Keahlian Ekowisata IPB Helianthi Dewi, S.Hut, MSi, serta dua dosen pembimbing Dr Ir Ricky Avenzora, MSc.F.Trop dan Dr Tutut Sunarminto, ia mengharapkan bahwa pada tahun mendatang, kerja sama antara Program Ekowisata IPB dan Pemkab Indramayu dapat dilanjutkan.
"Sehingga apa yang sudah digali adik-adik mahasiswa yang melakukan penelitian untuk tugas akhir itu, bisa ditindaklanjuti dengan lebih mendalam lagi," katanya menegaskan.
Atas keinginan tersebut, dosen pembimbing Ricky Avenzora memberikan penjelaskan bahwa setiap tahun, sekurangnya ada sekitar 150 mahasiswa tingkat diploma, puluhan mahasiswa S1, S2 dan S3 yang memilih program ekowisata, yang siap untuk melakukan riset lanjutan.
"Prinsipnya dari segi ketersediaan sumber daya mahasiswa IPB punya jumlah yang cukup, dan harapan dari Pemkab itu akan kami laporkan kepada pimpinan," katanya.
Bahasa Sunda Lelea
Sementara itu, salah satu pamong budaya dari Desa Lelea, Kecamatan Lelea Suparno dalam sesi memberikan masukan atas sejumlah penelitian mahasiswa itu memberikan apresiasi IPB melalui mahasiswa yang ditugaskan di desa-desa yang tersebar.
"Hasil penggalian potensi budaya di Desa Lelea oleh mahasiswa yang bertugas yakni Risana Sania Rahmawidjaya mampu menghadirkan temuan adanya bahasa daerah yang langka, yakni Sunda Lelea, yang tidak ada di daerah lain," katanya.
Bahasa Sunda Lelea, dalam seminar tersebut mengemuka karena punya ciri khas, yakni adanya intonasi berbeda dari bahasa daerah arus utama di Jawa Barat, dan hingga kini masih dipakai dalam komunikasi sehari-hari warga desa tersebut.
Ricky Avenzora yang menggagas kolaborasi dengan berbagai daerah otonomi di Indonesia untuk mengirimkan mahasiswa tingkat akhir guna melakukan perencanaan ekowisata desa menambahkan bahwa pada tahun 2012, sebagian besar mahasiswa dikirim ke Indramayu.
Selain ke Indramayu, katanya, sebanyak enam mahasiswa dikirim ke Kabupaten Sumba, Provinsi Nusa Tenggara Timur, dan enam mahasiswa ke berbagai kabupaten di Provinsi Maluku Utara.
Dia menjelaskan, pengiriman mahasiswa tersebut berkaitan dengan pelaksanaan kewajiban mahasiswa untuk menyusun tugas akhir dan praktik kerja lapang.
"Mereka akan berada di lapangan selama empat bulan untuk mengidentifikasi berbagai potensi ekowisata desa, baik berupa potensi maupun adat dan budaya," kata doktor lulusan Universitas Goettingen, Jerman itu.
Ia menjelaskan, 16 mahasiswa yang diberangkatkan ke Indramayu tersebut pada awalnya akan diberangkatkan ke Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat.
Namun, kata dia, diputuskan untuk dibatalkan dan diubah ke Indramayu karena kurang seriusnya Pemkab Tanah Datar dalam berkolaborasi selama ini terkait Program Ekowisata IPB.
Sejak tiga tahun terakhir, katanya, Program Ekowisata IPB telah mengirim belasan mahasiswanya setiap tahun ke Kabupaten Tanah Datar untuk menyusun perencanaan "ekowisata nagari".
"Tapi Kabupaten Tanah Datar tampaknya tidak serius dalam berkolaborasi, dan juga tidak disiplin dalam menjalankan hasil-hasil tahun sebelumnya, sehingga kolaborasi dengan Tanah Datar untuk sementara ditangguhkan sampai terwujudnya kembali keseriusan mereka," katanya.
Ia berharap, Pemkab Indramayu bisa tetap komit dan disiplin serta konsisten terkait dengan kerja sama itu.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2012
"Tentu saja kehadiran mahasiswa yang melaksanakan tugas akhir melalui penelitian di berbagai desa itu dapat menjadi rujukan pemerintah daerah untuk dijadikan masukan pengembangan potensi ekowisata yang ada," kata Sekretaris Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Indramayu Akhmad Budiharto di Indramayu, Kabupaten Jawa Barat, Selasa (15/5).
Mewakili Kepala Bappeda Indramayu Apas Fahmi Permana saat pemaparan hasil penelitian 16 mahasiswa Program Ekowisata IPB yang disampaikan melalui seminar sehari, ia menambahkan bahwa kehadiran mahasiswa diharapkan dapat membantu Pemda dan masyarakat menemukan dan mengenali potensi wisata masing-masing desa.
Dalam seminar yang juga dihadiri Ketua Program Keahlian Ekowisata IPB Helianthi Dewi, S.Hut, MSi, serta dua dosen pembimbing Dr Ir Ricky Avenzora, MSc.F.Trop dan Dr Tutut Sunarminto, ia mengharapkan bahwa pada tahun mendatang, kerja sama antara Program Ekowisata IPB dan Pemkab Indramayu dapat dilanjutkan.
"Sehingga apa yang sudah digali adik-adik mahasiswa yang melakukan penelitian untuk tugas akhir itu, bisa ditindaklanjuti dengan lebih mendalam lagi," katanya menegaskan.
Atas keinginan tersebut, dosen pembimbing Ricky Avenzora memberikan penjelaskan bahwa setiap tahun, sekurangnya ada sekitar 150 mahasiswa tingkat diploma, puluhan mahasiswa S1, S2 dan S3 yang memilih program ekowisata, yang siap untuk melakukan riset lanjutan.
"Prinsipnya dari segi ketersediaan sumber daya mahasiswa IPB punya jumlah yang cukup, dan harapan dari Pemkab itu akan kami laporkan kepada pimpinan," katanya.
Bahasa Sunda Lelea
Sementara itu, salah satu pamong budaya dari Desa Lelea, Kecamatan Lelea Suparno dalam sesi memberikan masukan atas sejumlah penelitian mahasiswa itu memberikan apresiasi IPB melalui mahasiswa yang ditugaskan di desa-desa yang tersebar.
"Hasil penggalian potensi budaya di Desa Lelea oleh mahasiswa yang bertugas yakni Risana Sania Rahmawidjaya mampu menghadirkan temuan adanya bahasa daerah yang langka, yakni Sunda Lelea, yang tidak ada di daerah lain," katanya.
Bahasa Sunda Lelea, dalam seminar tersebut mengemuka karena punya ciri khas, yakni adanya intonasi berbeda dari bahasa daerah arus utama di Jawa Barat, dan hingga kini masih dipakai dalam komunikasi sehari-hari warga desa tersebut.
Ricky Avenzora yang menggagas kolaborasi dengan berbagai daerah otonomi di Indonesia untuk mengirimkan mahasiswa tingkat akhir guna melakukan perencanaan ekowisata desa menambahkan bahwa pada tahun 2012, sebagian besar mahasiswa dikirim ke Indramayu.
Selain ke Indramayu, katanya, sebanyak enam mahasiswa dikirim ke Kabupaten Sumba, Provinsi Nusa Tenggara Timur, dan enam mahasiswa ke berbagai kabupaten di Provinsi Maluku Utara.
Dia menjelaskan, pengiriman mahasiswa tersebut berkaitan dengan pelaksanaan kewajiban mahasiswa untuk menyusun tugas akhir dan praktik kerja lapang.
"Mereka akan berada di lapangan selama empat bulan untuk mengidentifikasi berbagai potensi ekowisata desa, baik berupa potensi maupun adat dan budaya," kata doktor lulusan Universitas Goettingen, Jerman itu.
Ia menjelaskan, 16 mahasiswa yang diberangkatkan ke Indramayu tersebut pada awalnya akan diberangkatkan ke Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat.
Namun, kata dia, diputuskan untuk dibatalkan dan diubah ke Indramayu karena kurang seriusnya Pemkab Tanah Datar dalam berkolaborasi selama ini terkait Program Ekowisata IPB.
Sejak tiga tahun terakhir, katanya, Program Ekowisata IPB telah mengirim belasan mahasiswanya setiap tahun ke Kabupaten Tanah Datar untuk menyusun perencanaan "ekowisata nagari".
"Tapi Kabupaten Tanah Datar tampaknya tidak serius dalam berkolaborasi, dan juga tidak disiplin dalam menjalankan hasil-hasil tahun sebelumnya, sehingga kolaborasi dengan Tanah Datar untuk sementara ditangguhkan sampai terwujudnya kembali keseriusan mereka," katanya.
Ia berharap, Pemkab Indramayu bisa tetap komit dan disiplin serta konsisten terkait dengan kerja sama itu.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2012