Dokter Spesialis Ilmu Kesehatan Jiwa dan Konsultan Kesehatan Jiwa Anak Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) dr. Fransiska Kaligis, Sp.KJ(K) menyatakan pandemi COVID-19 berdampak terhadap kesehatan fisik dan mental remaja.

Dokter Chika, panggilan akrab Fransiska Kaligis, dalam webinar di UI Depok, Kamis, saat membawakan materi bertema “Memahami Kesehatan Mental Remaja di Era Pandemi: Persiapan Kembali ke Sekolah” mengingatkan remaja untuk memperhatikan kondisi kesehatan mereka.

Ia menyampaikan bahwa memahami remaja bisa dimulai dengan mendalami perkembangan susunan saraf pusatnya.

"Remaja masih berada dalam masa perkembangan otak terutama bagian pre-frontral sehingga fungsi-fungsinya belum matang dan belum bisa memberikan keputusan seperti halnya orang dewasa," katanya.

Bagian otak tersebut berperan dalam fungsi kognitif dan emosi. Remaja sudah mampu memahami situasi namun masih bersifat egosentris dan cenderung memutuskan secara impulsif (belum bisa melihat dampak ke depan).

Baca juga: UI mendengar dan pahami masukan mahasiswa

"Remaja juga masih dalam pencarian identitas diri. Pertimbangan remaja dalam mengatasi masalah sedang berada pada proses perkembangan," ujarnya.

Perubahan psikososial, neurobiologis sirkuit otak, dan hormonal terjadi di fase remaja, inilah yang turut menjadikan remaja rentan mengalami masalah kesehatan jiwa.

Kondisi ini perlu dipahami oleh orangtua dan orang lain yang berada di sekitar remaja, agar tidak bersikap judgemental atau memberikan label yang menambah perasaan tidak nyaman.

Ia mengatakan gangguan pada kesehatan fisik dan mental remaja di masa pandemi dapat terjadi akibat akumulasi dari berbagai faktor risiko, diantaranya stres atau tekanan takut akan terinfeksi penyakit, rasa takut kehilangan anggota keluarga, masalah ekonomi, kehilangan dukungan keluarga, hilang kesempatan pergi berlibur atau keluar rumah, akses terbatas ke fasilitas layanan kesehatan, kurangnya sosialisasi antar teman, serta kurangnya akses ke sekolah dan fasilitas olahraga.

Dikatakannya akibat aktivitas fisik yang kurang, screen time berlebih karena saat ini semua serba online, pola tidur yang tidak teratur, serta kebiasaan makan yang berubah dapat meningkatkan risiko obesitas dan penyakit kardiovaskular.

Baca juga: UI melatih siswa SMA hidup sehat tanpa hoaks
Baca juga: Visky mahasiswa FHUI ikut sumbang emas renang artistik di PON Papua

Pewarta: Feru Lantara

Editor : Budi Setiawanto


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2021