Jakarta (Antara Megapolitan) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin pagi bergerak menguat sebesar 16 poin menjadi Rp14.674 dibandingkan posisi sebelumnya Rp14.690 per dolar AS.

"Faktor teknikal menjadi salah satu penopang bagi nilai tukar rupiah bergerak positif terhadap dolar AS. Sebagian pelaku pasar mencoba untuk melakukan aksi ambil untung karena kondisi rupiah yang sudah relatif 'undervalue'," kata Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada di Jakarta, Senin.

Kendati demikian, menurut dia, rupiah masih berpotensi kembali mengalami tekanan menyusul belum adanya kepastian kebijakan dari bank sentral AS (the Fed) untuk menaikan suku bunga acuannya. Apalagi, harga komoditas juga masih dalam tren penurunan.

Di sisi lain, lanjut dia, laju rupiah juga belum didukung oleh sentimen dalam negeri, pernyataan Bank Indonesia (BI) yang memprediksi kondisi ekonomi Indonesia sampai 2016 mendatang belum menunjukan perbaikan signifikan, situasi itu akan menahan penguatan rupiah lebih tinggi.

"Neraca transaksi berjalan dan neraca pembayaran Indonesia diperkirakan masih mengalami defisit menyusul arus dana masuk ke dalam negeri diproyeksikan minim akibat ketidakpastian rencana kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika," katanya.

Pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara, Rully Nova menambahkan bahwa penguatan rupiah terhadap dolar AS masih cenderung terbatas karena pelaku pasar masih "wait and see" terhadap kinerja pemerintah dalam menyerap anggaran belanja infrastruktur.

"Mata uang rupiah belum didukung oleh faktor fundamental di dalam negeri, diharapkan paket kebijakan pemerintah yang akan dikeluarkan dalam waktu dekat memberikan kepercayaan pasar bahwa ekonomi nasional mendatang bisa lebih baik," katanya.
    

Pewarta: Zubi Mahrofi

Editor : M. Tohamaksun


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015