Jakarta (Antara Megapolitan) - Jumlah jamaah haji Indonesia  yang wafat pada musim haji 1436 H/2015 Masehi diperkirakan akan terus meningkat dan bahkan bisa melebihi angka dua tahun terakhir.  

Pada musim haji 1436 H/2015, sampai hari ke-18 saja jumlah jamaah haji yang wafat di Tanah Suci sudah mencapai 38 orang (7/9/2015). Dibanding tahun lalu (2014) sampai hari ke-18 jumlah calhaj yang wafat sebanyak 21 orang dan untuk periode yang sama pada 2013 silam mencapai 18 orang.

Catatan Antara, jumlah jumlah jamaah haji yang wafat pada 2014 sebanyak 297 orang, pada 2013 sebanyak 236 orang, pada 2012 sebanyak 428 orang. Hal ini dapat dimaknai bahwa banyaknya jamaah haji yang wafat disebabkan berbagai hal; antara lain karena risiko tinggi dan lanjut usia dan suhu yang kurang bersahabat dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Peningkatan jemaah wafat umumnya terjadi pascawukuf. Wukuf di Arafah pada tahun ini diperkirakan jatuh 24 September 2015.

Jamaah Indonesia, yang untuk tahun 2015 sebanyak 168.000 orang itu,

Penyakit tersebut misalnya berupa gula darah tinggi, hipertensi, penyakit jantung dan lainnya. Seperti juga tahun-tahun sebelumnya, orang-orang yang mengidap penyakit tersebut dikategorikan sebagai jemaah risiko tinggi (Risti).

Selain itu, jemaah haji Indonesia juga sebagian besar adalah lansia (usia lanjut), yang sudah tentu di antara mereka masuk kelompok risiko tinggi atau risti pula.

Dengan begitu, jika jemaah risti dan lansia melakukan pekerjaan berat, sangat dianjurkan untuk menghindarinya. Apa lagi, iklim di Timur Tengah ¿ termasuk kota Mekkah dan Madinah pada musim haji 1436 H sangat panas. Suhu bisa mencapai di atas 46 derajat Celcius.

Penghubung Kesehatan Daerah Kerja (Daker) Mekkah Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) 1436H/2015M Ramon Andrias, di Mekkah, Arab Saudi, membenarkan bahwa pihaknya telah mendapatkan laporan Jemaah yang wafat umumnya seperti itu.

Meningkatnya Jemaah yang wafat di Tanah Suci juga tak lepas dari perilaku jemaah bersangkutan. Ada di antaranya memforsir tenaga untuk berkali-kali melaksanakan umroh. Atau juga bisa terjadi ada Jemaah lansia terpaksa ikut aktivitas di luar lantaran seluruh rombongan meninggalkan pemondokan.

Enerji jemaah terkuras, khususnya lansia dan risti. Ramon berharap pimpinan Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) ikut berperan untuk menjaga anggota jamaahnya untuk tidak terus menerus melaksanakan ibadah sunat, sementara yang wajib terabaikan.

Menteri Agama Lukman Hakim  Saifuddin pun mengingatkan  jemaah haji AGAR menjaga kondisi kesehatan dan tidak menforsir diri sebelum puncak ibadah haji.
    
               Raih mabrur
Jamaah haji Indonesia perlu diingatkan secara terus-menerus.  Menjaga kesehatan penting, dengan harapan haji mabrur dapat digapai. Tentang hal ini, jajaran Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi tak bosan-bosan mengingatkan akan pentingnya menjaga kesehatan.

Jamaah haji Indonesia harus banyak minum. Jangan takut pipis karena minum terlalu banyak.

"Orang Indonesia tergolong tahan panas, tapi dengan kelembaban di daerah sana yang rendah maka dapat membuat jemaah dehidrasi," kata Ramon.

Dehidrasi terjadi karena adanya gangguan dalam keseimbangan cairan pada tubuh.  Pengeluaran air lebih banyak daripada pemasukan, utamanya minum.

Ramon menjelaskan bahwa ketika suhu tubuh seseorang melebihi 40 derajat Celsius,maka bisa saja terjadi "heat stroke". Hal ini berawal akibat paparan panas ketika jemaah haji banyak melakukan aktivitas di ruang terbuka.

"Karena itu, jangan merasa takut untuk minum air putih," imbaunya.

Imbauan serupa juga disampaikan tatkala calon jamaah haji hendak bertolak ke Tanah Suci. Gubernur, wali  kota, bupati hingga kanwil menyampaikan hal yang sama ketika melepas jamaah di sejumlah embarkasi di Tanah Air. Tapi, soal ini, pesan itu harus disampaikan terus- menerus.
   
               Waspadai Mers-Cov
Meskipun petugas PPIH Arab Saudi 1436 H kini mengonsentrasikan pelayanan kepada kesehatan jamaah haji, bukan berarti melepaskan perhatian kepada penyakit menular yang hingga kini teru- menerus dipantau jajaran Kementerian Kesehatan.

Menkes Nila F. Moeloek menyatakan akan terus memberi perhatian khusus kepada kelompok masyarakat tertentu yang mempunyai risiko lebih besar untuk terinfeksi penyakit MERS-CoV, yaitu pelaku perjalanan umrah dan haji.

Hal ini memang tidak pernah lepas dari perhatian Menkes. Sebab, dari pengumuman yang pernah dipublikasikan tercatat 30 kasus Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS CoV(+)) di Korea Selatan, dua diantaranya meninggal dunia. Di seluruh dunia ada 1.161 kasus MERS CoV (di lebih dari 20 negara, sebagian besar di Arab Saudi dan Timur Tengah lainnya, di Asia ada di Korea Selatan, Tiongkok dan Malaysia).

Terungkap bahwa sebanyak 436 di antaranya meninggal dunia. Hal ini dapat dimaknai bahwa MERS CoV masih menjadi ancaman bagi kesehatan jemaah haji dari seluruh dunia

Gejala MERS CoV antara lain berupa batuk, demam dan sesak napas. Untuk itu pulalah diimbau kepada masyarakat Indonesia yang tengah menunaikan ibadah haji untuk rajin cuci tangan pakai sabun (CTPS), karena sudah terbukti kegiatan ini menurunkan penularan MERS CoV.

Nila Moeloek pun berpesan agar jamaah memakai masker bila keluar penginapan menuju tempat yang ramai. Selain itu jemaah calon haji Indonesia tidak berfoto bersama unta selama berada di Tanah Suci Mekkah, berprilaku hidup bersih, serta tidak berada di tempat keramaian khususnya Rumah Sakit bila dianggap tidak perlu, karena Rumah sakit terkadang justru awal mula penyebaran MERS-CoV seperti yang terjadi di Korea Selatan dan di Riyadh Saudi Arabia.    

Larangan-larangan tersebut dimaksudkan pula untuk mencegah penularan penyakit MERS-CoV.  

Pewarta: Edy Supriatna Sjafei

Editor : M. Tohamaksun


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015