Kotabaru (Antara Megapolitan) - Keindahan terumbu karang dan biota laut di Pulau Kunyit, Kecamatan Pulaulaut Tanjung Slayar, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan, sebanding dengan Pulau Bali.

"Keindahan terumbu karang, biota laut Pulau Kunyit belum diketahui banyak wisatawan, karena infrastruktur jalan menuju ke pulau tersebut belum mendukung," kata tim identifikasi dan pemetaan potensi Pulau Kunyit, Kotabaru, Baharuddin, di Kotabaru, Kamis.

Menurut Bahar,Pulau Kunyit memiliki potensi wisata alam dan budaya yang dapat dikembangkan untuk peningkatan perekonomian masyarakat setempat.

Potensi wisata tersebut seperti, terumbu karang dan keanekaragaman ikan karang, gerombolan ikan pelagis, hutan tropis dan perbukitan, menara mercu suar peninggalan jaman Belanda dan pantai berbatu.

Namun potensi wisata yang cukup besar itu, lanjut Bahar, belum dikelola baik oleh pemerintah daerah maupun masyarakat setempat.

Sementara jarak pulau yang cukup dekat dengan ibukota kecamatan dan sarana transportasi yang belum tersedia menjadi kendala bagi pengembangan obyek wisata yang ada di Pulau Kunyit.

Dikatakan, sarana transportasi menuju Pulau Kunyit dari daratan utama Pulaulaut, baik dari Teluk Tamiang atau ibukota Kecamatan Pulaulaut Tanjung Selayar secara reguler belum tersedia.

Untuk menuju ke Pulau Kunyit hanya dapat dilakukan dengan menggunakan kapal nelayan dalam bentuk calter dengan biaya kisaran Rp100.000-Rp300.000 atau menumpang kapal nelayan ketika ada kegiatan di Pulaulaut.

Pada 2013, ada bantuan hibah kapal dari Pemkab Kotabaru untuk sarana transportasi murid sekolah dan masyarakat, akan tetapi kapal ini tidak dapat berfungsi dengan baik.

Hal itu disebabkan ukuran kapal yang cukup besar (5 gross tonase) dengan dermaga di teluk tamiang pada saat surut kapal tidak dapat merapat, sehingga penumpang harus berjalan kaki dan hal ini bagi murid sekolah sangat memberatkan, kapal hibah tersebut akhirnya mangkrak dan rusak.

Sementara jalan permukiman di Pulau Kunyit hany berupa jalan semen dengan lebar 1-2 meter, sedangkan jalan menuju lokasi mercu suar maupun daerah kebun masyarakat baru berupa jalan tanah pengerasan dengan kemiringan yang cukup curam.

Kondisi ini menyebabkan pada musim penghujan cukup licin, Alat transportasi untuk mengangkut barang atau hasil tangkapan nelayan hanya menggunakan gerobak dorong.

"Belum lagi dengan dengan sarana penerangan listrik, sebagian masyarakat di Pulau Kunyit menggunakan penerangan dari mesin genset yang dihidupkan mulai pukul 18.00 Wita-21.00 Wita dengan biaya BBM sebesar Rp1.000.000 per bulan," tambahnya.

Begitu juga dengan sarana air bersih, dan sarana telekomunikasi, semunya masih sangat terbatas, bahkan belum tersedia sesuai standar. Hal itu membuat masyarakat yang menempati Pulau Kunyit dengan luas sekitar 115 hektare tersebut perlu perhatian.

"Potensi wisata dan potensi pendapatan dari sektor perikanan di pulau tersebut bisa menjadi sumber pendapatan asli daerah," tambah Kabid Pesisir Laut dan Pulau-pulau Kecil Dinas Kelautan dan perikanan kalimantan Selatan H Winarno.

Namun pemerintah daerah atau pusat harus membangun sarana jalan menuju lokasi tersebut, serta membangun infrastruktur yang lainnya di pulau tersebut, tambah seorang narasumber pada sosialisasi identifikasi dan pemetaan potensi Pulau Kunyit dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Lambung Mangkurat (unlam) Banjarmasin Hamdani.

Pewarta: Imam Hanafi

Editor : M. Tohamaksun


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015