Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melalui Stasiun Meteorologi Citeko, Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, memprediksi tahun ini akan didominasi cuaca hujan efek dari fenomena La Nina.
"Cuaca hujan agak lebih panjang tahun ini memang. Udara lapisan atmosfer di atas (udara) ini masih lembab uap airnya," ungkap Kepala Stasiun Meteorologi BMKG Citeko, Fatuhri Syabani, saat dihubungi Antara di Bogor, Jumat.
Baca juga: Cuaca ekstrim, BMKG imbau warga Bogor tenang dan waspada
Baca juga: BMKG Bogor memprediksi puncak musim hujan terjadi Januari-Februari 2021
Menurutnya, kemarau yang idealnya berlangsung di bulan Mei atau awal Juni, tahun ini diprediksi mundur, yakni akhir Juni, sehingga berlangsungnya kemarau diperkirakan hanya sebentar.
"Kemarau bisa dikatakan agak mundur, bisa Juni pertengahan atau akhir," ujarnya.
Fatuhri menyebutkan bahwa efek dari Fenomena La Nina menyebabkan permukaan laut di sekitar Indonesia masih hangat, sehingga kandungan uap airnya masih banyak di udara.
"Jadi begitu ada gangguan sedikit saja di udara, akan menjadi awan-awan berpotensi hujan lebat disertai petir dan angin kencang," ujar Fatuhri.
Baca juga: BMKG: Curah hujan makin meningkat mendekati akhir Desember
Ia mengatakan La Nina bukan kali pertama terjadi, melainkan sudah beberapa kali dan menyebabkan bencana khususnya di wilayah Kabupaten Bogor.
"Yang lebih parah tahun 2010 secara global di Indonesia hampir semua wilayah curah hujan ekstrem, itu juga La Nina. Itu La Nina paling ekstrem tercatat sepanjang sejarah di dunia," tuturnya.*
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2021
"Cuaca hujan agak lebih panjang tahun ini memang. Udara lapisan atmosfer di atas (udara) ini masih lembab uap airnya," ungkap Kepala Stasiun Meteorologi BMKG Citeko, Fatuhri Syabani, saat dihubungi Antara di Bogor, Jumat.
Baca juga: Cuaca ekstrim, BMKG imbau warga Bogor tenang dan waspada
Baca juga: BMKG Bogor memprediksi puncak musim hujan terjadi Januari-Februari 2021
Menurutnya, kemarau yang idealnya berlangsung di bulan Mei atau awal Juni, tahun ini diprediksi mundur, yakni akhir Juni, sehingga berlangsungnya kemarau diperkirakan hanya sebentar.
"Kemarau bisa dikatakan agak mundur, bisa Juni pertengahan atau akhir," ujarnya.
Fatuhri menyebutkan bahwa efek dari Fenomena La Nina menyebabkan permukaan laut di sekitar Indonesia masih hangat, sehingga kandungan uap airnya masih banyak di udara.
"Jadi begitu ada gangguan sedikit saja di udara, akan menjadi awan-awan berpotensi hujan lebat disertai petir dan angin kencang," ujar Fatuhri.
Baca juga: BMKG: Curah hujan makin meningkat mendekati akhir Desember
Ia mengatakan La Nina bukan kali pertama terjadi, melainkan sudah beberapa kali dan menyebabkan bencana khususnya di wilayah Kabupaten Bogor.
"Yang lebih parah tahun 2010 secara global di Indonesia hampir semua wilayah curah hujan ekstrem, itu juga La Nina. Itu La Nina paling ekstrem tercatat sepanjang sejarah di dunia," tuturnya.*
Editor : Naryo
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2021