Citeureup, Bogor, (Antara Megapolitan) - PT Indocement Tunggal Prakarasa (HeidelbergCement Group) mengembangkan "I-SHELTER" yakni sebuah pusat pendidikan latihan khusus guna membangun budaya baru terkait keselamatan kerja.
"Jadi, `I-SHELTER` bukan sekadar membangun infrastruktur atau monumen fisik, namun lebih dari itu, yaitu membangun budaya, karakter dan menjadi monumen sosial di bidang keselamatan, kesehatan dan lingkungan yang sejalan dengan moto Indocement `Better Shelter for a Better Life`," kata Direktur Utama Indocement Christian Kartawijaya di Citeurerup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa.
Ketika meresmikan Indocement-Safety Health Environment Learning Center (I- SHELTER), ia berharap pusat pendidikan dan latihan (Pusdiklat) dengan label dan predikat yang sangat memikat dapat menjadi tempat bernaung dalam membangun budaya keselamatan, kesehatan dan lingkungan.
Ia mengemukakan sudah merupakan suatu keharusan bagi Indocement untuk senantiasa menjalankan perusahaan dengan selalu mematuhi undang-undang, peraturan yang berlaku dan standar yang relevan.
Seperti diketahui, katanya, begitu banyak regulasi terkait keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan, namun perlu disadari pula bahwa tidaklah mudah memahami dan menjalankannya.
"Namun lebih dari itu, kesadaran dan komitmen serta upaya yang terus menerus untuk memberikan pembinaan dan pelatihan, saya percaya keberhasilan menjadi sebuah keniscayaan," katanya.
Sebagai perusahaan yang ambil bagian dalam "Cement Sustainability Initiative" (CSI),Indocement dituntut untuk bersama-sama memiliki komitmen dan membangun standar industri semen yang telah menjadi kesepakatan seluruh anggota CSI, salah satunya adalah komitmen dan standar keselamatan kerja yang patut dilaksanakan.
Di antaranya adalah memastikan kondisi kerja yang aman dan sehat bagi karyawan dan kontraktor di pabrik semen menjadi prioritas utama CSI, di mana snggota CSI harus lebih banyak memberikan perhatian terkait keselamatan dan kesehatan kerja kepada seluruh industri.
Kemudian, motto CSI "Aiming for Zero" bertujuan untuk mencapai "Zero Fatality" di seluruh anggota CSI.
Meskipun ini merupakan tantangan keselamatan yang ambisius untuk industri semen, namun keberhasilannya sangatlah penting.
Kondisi demikian, katanya, sejalan dengan "HeidelbergCement Group Ambitious Target 2020" yaitu "Strives for Zero Accidents, Injuries and Occupational Illnesses", melalui pengembangan budaya positif keselamatan dan kesehatan kerja, perbaikan berkelanjutan dalam kinerja keselamatan dan kesehatan kerja di seluruh unit operasi, penilaian risiko serta program terkait untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat untuk seluruh karyawan maupun kontraktor.
Evaluasi
Christia Kartawijaya mengajak semua pihak sejenak mengevaluasi kinerja keselamatan kerja di seluruh unit operasi Indocement sampai dengan akhir Mei 2015, di mana Lost Time Injury (LTI) Frequency Indocement sebanyak tiga kasus dengan kehilangan hari kerja sebanyak 40 hari.
LTI adalah kehilangan jam kerja akibat kecelakaan.
Pada periode yang sama pada 2014, kata dia, LTI Frequency sebanyak tiga kasus dengan kehilangan hari kerja sebanyak lima hari.
Disampaikannya bahwa kinerja keselamatan selama 2015 yang kurang menggembirakan itu disebabkan terjadinya kecelakaan yaitu tersembur material panas di Raw Mill Plant 6 dan tersengat listrik di terminal semen Tanjung Priok.
"Hal ini menjadi keprihatinan dan perhatian kita semua untuk selanjutnya semakin memacu diri kita dalam melakukan upaya pencegahan secara terus menerus melalui pengembangan program keselamatan," katanya.
Pihaknya menyadari bahwa mengubah suatu budaya bukanlah pekerjaan yang mudah, dan perlu niat yang kuat serta upaya yang keras dan dijalankan terus menerus.
Oleh karena itu Indocement dalam upaya menuju "World Class Safety Culture", telah dan sedang mengembangkan serta melakukan program keselamatan kerja secara terus menerus dan konsisten.
Salah satunya adalah bekerjasama dengan Dupont Indonesia untuk program "Strengthening Safety Culture", di mana secara vertikal program ini dilakukan melalui "Felt Leadership Program" dan pembentukan "Corporate Safety Committee",
Sedangkan secara horizontal dengan "Managing High Risk" dalam upaya pembangunan budaya keselamatan dan pencegahan kecelakaan.
Selain itu, Indocement telah berinisiatif untukmengembangkan program keselamatan, antara lain "Contractor Safety Management System", "Life Saving Rules", dan yang terbaru adalah I- SHELTER.
"Semua ini kita jalankan dengan penuh rasa tanggung jawab dan tujuan mulia serta satu tekad untuk mencapai `Strives for Zero Accidents` dan `Indocement World Class Safety Culture`," katanya.
Ia menambahkan pembangunan I-SHELTER bukan merupakan tujuan akhir, tetapi bagaimana dapat memastikan setiap karyawan dan kontraktor yang bekerja di Indocement memiliki pemahaman yang sama tentang budaya keselamatan kerja Indocement.
Termasuk di dalamnya prinsip, panduan dan prosedur keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan, sehingga mengenali potensi bahaya, risiko dan pengendaliannya, yang pada akhirnya dapat menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat, selamat setiap saat, demikian Christian Kartawijaya.
Sementara itu, Direktur SDM Indocement Kuky Permana menambahkan bahwa guna membangun budaya baru dalam keselamatan kerja itu dibutuhkan komitmen semua pihak, baik manajemen, karyawan dan juga kontraktor.
"Khususnya bagi kontraktor yang jumlahnya ribuan, ini menjadi `concern` kami agar punya pemahaman yang sama mengenai standar keselamatan kerja," katanya.
Usai pembukaan I-SHELTER kemudian dilanjutkan dengan demonstrasi mengenai keselamatan kerja di berbagai divisi.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015
"Jadi, `I-SHELTER` bukan sekadar membangun infrastruktur atau monumen fisik, namun lebih dari itu, yaitu membangun budaya, karakter dan menjadi monumen sosial di bidang keselamatan, kesehatan dan lingkungan yang sejalan dengan moto Indocement `Better Shelter for a Better Life`," kata Direktur Utama Indocement Christian Kartawijaya di Citeurerup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa.
Ketika meresmikan Indocement-Safety Health Environment Learning Center (I- SHELTER), ia berharap pusat pendidikan dan latihan (Pusdiklat) dengan label dan predikat yang sangat memikat dapat menjadi tempat bernaung dalam membangun budaya keselamatan, kesehatan dan lingkungan.
Ia mengemukakan sudah merupakan suatu keharusan bagi Indocement untuk senantiasa menjalankan perusahaan dengan selalu mematuhi undang-undang, peraturan yang berlaku dan standar yang relevan.
Seperti diketahui, katanya, begitu banyak regulasi terkait keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan, namun perlu disadari pula bahwa tidaklah mudah memahami dan menjalankannya.
"Namun lebih dari itu, kesadaran dan komitmen serta upaya yang terus menerus untuk memberikan pembinaan dan pelatihan, saya percaya keberhasilan menjadi sebuah keniscayaan," katanya.
Sebagai perusahaan yang ambil bagian dalam "Cement Sustainability Initiative" (CSI),Indocement dituntut untuk bersama-sama memiliki komitmen dan membangun standar industri semen yang telah menjadi kesepakatan seluruh anggota CSI, salah satunya adalah komitmen dan standar keselamatan kerja yang patut dilaksanakan.
Di antaranya adalah memastikan kondisi kerja yang aman dan sehat bagi karyawan dan kontraktor di pabrik semen menjadi prioritas utama CSI, di mana snggota CSI harus lebih banyak memberikan perhatian terkait keselamatan dan kesehatan kerja kepada seluruh industri.
Kemudian, motto CSI "Aiming for Zero" bertujuan untuk mencapai "Zero Fatality" di seluruh anggota CSI.
Meskipun ini merupakan tantangan keselamatan yang ambisius untuk industri semen, namun keberhasilannya sangatlah penting.
Kondisi demikian, katanya, sejalan dengan "HeidelbergCement Group Ambitious Target 2020" yaitu "Strives for Zero Accidents, Injuries and Occupational Illnesses", melalui pengembangan budaya positif keselamatan dan kesehatan kerja, perbaikan berkelanjutan dalam kinerja keselamatan dan kesehatan kerja di seluruh unit operasi, penilaian risiko serta program terkait untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat untuk seluruh karyawan maupun kontraktor.
Evaluasi
Christia Kartawijaya mengajak semua pihak sejenak mengevaluasi kinerja keselamatan kerja di seluruh unit operasi Indocement sampai dengan akhir Mei 2015, di mana Lost Time Injury (LTI) Frequency Indocement sebanyak tiga kasus dengan kehilangan hari kerja sebanyak 40 hari.
LTI adalah kehilangan jam kerja akibat kecelakaan.
Pada periode yang sama pada 2014, kata dia, LTI Frequency sebanyak tiga kasus dengan kehilangan hari kerja sebanyak lima hari.
Disampaikannya bahwa kinerja keselamatan selama 2015 yang kurang menggembirakan itu disebabkan terjadinya kecelakaan yaitu tersembur material panas di Raw Mill Plant 6 dan tersengat listrik di terminal semen Tanjung Priok.
"Hal ini menjadi keprihatinan dan perhatian kita semua untuk selanjutnya semakin memacu diri kita dalam melakukan upaya pencegahan secara terus menerus melalui pengembangan program keselamatan," katanya.
Pihaknya menyadari bahwa mengubah suatu budaya bukanlah pekerjaan yang mudah, dan perlu niat yang kuat serta upaya yang keras dan dijalankan terus menerus.
Oleh karena itu Indocement dalam upaya menuju "World Class Safety Culture", telah dan sedang mengembangkan serta melakukan program keselamatan kerja secara terus menerus dan konsisten.
Salah satunya adalah bekerjasama dengan Dupont Indonesia untuk program "Strengthening Safety Culture", di mana secara vertikal program ini dilakukan melalui "Felt Leadership Program" dan pembentukan "Corporate Safety Committee",
Sedangkan secara horizontal dengan "Managing High Risk" dalam upaya pembangunan budaya keselamatan dan pencegahan kecelakaan.
Selain itu, Indocement telah berinisiatif untukmengembangkan program keselamatan, antara lain "Contractor Safety Management System", "Life Saving Rules", dan yang terbaru adalah I- SHELTER.
"Semua ini kita jalankan dengan penuh rasa tanggung jawab dan tujuan mulia serta satu tekad untuk mencapai `Strives for Zero Accidents` dan `Indocement World Class Safety Culture`," katanya.
Ia menambahkan pembangunan I-SHELTER bukan merupakan tujuan akhir, tetapi bagaimana dapat memastikan setiap karyawan dan kontraktor yang bekerja di Indocement memiliki pemahaman yang sama tentang budaya keselamatan kerja Indocement.
Termasuk di dalamnya prinsip, panduan dan prosedur keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan, sehingga mengenali potensi bahaya, risiko dan pengendaliannya, yang pada akhirnya dapat menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat, selamat setiap saat, demikian Christian Kartawijaya.
Sementara itu, Direktur SDM Indocement Kuky Permana menambahkan bahwa guna membangun budaya baru dalam keselamatan kerja itu dibutuhkan komitmen semua pihak, baik manajemen, karyawan dan juga kontraktor.
"Khususnya bagi kontraktor yang jumlahnya ribuan, ini menjadi `concern` kami agar punya pemahaman yang sama mengenai standar keselamatan kerja," katanya.
Usai pembukaan I-SHELTER kemudian dilanjutkan dengan demonstrasi mengenai keselamatan kerja di berbagai divisi.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015