Bogor, (Antara Megapolitan) - Peneliti dari Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner IPB Surachmi Setyaningsih Ph.D mengatakan Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus atau Mers-CoV dapat menginfeksi manusia dengan perantaraan hewan.

"Jika seseorang tertular dari orang lain dan bila tidak segera mendapat pengobatan dan perawatan medis bisa menyebabkan kematian," katanya dalam diskusi tentang penyakit hewan di Kampus IPB Dermaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin.

Ia menjelaskan, MERS-CoV atau penyakit pernafasan akut pertama kali ditemukan di Timur Tengah, seperti Yordania, Qatar, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab. Dari beberapa kasus, pembawa virus ini hingga ke luar Timur Tengah adalah orang yang pernah berkunjung ke wilayah tersebut dan orang yang rentan terkena rata-rata berusia lanjut, serta memiliki daya tahan tumbuh yang lemah.

"Penyakit MERS-CoV ini merupakan penyakit yang biasa ditemukan pada hewan. Penyakit ini ditemukan menginfeksi manusia melalui perantara hewan," katanya.

Menurutnya, saat ini penyebaran virus cara penularaan MERS-CoV sangat mudah dari orang yang terinfeksi penyakit tersebut kepada orang yang sehat. Sebagian besar orang yang terinfeksi MERS-CoV berkembang menjadi penyakit saluran pernapasan akut.

"Gejalanya demam, batuk dan nafas pendek. Sekitar separuh dari jumlah penderita meninggal," katanya.

Ia mengatakan, sebagian dari penderita dilaporkan menderita penyakit saluran pernafasan tingkat sedang. Satu-satunya gejala yang sering dialami, seluruh pasien mengalami deman di atas 30 derajat Celcius atau sekitar 100,4 derajat Farenheight.

Gejala tersebut, lanjut dia, biasanya muncul dua hingga 10 hari setelah terekspos, tetapi ada juga yang dilaporkan mengalami gejala tersebut pada hari ke-13.

Dikatakannya, pada kebanyakan kasus gejala biasanya muncul antara dua hingga tiga hari. Sedangkan tanda fisik, tidak begitu kelihatan dan mungkin tidak ada. Namun, gejala bisa diketahui apabila orang mengalami tachypnea (nafas cepat). Kemudian, pernafasan tidak teratur dan mempengaruhi tingkat kesadaran yang menurut menyebabkan pusing.

"Sampai saat ini belum ada obat atau vaksin untuk penyakit ini," katanya.

Surachmi mengatakan, Pemerintah Indonesia telah melakukan upaya pencegahan melalui Kementerian Kesehatan yang menyarankan kepada orang yang pergi haji atau umroh ke Tanah Suci Mekkah untuk menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan makan bergizi, istirahat cukup, rajin mencuci tangan menggunakan sabun, dan sedapat mungkin menggunakan masker bila sedang dalam kerumunan orang.

Bagi calon jemaah yang memiliki penyakit kronis seperti diabetes militus, jantung, paru, gangguan ginjal atau penyakit lainnya perlu melakukan pengecekan ke dokter sebelum berangkat ke Tanah Suci dan menggunakan obat rutinnya secara teratur.

"Bila selama di Arab ada keluhan batuk, demam dan sesak nafas yang cepat memburuk dalam satu atau dua hari, segera konsultasikan ke petugas kesehatan setempat," katanya.

Ia menambahkan, apabila dalam kurun waktu 14 setelah sampai di Tanah Air masih mengalami keluhan batuk, demam, sesak nafas yang cepat semakin memburuk, maka dianjurkan berkonsultasi kepada petugas kesehatan dengan memberitahukan baru pulang dari Tanah Suci.

Karena penyakit MERS-CoV ini mungkin saja berubah dari hari ke hari. Maka, bila memang memiliki rencana umroh atau pergi ke Timur Tengah agar selalu mengikuti informasi terakhir tentang perkembangan virus ini," katanya.

Pewarta: Laily Rahmawati

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015