Jakarta (Antara Megapolitan) - Lokasi terparah akibat gempa di Nepal disisir relawan gabungan organisasi relawan kesehatan "Medical Emergency Rescue Committee" (MER-C) Indonesia dan Perhimpunan Penempuh Rimba dan Pendaki Gunung, Wanadri, Selasa.
"Pukul 10.00 waktu setempat pada hari ini, tim mulai bergerak ke lokasi gempa terparah di Nepal," kata Manajer Operasional MER-C Rima Manzanaris di Jakarta, Selasa petang.
Ia menjelaskan bahwa untuk efektifitas kerja, tim dibagi menjadi dua.
Tim pertama yang terdiri atas lima relawan, yaitu dokter spesialis, perawat bedah, logistik, "rescue" dan pendata bergerak ke wilayah Lalitpur yang berjarak sekitar 1,5 jam dari Kota Kathmandu.
Mereka akan melakukan "assessment" dan pelayanan medis bagi para korban gempa di wilayah ini.
Sedangkan tim kedua yang terdiri atas empat relawan, yaitu seorang dokter umum dan tiga "rescue" bergerak menuju Kota Dhunche yang terletak di sebelah utara Kathmandu.
Dhunche, yang terletak di Distrik Rasuwa, Zona Bagmati, Nepal, merupakan wilayah terparah akibat gempa dengan jumlah korban lebih dari 3.000 jiwa.
Kota ini berjarak sekitar 90 km dari Kathmandu yang biasanya ditempuh dalam waktu sekitar 5 jam perjalanan darat .
Dhunche dipilih sebagai salah satu wilayah kerja Tim MER-C-Wanadri karena berdasarkan informasi yang diterima tim, di wilayah itu terdapat empat desa yang hancur total akibat gempa, yaitu Ramche, Gerang, Thade dan Bokehunda.
Desa terparah terkena dampak gempa adalah desa Ramche.
Berdasarkan informasi, hingga kini belum ada bantuan medis yang masuk ke desa-desa tersebut.
Di Dhunche juga terdapat rumah sakit tentara dan sarana kesehatan milik pemerintah, namun belum beroperasi karena tidak adanya tenaga medis dan obat-obatan.
Karena itu, selama dua hingga tiga hari ke depan, tim MER-C-Wanadri akan melakukan "mobile clinic" (pelayanan kesehatan keliling) dan juga "assessment" untuk mempelajari apakah di wilayah ini memungkinkan untuk dilakukan tindakan operasi bedah sekaligus mengidentifikasi korban-korban yang ada.
"Informasi ini sangat penting untuk mempersiapkan kedatangan tim berikutnya yang akan terdiri atas para ahli bedah," demikian Rima Manzanaris.
Sementara itu, Ketua Tim Pertama MER-C dan Wanadri Saleh Sudradjat menjelaskan bahwa pada Senin (4/5) siang waktu setempat sembilan orang relawan kolaborasi dua organisasi itu telah tiba dengan selamat di Kathmandu, Nepal.
Tim sempat mengalami dua kali transit, yaitu di Kuala Lumpur, Malaysia dan Dhaka, Bangladesh.
Setiba di Kathmandu, Ibu Kota Nepal tim langsung bertemu dengan Duta Besar RI untuk Bangladesh dan Nepal Iwan Wiranataatmadja guna mendapatkan informasi terkini mengenai pemetaan medan dan penyaluran bantuan.
"Alhamdulillah sudah banyak info yang kami terima untuk penyusunan rencana kerja tim besok," katanya.
Pada hari yang sama, tim juga melakukan koordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang sudah berada di Nepal mengenai daerah mana saja yang mampu terjangkau dan memungkinkan tim medis MER-C bekerja dengan efektif di lokasi.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015
"Pukul 10.00 waktu setempat pada hari ini, tim mulai bergerak ke lokasi gempa terparah di Nepal," kata Manajer Operasional MER-C Rima Manzanaris di Jakarta, Selasa petang.
Ia menjelaskan bahwa untuk efektifitas kerja, tim dibagi menjadi dua.
Tim pertama yang terdiri atas lima relawan, yaitu dokter spesialis, perawat bedah, logistik, "rescue" dan pendata bergerak ke wilayah Lalitpur yang berjarak sekitar 1,5 jam dari Kota Kathmandu.
Mereka akan melakukan "assessment" dan pelayanan medis bagi para korban gempa di wilayah ini.
Sedangkan tim kedua yang terdiri atas empat relawan, yaitu seorang dokter umum dan tiga "rescue" bergerak menuju Kota Dhunche yang terletak di sebelah utara Kathmandu.
Dhunche, yang terletak di Distrik Rasuwa, Zona Bagmati, Nepal, merupakan wilayah terparah akibat gempa dengan jumlah korban lebih dari 3.000 jiwa.
Kota ini berjarak sekitar 90 km dari Kathmandu yang biasanya ditempuh dalam waktu sekitar 5 jam perjalanan darat .
Dhunche dipilih sebagai salah satu wilayah kerja Tim MER-C-Wanadri karena berdasarkan informasi yang diterima tim, di wilayah itu terdapat empat desa yang hancur total akibat gempa, yaitu Ramche, Gerang, Thade dan Bokehunda.
Desa terparah terkena dampak gempa adalah desa Ramche.
Berdasarkan informasi, hingga kini belum ada bantuan medis yang masuk ke desa-desa tersebut.
Di Dhunche juga terdapat rumah sakit tentara dan sarana kesehatan milik pemerintah, namun belum beroperasi karena tidak adanya tenaga medis dan obat-obatan.
Karena itu, selama dua hingga tiga hari ke depan, tim MER-C-Wanadri akan melakukan "mobile clinic" (pelayanan kesehatan keliling) dan juga "assessment" untuk mempelajari apakah di wilayah ini memungkinkan untuk dilakukan tindakan operasi bedah sekaligus mengidentifikasi korban-korban yang ada.
"Informasi ini sangat penting untuk mempersiapkan kedatangan tim berikutnya yang akan terdiri atas para ahli bedah," demikian Rima Manzanaris.
Sementara itu, Ketua Tim Pertama MER-C dan Wanadri Saleh Sudradjat menjelaskan bahwa pada Senin (4/5) siang waktu setempat sembilan orang relawan kolaborasi dua organisasi itu telah tiba dengan selamat di Kathmandu, Nepal.
Tim sempat mengalami dua kali transit, yaitu di Kuala Lumpur, Malaysia dan Dhaka, Bangladesh.
Setiba di Kathmandu, Ibu Kota Nepal tim langsung bertemu dengan Duta Besar RI untuk Bangladesh dan Nepal Iwan Wiranataatmadja guna mendapatkan informasi terkini mengenai pemetaan medan dan penyaluran bantuan.
"Alhamdulillah sudah banyak info yang kami terima untuk penyusunan rencana kerja tim besok," katanya.
Pada hari yang sama, tim juga melakukan koordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang sudah berada di Nepal mengenai daerah mana saja yang mampu terjangkau dan memungkinkan tim medis MER-C bekerja dengan efektif di lokasi.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015