Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN) mendorong agar madu trigona hasil budi daya warga di Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, bisa dikemas dengan baik sehingga menembus pasar ekspor.

Staf Khusus Bidang Komunikasi dan Teknologi Kemenristek/BRIN Dadang Rizki Ginanjar, mengatakan setelah dilakukan pengujian, kandungan madu trigona Kabupaten Lombok Utara masih lebih bagus dibandingkan madu Manuka Honey dari Selandia Baru.

"Tapi persoalannya bagaimana cara mengemas supaya bisa berkompetisi dengan madu Selandia Baru, mulai dari kualitas pengemasan dan kuantitasnya, sehingga nanti bisa menghasilkan 24 ton bahkan dua kali lipat," kata Dadang, melalui keterangan tertulis yang diterima di Mataram, Selasa.

Kemenristek/BRIN, kata dia, bersama Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT), menginisiasi sebuah program yang baru saja diluncurkan pada Agustus 2020, yaitu program Desa Berinovasi.

Menurut dia, upaya mengembangkan budi daya hingga pengolahan madu trigona di Kabupaten Lombok Utara, perlu pembinaan swadaya masyarakat. Dengan adanya swadaya bekerja bisa menghasilkan sesuatu yang lebih baik dan membuka pasar.

Dengan adanya swadaya masyarakat multipihak di Desa Salut, sebagai salah satu sentra produksi madu trigona, maka menjadikan desa tersebut sebagai percontohan untuk Desa Berinovasi.

"Prospeknya saat ini sudah 5,9 ton per siklus, hampir 24 ton dalam setahun. Kalau diperbanyak dengan teknologi, maka kami yakin madu di Desa Salut ini branding tropis madu ala Indonesia," kata Dadang.

Kasubdit Kemitraan Strategis dan Wahana Inovasi Kemenristek/BRIN Eka Gandara mengatakan bahwa pendekatan program Desa Berinovasi dilakukan melalui pendekatan Klaster inovasi yang telah Kemenristek gagas sejak tiga tahun yang lalu. Dalam upaya meningkatkan nilai tambah produk unggulan suatu daerah/desa maka yang paling utama adalah memperbaiki ekosistem inovasinya, ada kesepahaman, kesepakatan dan komitmen bersama dari stakholder baik pemerintah, perguruan tinggi/lembaga Litbang dan dunia usaha dari mulai penentuan produk unggulan, penyusunan rencana aksi/roadmap, sampai dengan implementasinya. 

"Penyusunan rencana aksi/roadmap harus komprehensif mulai sektor hulu, proses dan hilir, pemilihan teknologi/inovasi yang dibutuhkan, potensi pasar, model bisnis, infrastruktur, dan regulasi pendukung, sehingga dengan pendekatan seperti ini dampak yang dirasakan akan jauh lebih besar dan berkesinambungan," jelas Eka Gandara.

Staf Khusus Bidang Mitra Luar Negeri dan Perguruan Tinggi, Kemendes PDTT, Dodi Pranata Wijaya, yang juga ikut melakukan kunjungan kerja ke Desa Salut, Lombok Utara, juga berharap agar Desa Salut menjadi salah satu desa binaan pilihan dari program Desa Berinovasi.

"Kami berharap pada 2021, madu trigona Kabupaten Lombok Utara bukan hanya terkenal di nasional saja, tetapi di kancah internasional," ujarnya.

Pewarta: Awaludin

Editor : Feru Lantara


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2020