Fatar (5) berjingkrak girang dan tak lama kemudian berguling sesuka hatinya di rumput sintetis Alun-Alun Bandung, Rabu (21/1) pagi. Pada hari itu, murid TK Islam Nur Al Rahman, Cimahi, Jawa Barat, itu tidak sedang berlibur bersama orang tuanya melainkan mengikuti kegiatan ekskursi sekolah bersama 75 orang rekan sekolahnya.

Bersama 10 orang guru, mereka mengikuti sejumlah kegiatan yang sudah disiapkan. Di antara kegiatan yang dilakukan Fatar dan 75 murid lain di atas rumput sintetis yang menjadi khas Alun-Alun Bandung itu adalah senam dan bermain lempar bola.

"Selama sekitar dua jam mengikuti kegiatan pembelajaran bertema `suasana perkotaan`, anak-anak juga kami ajak untuk bermain loncat tali dan menggambar suasana di alun-alun ini," kata Baitul Ridwan, kepala TK Islam Nur Al Rahman.

Menurut pendidik berusia 35 tahun ini, dipilihnya Alun-Alun Bandung sebagai tempat ekskursi para muridnya tidak terlepas dari "kabar dari mulut ke mulut" banyak warga tentang keindahan, kenyamaan dan keamanan ruang terbuka ini.

"Setelah kami lakukan survei, ternyata benar. Alun-alun ini bagus dan cukup enak untuk tempat belajar anak-anak meski berada di tengah kota. Petugas keamanannya pun cukup informatif," kata warga Kelurahan Cibatat, Kecamatan Cimahi Utara, ini.

Setengah jam sebelum rombongan murid TK Islam Nur Al Rahman, Cimahi, itu tiba pada pukul 09.30 WIB, suasana alun-alun sudah ramai dengan anak-anak, remaja dan orang tua.

Beberapa orang anak tampak asyik bermain bola plastik. Tak jauh dari anak-anak itu bermain, seorang perempuan berjilbab memotret suaminya yang menggendong bayi mereka. Sepertinya mereka adalah keluarga kecil yang sedang bertamasya ke alun alun ini.

Di bagian lain, sekelompok perempuan berbusana Muslim berbaur dengan puluhan pengunjung lain yang sudah terlebih dahulu tiba. Di hamparan rumput sintetis yang menjadi ciri khas alun-alun yang berada di depan Masjid Raya Bandung itu, orang-orang mengisi waktunya dengan caranya masing-masing.

"Bisa minta tolong ambilin foto?" sapa seorang perempuan setengah baya kepada seorang pengunjung yang kebetulan berada di dekatnya.

Berbeda dengan suasana di banyak alun-alun di daerah lain di Tanah Air, di Alun-Alun Bandung, semua pengunjungnya melepas sepatu dan sandal mereka sebelum memasuki hamparan rumput sintetisnya yang gradasi warna hijau.

Jacqui Morgan, turis asal Irlandia yang mengaku baru pertama kali berkunjung ke Bandung, pun tampak menikmati suasana di lingkungan alun-alun ini. "Alun-alun ini sangat bagus. Dan saya suka melihat anak-anak riang gembira," kata perempuan paruh baya itu kepada Antara.

Kehadiran alun-alun yang telah direnovasi dan diresmikan Wali Kota Ridwan Kamil pada 31 Desember 2014 itu kini seakan menjadi magnet yang menarik banyak pengunjung, baik para turis ataupun warga sekitarnya.

Khusus bagi warga Bandung dan sekitarnya, alun alun ini menjadi pilihan menarik untuk sekedar bersantai melepas lelah di lingkungan yang nyaman dan asri tanpa harus merogoh kocek. Pedagang kaki lima yang dulunya memadati tempat tersebut kini tak terlihat lagi.

Hanya ada satu dua penjaja minuman dan mainan anak yang masih bertahan di tangga parkiran bawah tanah dan halte bus yang bersisian dengan alun-alun kota.

"Sebelum direnovasi Pak Ridwan Kamil, Alun-Alun Bandung itu kumuh, kotor, dan pandangan kita terhalang karena ada pagar," kata Sri Mirawati, warga Buah Batu, yang mengaku sudah dua kali ke alun-alun sejak diresmikan akhir Desember lalu.

Kesan kumuh itu kini tinggal kenangan dan keberadaan rumput sintetis yang menjadi ciri khas alun-alun yang tak jauh dari Gedung Merdeka yang menjadi saksi sejarah Konferensi Asia-Afrika tahun 1955 itu justru disuka warga Bandung seperti Sri Mirawati.

"Dulu saya malas datang ke sini. Karena penuh pedagang sehingga mau sekedar duduk saja susah. Tapi sekarang saya suka balik ke sini karena ingin merasakan sensasi rumput sintetisnya. Tempatnya juga sekarang enak buat sekedar santai melepas lelah. Dan rumput sintetisnya malah menjadikan tempat ini lebih nyaman karena memberi kesan bersih dan kita tidak ragu untuk duduk-duduk," katanya.

Untuk memperindah lingkungan sekitar alun-alun, ibu tiga anak ini berharap pemerintah kota memilih tanaman hias yang tahan panas sehingga tidak mudah layu atau meranggas.

Kebersihan lingkungan alun-alun pun menjadi perhatian Sri Mirawati. Menurut dia, tong-tong sampah organik dan non-organik yang ada sudah memadai namun petugas keamanan Linmas (Perlindungan Masyarakat) harus senantiasa mengawasi para pengunjung.

Terkait dengan kegiatan pengamanan dan pengawasan lingkungan alun-alun, Suyitno, komandan Linmas Alun-Alun Bandung, mengatakan pihaknya senantiasa menjalankan tugas dengan pendekatan kemanusiaan kepada para pengunjung, pengamen maupun pedagang kaki lima.

"Tugas utama kami adalah mengimbau para pengunjung untuk menjaga kebersihan dengan membuang sampah pada tempatnya. Alhamdulillah, sudah banyak pengunjung alun-alun yang sadar akan kebersihan. Bandung ini memang harus bersih," katanya.

Sikap tegas namun santun petugas Linmas itu ditunjukkan Hermawan pada Rabu pagi itu ketika dia meminta seorang pedagang bola plastik yang melakukan transaksi di dalam area kompleks alun-alun.

Menurut Hermawan, kebersihan, kenyamanan dan keamanan lingkungan alun-alun harus dapat dirasakan para pengunjung sepanjang waktu sehingga para petugas Linmas seperti dirinya bekerja sesuai dengan "shift kerja" pagi dan malam, serta piket malam sampai pagi.

"Pada setiap `shift` ada 40 orang petugas. Waktu kerja bagi mereka yang masuk shift pagi berlangsung dari 08.30 hingga 15.00 WIB sedangkan shift sore dari 15.00 sampai 21.00 WIB. Lalu, ada 15 orang yang masuk dalam setiap piket malam (21.00 - 07.00 WIB)," katanya.

Kendati para petugas Linmas mengedepankan pendekatan persuasif dalam melakukan tugasnya, tidak berarti bahwa penegakan hukum yang menjadi otoritas Satpol PP tidak dilakukan.

Peringatan kepada para pengunjung dan pedagang agar tak melanggar hukum pun sudah diberikan lewat dua spanduk yang terpasang di lingkungan alun-alun. Spanduk itu bertuliskan: "Dilarang membuang sampah sembarangan; denda Rp250 ribu. Dagang di tempat terlarang denda Rp1 juta. Merokok di tempat umum Rp5 juta."

Bagi Andre, alun-alun yang terletak di Jalan Asia Afrika itu tidak hanya telah memperindah wajah Bandung. Lebih dari itu, kehadirannya pun telah menjadi tempat "nongkrong" yang sehat bagi bagi para penghuni dan pengunjung kota ini.

"Sejak Pak Ridwan Kamil menjadi wali kota, banyak perubahan yang sudah dirasakan warga," kata pria yang sehari-hari bekerja di sebuah hotel di kawasan Jalan Otista Bandung ini.

Perubahan ke arah yang lebih baik di Kota Bandung itu pun turut dirasakan wisatawan asing seperti Maarten Guezendam. Turis asal Belanda ini mengaku senang dan menikmati suasana kota dengan alun-alun dan bangunan bersejarahnya yang terawat baik.

"Bandung akan lebih asyik lagi jika trotoar-trotoarnya dibuat lebar, bagus dan bebas dari pedagang," katanya saat ditemui di Gedung Merdeka yang hanya seleparan batu dari alun-alun.

Pewarta: Rahmad Nasution

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015