Yogyakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mempercepat implementasi teknologi iradiasi untuk mendukung ketahanan pangan nasional sekaligus meningkatkan daya saing produk ekspor Indonesia.
"Iradiasi pangan telah terbukti aman dan efektif dalam menjaga mutu serta memperpanjang masa simpan produk," ujar Kepala Pusat Riset Teknologi Proses Radiasi BRIN Prof. Irawan Sugoro dalam keterangannya di Yogyakarta, Selasa.
Irawan menjelaskan teknologi iradiasi pangan merupakan proses penyinaran bahan pangan menggunakan radiasi pengion seperti sinar gamma, elektron, atau sinar X untuk menonaktifkan mikroba dan hama tanpa menjadikan produk bersifat radioaktif.
Baca juga: PT Kredit Rating Indonesia, BRIN, dan Far East Credit Rating jalin kerja sama investasi
Proses itu bersifat 'non-termal', sehingga kualitas, rasa dan kandungan gizi pangan tetap terjaga.
Berbeda dengan metode pengawetan berbasis bahan kimia atau panas, menurut Irawan, iradiasi bekerja dengan memutus DNA mikroorganisme dan serangga hama pada tingkat seluler.
"Teknologi nuklir sering kali dipersepsikan negatif, padahal manfaatnya sangat luas, mulai dari kesehatan, pertanian, hingga pangan," ujar Irawan.
