Lebak (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Lebak, Banten dalam upaya melaksanakan pencegahan kasus stunting atau kekerdilan melibatkan sebanyak 18 organisasi perangkat daerah (OPD) setempat.
"Kita melakukan pencegahan stunting itu dengan sistem keroyokan (gotong royong) yang melibatkan OPD," kata Kepala Bidang Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana pada Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A) Kabupaten Lebak Tuti Nurasiah di Lebak, Sabtu.
Pemerintah Kabupaten Lebak berkomitmen untuk pencegahan kasus tengkes dalam upaya mempersiapkan generasi Emas 2045, karena di daerah ini lokus stunting di 20 desa tersebar di sembilan kecamatan.
Baca juga: Pemkab Lebak gelar edukasi kesehatan reproduksi bagi remaja cegah stunting
Ia menambahkan, untuk daerah lokus stunting didasari karena tingginya keluarga risiko stunting (KRS), angka stunting tinggi, prevalensi stunting tinggi dan cakupan layanan rendah.
Sedangkan, penyebab stunting itu multidimensi dan pencegahanya harus multisektor dengan kolaborasi pentahelix dengan lima unsur yaitu pemerintah, akademisi, media, dunia usaha dan kelembagaan atau komunitas masyarakat.
Selain itu juga dilakukan intervensi sensitif yang melibatkan 18 OPD, karena mereka memiliki anggaran sesuai tugas dan fungsinya (Tupoksi) masing-masing. Misalnya pada OPD Pertanian, Peternakan dan Perikanan tentu memiliki tanggung jawab untuk memenuhi ketersediaan pangan masyarakat.
Baca juga: Tim Pengmas FFUI periksa kesehatan cegah stunting masyarakat Badui
Begitu juga Dinas PUPR dan Permukiman membangun sarana air bersih, sanitasi dan rumah tidak layak huni (RTLH).
"Semua penanganan stunting itu harus berjalan secara keroyokan dan konvergen terintegrasi dengan saling keterkaitan serta mempengaruhi yang dilaksanakan sesuai tupoksi masing-masing," kata Tuti menjelaskan.
Menurut dia lagi, penanganan stunting juga dilakukan intervensi spesifik dengan pedoman baru berdasarkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Tata Laksana Balita Bermasalah Gizi dilaksanakan di rumah sakit oleh dokter spesialis anak.
Baca juga: Pengmas UI periksa kesehatan 120 balita di Tangerang cegah stunting
Selain itu juga dokter spesialis anak serta dokter spesialis kandungan dan kebidanan melakukan pendampingan di 21 puskesmas untuk meresepkan susu pangan olahan untuk keperluan medis khusus (PKMK).
"Kami optimistis kasus stunting itu dipastikan turun dan tidak melahirkan kasus baru jika semua komponen bersinergi dan berjalan," katanya.
Berdasarkan hasil penimbangan dan pengukuran tubuh balita pada April 2025 di Kabupaten Lebak teridentifikasi positif stunting sebanyak 4.246 orang atau 4,18 persen dari jumlah 101.513 balita yang sudah diinput ke aplikasi elektronik -Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM).
