Jakarta (Antara Megapolitan) - Maskapai Garuda Indonesia akan kembali mengkaji 10 sampai 20 rute yang dinilai merugikan, untuk memperbaiki keuangan perusahaan yang pada Kuartal I 2017 mengalami kerugian hingga 99,1 juta dolar AS.
"Rute-rute mana saja ini cukup banyak, kalau kita 'list' ada 10 sampai 20 rute yang akan kita 'review' (kaji ulang), jangan sampai rute-rute ini merugikan kita," kata Direktur Utama PT Garuda Indonesia Persero (Tbk) Pahala Nugraha Mansury di Jakarta, Sabtu.
Pahala menuturkan rute-rute yang diperkirakan tidak lagi dioperasikan, yaitu yang tingkat keterisiannya rendah.
"Rute domestik kita lebih banyak, paling tidak kita pilih ada 10 rute yang 'load factor'-nya di bawah 10 persen dan lima rute internasional yang' yield'-nya di bawah 70 persen," katanya.
Langkah yang dilakukan, di antaranya mengubah rute, menaikkan harga tiket dan mensinergikan dengan anak perusahaan, yaitu Citilink Indonesia.
"Paling enggak rute-rute memang harus lakukan berbagai macam cara, kalau enggak naikkan harga, 'scheduling' di Soetta, rotasi pesawat, mungkin dalam satu atau dua minggu akan lebih meningkat," katanya.
Maskapai Garuda Indonesia mengalami kerugian sebesar 99 juta dolar AS dalam Kuartal I 2017 atau anjlok 11,969 persen dari periode sama 2016, yaitu rugi 800.000 juta dolar AS.
Kerugian tersebut disebabkan sejumlah faktor, di antaranya biaya operasi yang naik 21,3 persen, terutama bahan bakar yang melonjak 54 persen dari 189,8 juta dolar AS pada Kuartal I 2016 menjadi 292,3 juta dolar AS dalam periode sama 2017.
"Penyebab 'net loss' (rugi bersih) 99,1 juta dolar AS karena dalam satu tahun kemarin peningkatan pengeluaran untuk bahan bakar," katanya.
Selain itu, dia menambahkan biaya lainnya juga menyumbang kurang baiknya kinerja Kuartal I 2017 tersebut, di antaranya pengeluaran pelayanan di pesawat (inflight service), sistem reservasi, peningkatan jumlah penumpang dan lain-lain sebesar 16,3 persen dari 403,4 juta dolar AS Kuartal I 2016 menjadi 469,1 persen pada Kuartal I 2017.
Adapun, pengeluaran yang disumbang dari rental pesawat, yaitu 4,2 persen dari 246,9 juta dolar AS pada Kuartal I 2016 menjadi 257,4 juta dolar AS pada Kuartal I 2017.
"Tapi yang paling berpengaruh itu karena bahan bakar karena komposisinya 20 sampai 25 persen dari total konsumsi," katanya.
Total pengeluaran pada Kuartal I 2017, yaitu 1,02 miliar dolar AS atau meningkat 21,3 persen dari periode sama tahun lalu, yaitu 840,1 juta dolar AS.