Bogor (Antara Megapolitan) - Sebanyak sembilan orang delegasi Pemerintah Republik Demokratik Rakyat Laos mengunjungi Sekolah Lapang Iklim (SLI) Desa Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis.
Kepala rombongan Pemerintah Republik Demokratik Rakyat Laos, Dr Thavone mengatakan, maksud dan tujuan kedatangan mereka adalah untuk mempelajari pertanian di Indonesia.
"Kami mendapat kesempatan untuk melihat langsung pertanian Indonesia dan berkenalan langsung dengan para petani untuk berinteraksi dan bertukar informasi," kata Thavone.
Menurut Thavone, mereka sudah berada di Indonesia sejak tiga hari yang lalu. Delegasi terdiri dari orang pemerintah yang membidangi pertanian, peternakan dan kehutanan.
"Kami ingin belajar tentang sekolah lapang iklim dari petani di Desa Leuwiliang," katanya.
Ia mengatakan, petani di Leuwiliang sangat kuat, dan antusias mengikuti kegiatan pelatihan yang diberikan pemerintah setempat. Pihaknya merasa beruntung dapat bertemu langsung dengan para petani yang menerapkan sekolah lapang iklim.
"Kondisi pertanian Laos berbeda jauh dari Indonesia, petani bekerja sendiri-sendiri, ada yang menanam padi, beternak dan berkebun, tidak seperti di Indonesia, petani bekerja dalam satu kelompok," katanya.
Thavone berharap dari kunjungan mereka ke Desa Leuwiliang bisa memperoleh informasi dan pengetahuan sebanyak-banyaknya yang akan disebarluaskan kepada petani di Laos agar dapat mendorong produktivitas.
"Kamipun ingin pertanian di Laos bisa semaju di Indonesia," katanya.
Dalam kunjungannya, delegasi Laos menyaksikan panen raya kegiatan Sekolah Lapang Iklim Tahap III Jawa Barat. Dan berdiskusi bersama para petani Desa Leuwiliang.
Diskusi berlangsung interaktif, delegasi Laos menyampaikan belasan pertanyaan di antaranya, apa kiat petani setempat agar bisa meningkatkan produktivitas, bagaimana petani dapat mengenal program SLI dan bagaimana memasarkan hasil pertaniannya.
Petani Desa Leuwiliang diberikan kesempatan untuk menjawab langsung setiap pertanyaan yang diajukan delegasi Pemerintah Republik Demokratik Rakyat Laos, dipantu oleh perwakilan GIZ.
Kepala Stasiun Klimatologi BMKG Dramaga, Dedi Sucahyono menjelaskan, SLI merupakan program BMKG, salah satunya dalam rangka membantu petani meningkatkan hasil pertaniannya dengan mempelajari kalender cocok tanam atau membaca iklim.
Dedi menjelaskan, SLI tahap III Jawa Barat diikuti 25 petani dari berbagai kelompok di Desa Leuwiliang, dimulai dari 4 Juni sampai 8 September 2016. Kegiatan dibagi dalam 12 kali pertemuan.
"Program pendampingan bagi petani ini berlangsung selama 120 hari, atau sekitar tiga bulan lamanya. Kegiatan ini ditutup dengan panen raya," kata dia.
Ia menambahkan, sebelum mengikuti SLI produktivitas petani padi setempat hanya 4 sampai 5,5 ton per hektare, setelah mengikuti pelatihan SLI, petani mampu memproduksi 6,4 ton per hektare.
Pemerintah Laos Belajar Pertanian Desa Leuwiliang
Kamis, 8 September 2016 23:17 WIB
Kamipun ingin pertanian di Laos bisa semaju di Indonesia.