Depok (ANTARA) - Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia menyelenggarakan webinar dengan topik "Peduli Kesehatan Paru Kita" dan mengundang para ahli paru sebagai pembicara.
Ketua Kolegium Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Indonesia Prof. dr. Faisal Yunus, Ph.D, Sp.P(K), menjelaskan cara mengetahui kondisi paru yang baik atau tidak.
"Untuk melakukan aktivitas sehari-hari diperlukan tenaga yang didapat dari hasil metabolisme tubuh. Proses metabolisme memerlukan oksigen yang diambil oleh organ pernapasan," kata Faisal Yunus dalam keterangan tertulis yang diperoleh dari UI, Depok, Selasa.
Menurut dia apabila terjadi gangguan pernapasan, aktivitas juga akan terganggu. Gejala dan tanda-tanda gangguan pernapasan perlu diketahui juga, yaitu batuk, berdahak, sesak napas, dan cepat lelah.
Baca juga: Melindungi paru dimulai dari berhenti merokok
Gangguan pernapasan tersebut terdiri atas gangguan restriksi (kelainan paru, kelainan tulang, kelainan otot, dan kelainan diagframa) dan gangguan obstruksi (penyakit asma, penyakit paru obstruktif kronik, dan tumor saluran napas).
“Dengan adanya simptom dan tanda-tanda seperti berikut, maka perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut mengenai penyakit tersebut. Mulai dari, pemeriksaan foto toraks, pemeriksaan spirometri, pemeriksaan arus puncak ekspirasi, pemeriksaan uji jalan selama enam menit, pemeriksaan uji naik tangga, pemeriksaan saturasi oksigen, pemeriksaan analisis gas darah, pemeriksaan uji latihan jantung paru, dan pemeriksaan uji meniup geretan,” ujarnya.
Ketua Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FKUI Dr. dr. Agus Dwi Susanto mengatakan bahwa paru-paru merupakan satu-satunya organ tubuh yang langsung berhubungan dengan dunia luar.
“Tentunya, apa yang masuk ke dalam paru-paru kita akan memberikan dampak ke kesehatan. Paru-paru diciptakan untuk menghirup udara yang bersih atau udara yang tidak banyak mengandung partikel-partikel yang berbahaya. Oleh karena itu, kita harus tetap menjaga kesehatan lingkungan, menjaga kualitas udara di sekitar kita, dan menjaga pola hidup tetap sehat,” ujar Dr. Agus.
Baca juga: Dokter Spesialis Paru ingatkan penderita asma agar bisa kelola stres di masa pandemi
Kedokteran Respirasi FK UI-RSUP Persahabatan dr. Feni Fitriani Taufik mengatakan dampak polusi udara dapat memengaruhi pertumbuhan dan kesehatan pada anak, penurunan fungsi paru, meningkatkan angka eksaserbasi ASMA dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), penyakit paru interstisial, kanker paru, dan pneumonia.
Selain itu, kebiasaan merokok juga dapat menyebabkan penyakit komorbid, gagal jantung, hipertensi, jantung koroner, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), ASMA, diabetes, gagal ginjal, kanker, dan stroke.
“Kesehatan paru-paru berkaitan dengan kondisi yang ada di sekitar kita seperti polusi udara, kebiasaan merokok, dan pandemi. Ditambah lagi, kondisi pandemi dimana banyak orang yang tidak mengenakan masker dikarenakan merokok sehingga meningkatkan masuknya virus ke dalam tubuh,” ujar dr.Feni.
Menurutnya, untuk menjaga paru agar tetap sehat adalah dengan tidak merokok, baik rokok konvesional, elektronik, ataupun sisha, lalu menghindari polusi udara, pahami kualitas udara saat hendak melakukan aktivitas di luar rumah, terapkan pola hidup sehat dan olahraga teratur, serta melakukan vaksinasi untuk mencegah pandemi.
Baca juga: Ini perbedaan pneumonia biasa dengan COVID-19
Baca juga: Kanker paru-paru jadi penyebab kematian nomor satu pada laki-laki di Indonesia
Begini cara mengetahui kondisi paru baik atau tidak
Senin, 27 September 2021 18:16 WIB
paru-paru merupakan satu-satunya organ tubuh yang langsung berhubungan dengan dunia luar.