Jakarta (ANTARA) - Ganda putra Indonesia Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan membeberkan pertandingan terberat yang pernah mereka lakoni bersama.
“Buat saya Asian Games 2014 karena saat itu saya habis cedera,” ungkap Ahsan dalam temu media virtual yang diikuti di Jakarta, Kamis.
Di Asian Games 2014 Incheon, Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan berhadapan dengan wakil tuan rumah Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong pada partai final.
Ahsan mengatakan ada beberapa alasan yang membuat pertandingan di Asian Games 2014 itu menjadi sangat berat bagi dia. Selain karena baru sembuh dari cedera, rekor pertemuan antara keduanya juga tak begitu bagus.
Baca juga: Agung Firman menjadi calon tunggal Ketua Umum PBSI periode 2020-2024
Belum lagi, Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong, yang pada saat itu berstatus ganda putra nomor satu dunia, sangat diuntungkan dengan status tuan rumah.
“Mereka adalah lawan nomor satu pada saat itu. Kami sebelumnya juga sudah kalah terus,” katanya.
“Kami juga ditargetkan untuk dapat medali emas. Belum lagi rumor tentang pelatih kami yang akan diganti kalau kami kalah. Jadi kami benar-benar tertekan,” ungkapnya.
Baca juga: Karena pandemi, Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis Junior 2020 di Selandia Baru dibatalkan
Meski diakuinya banyak tantangan hingga menguras mental, Ahsan/Hendra pada akhirnya berhasil mempersembahkan medali emas untuk Merah Putih.
Ahsan/Hendra menang lewat rubber game dengan skor akhir 21-16, 16-21, 21-17.
Sementara itu, pertandingan yang paling “menyeramkan” untuk dikenang bagi Hendra adalah final All England 2019. Pada saat itu, Hendra harus menahan rasa sakit saat bertemu wakil Malaysia Aaron Chia/Soh Wooi Yik.
“All England 2019 karena otot saya sempat ketarik, tapi saya mikir bahwa kami punya kesempatan untuk menang. Jadi saya paksain main terus,” ujar Hendra.
Perjuangan tersebut tak sia-sia. Toh, mereka pada akhirnya berhasil mengunci satu-satunya gelar untuk Indonesia usai mengakhiri perlawanan Aaron Chia/Soh Wooi Yik 11-21, 21-14, 21-12.