Bogor, (Antaranews Bogor) - Indonesia mampu memproduksi kentang berkualitas yang dapat memenuhi kebutuhan nasional sehingga tidak perlu bergantung lagi pada impor, kata seorang pakar kentang.

"Sebenarnya kita mampu memproduksi kentang berkualitas tahan penyakit, jika perkebunan kentang ini dikembangkan, kita tidak perlu lagi impor kentang," kata pakar kentang dari Pusat Penelitian Sumber daya Genetik dan Bioteknologi Institut Pertanian Bogor Prof emeritus GA Watimena saat ditemui di Kampus IPB Dramaga, Kabupaten Bogor, Jumat.

Prof Watimena menyebutkan, keunggulan tanaman kentang bagi sektor pertanian dapat mendatangkan keuntungan besar. Hanya saja banyak petani sulit menanam kentang karena berisiko tinggi, dan biaya produksi yang besar.

Ancaman penyakit dan hama membuat produksi kentang nasional menjadi rendah, sehingga hampir sebagian besar bahan baku komoditas kentang diimpor dari luar negeri seperti kentang goreng (french fries) yang 100 persen impor.

"Ada kelemahan tanaman kentang ini karena rentan terserang penyakit. Untuk bisa terhindar penyakit perlu disimpan di laboratorium, maka dapat hasilkan bibit yang tahan penyakit. Menanamnya juga perlu dilakukan di rumah kaca," kata Prof Watimena.

Namun, lanjut Prof Watimena, PPSHB IPB selama dua tahun ini telah melakukan penelitian dan melepas varietas kentang tahan penyakit yakni DEA atau AD 12 dan ketang Jala Ipam.

Dua varietas ini merupakan unggulan dapat diolah sebagai bahan baku membuat chip kentang, kentang goreng dan olahan kentang lainnya yang cukup tinggi peminatnya.

Menurut Prof Watinema, banyak wilayah yang cocok untuk dijadikan sentra penanaman kentang mulai dari Jawa, Sumatera hingga Indonesia bagian Timur.

"Salah satu daerah yang cocok ditanami kentang adalah di Modoo Linting, Sulawesi Utara," katanya.

Prof Suharsono peneliti PPSHB IPB lainnya, melalui dua varietas kentang unggulan yang dihasilkan IPB, siap untuk dikembangkan agar dapat meningkatkan produksi kentang nasional dan memenuhi kebutuhan bahan baku kentang olahan.

"Tidak ada perbedaan cara tanaman maupun budi daya kentang varietas AD 12 dan Jala Ipam dengan kentang yang sudah ada selama ini. Petani manapun bisa dan mudah untuk mengembangkannya," kata dia.

Menurut Prof Suharsono, untuk mempromosikan kentang Jala Ipang, pihaknya menerapkan konsep "dari laboratorium ke meja (makan)" dengan menggandeng petani kentang dan swasta untuk memproduksi kentang french fries yang akan dipasarkan ke sejumlah restoran di wilayah Jabodetabek.

Saat ini ketang Jala Ipam telah menghasilkan 40 ton kentang yang dipanen dari perkebunan milik petani di wilayah Cisarua, Lembang Jawa Barat.

"Sebenarnya permintaan banyak, tetapi kami tidak mampu memenuhinya karena keterbatasan lahan, dana dan sarana prasarana seperti perkebunan rumah kaca. Sehingga kami belum bisa menyuplai untuk pasar super market," kata Prof Suharsono.

Prof Watinema menambahkan, keistimewaan kentang mempunyai protein dan asam amino seimbang dengan putih telor, sehingga bagik dikonsumsi bagi orang diabetes. Memakin satu 1 kg kentang perhari maka tidak perlu lagi mengkonsumsi nasi.

Pewarta: Laily Rahmawati

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2014