Ada kabar baik untuk industri daur ulang plastik di Indonesia yang akan membuat kemajuan besar dalam upaya pengurangan sampah plastik di negeri ini.  Gebrakan Danone-AQUA dan perusahaan Perancis Veolia di tahun 2019 dalam membangun pabrik daur ulang plastik modern dengan kapasitas 25 ribu ton per tahun, tahun ini diikuti oleh Coca-Cola Amatil Indonesia (CCAI) melalui penandatanganan perjanjian dasar kerjasama (Head of Agreement – HoA) dengan mitra kerja jangka Panjang mereka yaitu Dynapack Asia untuk membangun untuk membangun fasilitas daur ulang dengan rencana kapasitas yang sama.

Baik pabrik Veolia maupun Dynapack akan memiliki mesin modern yang mampu mengolah kemasan botol PET bekas menjadi botol PET daur ulang yang aman sebagai kemasan produk makanan atau minuman (rPET). Danone-AQUA dan CCAI meskipun bukan sebagai pemilik pabrik pengolahan botol daur ulang, tapi memiliki peran penting dalam menjaga kesinambungan usaha mitra mereka karena botol kemasan plastik hasil daur ulang Veolia akan digunakan untuk kemasan AQUA, sementara botol hasil daur ulang Dynapack akan diserap oleh CCAI sebagai pengguna utamanya.

Tahun lalu, Danone-AQUA telah meluncurkan produk AQUA Life menggunakan botol  pertama di Indonesia yang terbuat dari 100 persen PET daur ulang.

"Kemitraan dengan Veolia Indonesia tidak hanya membantu meningkatkan upaya daur ulang tetapi juga untuk memastikan bahwa kemasan 100 persen PET daur ulang kami yang inovatif akan mendapatkan pasokan bahan baku yang cukup di masa mendatang" jelas Corine Tap, Presiden Director Tirta Invetama (Danone-AQUA).

Sementara itu, Presiden Direktur CCAI, Kadir Gunduz, menjelaskan bahwa CCAI dan Dynapack telah membentuk tim sesuai dengan keahlian masing-masing dalam proses daur ulang sesuai dengan standar yang berlaku.  Banyak pihak menyambut gembira inisiatif ini karena Coca-Cola dianggap mulai peduli dan bertanggung atas botol bekas produksi mereka dengan mengumpulkan kembali untuk dipakai sebagai bahan daur ulang produk botol baru.  

Hal ini tentunya bisa membantu target pemerintah Indonesia dalam mengurangi polusi sampah plastik dilautan sebesar 70% tahun 2025.

Bahkan Indonesia baru saja meluncurkan program National Plastic Action Partnership (NPAP) yang mempunyai target lebih ambisius lagi yaitu menekan sampah plastik hingga mendekati nol di tahun 2040.  Salah satu pilar yang digenjot yaitu dengan menggandakan kapasitas daur ulang secara agresif.

Sebenarnya industri daur ulang khususnya botol PET sudah berkembang di Indonesia sejak puluhan tahun lalu.  Danone AQUA bahkan sudah mengumpulkan botol plastik bekas lewat program AQUA peduli sejak tahun 1993 dan sekarang sudah memakai bahan daur ulang di seluruh botolnya bahkan sudah ada yang 100% terbuat dari  plastik daur ulang (rPET).   Selain Danone, sudah banyak juga perusahaan yang  melihat daur ulang botol PET ini sebagai peluang dan telah mengembangkan bisnisnya di bidang ini.  Bahkan ada banyak asosiasi yang menaungi industri daur ulang ini antara lain: ADUPI, APDUPI, IPR, IPI dan lain sebagainya.  Hal ini membuat tingkat pengumpulan botol PET di Indonesia menurut riset Sustainable Waste Indonesia (SWI) mencapai 62%, jauh lebih tinggi dari rata-rata plastik sebesar 10% menurut riset NPAP.

Baca juga: Danone-Aqua turut berkontribusi kurangi sampah plastik dengan daur ulang

Terlibatnya Danone AQUA dan CCAI ke bisnis daur ulang botol PET ini sempat menimbulkan kekhawatiran dan dipertanyakan oleh beberapa kalangan pegiat dan asosiasi daur ulang. Mereka menilai industri daur ulang PET sudah berjalan dengan baik sehingga perusahaan besar tidak perlu lagi terlibat dalam industri daur ulang.

“Masalah PET di Indonesia itu sudah selesai, pemulung saja rebutan PET karena nilai ekonomisnya yang tinggi dan jumlah pendaur ulangnya juga sudaj banyak,” kata Lintong Manurung, Ketua Umum Jaringan Pemerhati Industri dan Perdagangan (JPIP).   “Salah tidak, tapi tidak etis. Dugaan saya, masuknya Coca-Cola ke daur ulang ini ingin menjadi perusahaan pertama yang mendeklarasikan peduli lingkungan sekalian promosi dan cari duit,” tukas Lintong.

Hal senada diungkapkan Bendahara Umum Adupi Randi Saputra, Randy menilai, langkah Coca-Cola, sebagai brand global kurang bijak sebab sampah botol PET itu barang nomor satu paling dicari, nomor dua besi atau metal dan ketiga kardus. “Industri Daur ulang PET juga sudah matang,” ujarnya.

Menanggapi kekhawatiran tersebut, H. Asrul Hoesein, Direktur Green Indonesia Foundation seperti menyatakan:”Yang justru mengherankan adalah asosiasi industri daur ulang plastik yang merasa dirugikan, kenapa tidak manfaatkan asosiasinya untuk merangkul para pihak, antara lain lintas asosiasi, LSM/NGO yang paham masalah problematik tata kelola sampah serta perusahaan berkemasan itu sendiri membuat paper sistem dan kebijakan EPR lalu mendesak pemerintah untuk menciptakan kebijakan yang berbasis regulasi”.

Baca juga: Langkah baru Danone-AQUA untuk membangun ekonomi sirkular di Indonesia

Jadi ‘persaingan’ ini sebenarnya membuktikan bahwa industri daur ulang plastik tidak memiliki binaan pengelola sampah garda terdepan, kecuali mungkin perwakilan usahanya sendiri yang tersebar di daerah untuk membeli scrap PET. Karena kelihatan risau dan ketakutan tidak mendapatkan barang scrap PET.  Bisa jadi pula sudah tidak leluasa lagi seenaknya menentukan harga scrap PET, karena ada pengusaha “pelapak berdasi” yang baru menjadi saingannya, jelas Asrul.

Karyanto Wibowo, Direktur Sustainable Development Danone Indonesia yang juga Ketua Umum Packaging and Recycling Association for Indonesia Sustainable Environment (PRAISE) yang dihubungi terpisah mengatakan, “Pada tahun 1993 Danone AQUA menginisiasi AQUA Peduli dan 2010 sudah mulai mengembangkan daur ulang botol PET dengan mitra lokal di Bandung.  Hal ini karena saat itu belum ada satupun industri daur ulang di Indonesia yang memproduksi kualitas food grade (aman untuk kemasan makanan) dan dibutuhkan waktu bertahun-tahun sampai akhirnya bisa kami pakai.  Dengan kerjasaman dengan Namasindo dan Veolia, Danone-AQUA akan mendapatkan pasokan kurang lebih 35 ribu ton per tahun”.   Sebagai ketua umum PRAISE dia juga menyampaikan bahwa apa yang dilakukan CCAI patut di apresiasi karena mendukung program pemerintah dan memberikan dampak ekonomi lokal khususnya para pemulung, pelapak dan bank sampah.  PRAISE  siap berdialog dan bekerja sama dengan semua pihak untuk mencari solusi inovatif dalam menyelesaikan permasalahan pengelolaan sampah kemasan plastik secara terintegrasi dan holistik sesuai dengan pendekatan ESR (Extended Stake Holder Responsibility).

Arif Mujahidin, Corporate Communications Director Danone Indonesia menjelaskan bahwa Danone-AQUA tidak berkompetisi dengan pendaur ulang lokal, bahkan saling bersinergi karena Danone-AQUA menjadi pihak pembeli biji plastik daur ulangnya, sehingga ada jaminan supply demand. Industri daur ulang Indonesia akan lebih tumbuh karena ada kepastian permintaan dan bahkan menunjukkan ke dunia internasional bahwa industri daur ulang Indonesia bisa memproduksi rPET berkualitas tinggi. (Rls/Ind/5).

Pewarta: Oleh: Tim Humas Danone-AQUA

Editor : M. Tohamaksun


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2020