Sukabumi, (Antaranews Bogor) - Batu akik asal Sagaranten, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat ternyata mampu menguasai pasar batu perhiasan mancanegara, karena sudah diekspor ke seluruh benua di dunia.
Seperti yang dikatakan oleh pengrajin batu akik Sagaranten yang juga pusat dari kerajinan batu tersebut, Syarif Hidayatullah, kerajinan batu akik dari Sagaranten ini sudah diekspor hampir ke seluruh benua seperti ke Benua Amerika, Asia, Eropa dan sebagian Afrika. Hingga saat ini, batu akik tersebut sudah diekspor seperti ke Cina, negara-negara di Afrika, Arab Saudi, Amerika Serikat dan Australia dan Inggris.
"Omset dari penjualan batu akik ini 80 persen untuk ekspor dan sisanya untuk pasar nasional dan lokal, bahkan kami cukup kesulitan memenuhi tingginya permintaan pasar akan batu akik dari Sagaranten," kata pemilik Kelompok Usaha Batu Akik, Samudera Drusy kepada Antara, Senin.
Menurut dia, walaupun bahan batu akik dari Sagaranten tidak sepenuhnya asli dari Sukabumi, tetapi mempunyai kelebihan dalam melakukan pemotongan, penggosokan hingga menjadi batu perhiasan. Selain itu, banyaknya investor, komunitas dan penghobi batu akik datang ke Sagaranten karena kualitasnya dan harganya yang sangat murah jika dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia.
Lebih lanjut, sistem kepercayaan yang diterapkan pihaknya kepada seluruh konsumen membuat pecinta kembali berdatangan bahkan membawa rekan-rekannya untuk membeli atau memborong batu akik dari Sagaranten. Saat ini, ia sudah mempunyai 18 pengrajin yang di bawah naungan kelompok usahanya.
"Untuk omset khusus saya, paling sedikit Rp400 juta setiap bulannya. Adapun, batu akik yang kami sediakan seperti jenis anggur, safir, pospor, badar, Yaman, hati ayam dan lain-lain. Bahkan, jika ada permintaan seperti batu akik termahal seperti bacan doko/palamea kami siapkan dengan kualitas terbaik," tambahnya.
Sementara, Kepala Desa Datarnangka, Kecamatan Sagaranten, Aris Slamet mengatakan sudah puluhan tahun mayoritas warga di desanya menjadi pengrajin batu akik. Bahkan, hingga saat ini sedikitnya 300 kepala keluarga usahanya berasal dari batu mulia ini. Selain itu, omset bersih yang didapat dari pengrajin kecil minimalnya Rp4,5 juta/bulan.
"Mayoritas untuk diekspor, tetapi pengrajin juga menyediakan batu akik untuk pasar lokal. Bahkan, pusat batu perhiasan di Jakarta seperti di Rawa Bening mayoritas batunya berasal dari sini. Sampai saat ini sudah ada dua kampung yang mayoritas warganya berpenghasilan menjadi pengrajin batu akik," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2014
Seperti yang dikatakan oleh pengrajin batu akik Sagaranten yang juga pusat dari kerajinan batu tersebut, Syarif Hidayatullah, kerajinan batu akik dari Sagaranten ini sudah diekspor hampir ke seluruh benua seperti ke Benua Amerika, Asia, Eropa dan sebagian Afrika. Hingga saat ini, batu akik tersebut sudah diekspor seperti ke Cina, negara-negara di Afrika, Arab Saudi, Amerika Serikat dan Australia dan Inggris.
"Omset dari penjualan batu akik ini 80 persen untuk ekspor dan sisanya untuk pasar nasional dan lokal, bahkan kami cukup kesulitan memenuhi tingginya permintaan pasar akan batu akik dari Sagaranten," kata pemilik Kelompok Usaha Batu Akik, Samudera Drusy kepada Antara, Senin.
Menurut dia, walaupun bahan batu akik dari Sagaranten tidak sepenuhnya asli dari Sukabumi, tetapi mempunyai kelebihan dalam melakukan pemotongan, penggosokan hingga menjadi batu perhiasan. Selain itu, banyaknya investor, komunitas dan penghobi batu akik datang ke Sagaranten karena kualitasnya dan harganya yang sangat murah jika dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia.
Lebih lanjut, sistem kepercayaan yang diterapkan pihaknya kepada seluruh konsumen membuat pecinta kembali berdatangan bahkan membawa rekan-rekannya untuk membeli atau memborong batu akik dari Sagaranten. Saat ini, ia sudah mempunyai 18 pengrajin yang di bawah naungan kelompok usahanya.
"Untuk omset khusus saya, paling sedikit Rp400 juta setiap bulannya. Adapun, batu akik yang kami sediakan seperti jenis anggur, safir, pospor, badar, Yaman, hati ayam dan lain-lain. Bahkan, jika ada permintaan seperti batu akik termahal seperti bacan doko/palamea kami siapkan dengan kualitas terbaik," tambahnya.
Sementara, Kepala Desa Datarnangka, Kecamatan Sagaranten, Aris Slamet mengatakan sudah puluhan tahun mayoritas warga di desanya menjadi pengrajin batu akik. Bahkan, hingga saat ini sedikitnya 300 kepala keluarga usahanya berasal dari batu mulia ini. Selain itu, omset bersih yang didapat dari pengrajin kecil minimalnya Rp4,5 juta/bulan.
"Mayoritas untuk diekspor, tetapi pengrajin juga menyediakan batu akik untuk pasar lokal. Bahkan, pusat batu perhiasan di Jakarta seperti di Rawa Bening mayoritas batunya berasal dari sini. Sampai saat ini sudah ada dua kampung yang mayoritas warganya berpenghasilan menjadi pengrajin batu akik," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2014