Anggota Fraksi PDI Perjuangan DPR RI Muchamad Nabil Haroen meminta agar pemerintah mengkaji secara matang wacana untuk melakukan relaksasi atau pelonggaran pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
"Relaksasi penerapan PSBB harus dikaji secara matang, dengan beberapa pertimbangan strategis," ujar Nabil dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Minggu.
Hal tersebut dia sampaikan berkaitan dengan pernyataan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD yang menyebut bahwa pemerintah sedang memikirkan adanya relaksasi PSBB sebagai tanggapan atas keluhan masyarakat yang tidak dapat melakukan aktivitas dengan bebas saat pemberlakukan PSBB.
Baca juga: Bamsoet mengingatkan jangan terburu-buru Relaksasi PSBB
Nabil menilai pemerintah harus mengingat kembali tujuan utama pelaksanaan PSBB, yakni untuk menjaga nyawa, keamanan, dan kesejahteraan masyarakat di tengah pandemi COVID-19.
Dia mengakui, adanya penerapan PSBB di sejumlah wilayah membuat roda perekonomian masyarakat melambat, yang pada akhirnya berdampak pada sirkulasi keuangan dan pendapatan warga.
Selain itu, muncul pula isu-isu mengenai ketahanan pangan dan penanganan medis di tengah pandemi COVID-19.
Baca juga: Ridwan Kamil: PSBB Provinsi Jabar diterapkan mulai 6-19 Mei 2020
Menurut dia, permasalahan-permasalahan itulah yang seharusnya menjadi fokus perhatian pemerintah saat ini.
"Ini yang harus dikaji, bagaimana mengelola ketahanan pangan, pendapatan warga, sekaligus penanganan medis," kata dia.
Namun, apabila nantinya relaksasi PSBB tetap diberlakukan, Nabil meminta pemerintah untuk menerapkan aturan ketat terkait pembatasan jarak dan kewajiban penggunaan masker.
Baca juga: Wali Kota Bogor instruksikan PSBB tahap II di Kota Bogor lebih diperketat
Ketua Umum Pimpinan Pusat Pagar Nusa Nahdlatul Ulama itu mengingatkan masyarakat agar tetap mengutamakan kesehatan selama masa pemberlakuan relaksasi PSBB.
"Jadi, warga harus diberitahu bahwa kita berada dalam kehidupan dengan pola baru, dengan mengutamakan kesehatan," ucap dia.
Dalam kesempatan itu, Nabil juga menyinggung tentang mulai banyaknya teori-teori konspirasi yang muncul terkait wabah COVID-19, seperti tudingan bahwa virus corona berasal dari China, Amerika Serikat, Bahkan Yahudi.
Menurut dia, penyebaran teori konspirasi semacam itu harus segera dihentikan agar masyarakat tidak terprovokasi.
"Ini harus dihentikan, dan masyarakat jangan sampai terprovokasi. Kita perlu hidup dengan pola komunikasi yang sehat," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2020
"Relaksasi penerapan PSBB harus dikaji secara matang, dengan beberapa pertimbangan strategis," ujar Nabil dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Minggu.
Hal tersebut dia sampaikan berkaitan dengan pernyataan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD yang menyebut bahwa pemerintah sedang memikirkan adanya relaksasi PSBB sebagai tanggapan atas keluhan masyarakat yang tidak dapat melakukan aktivitas dengan bebas saat pemberlakukan PSBB.
Baca juga: Bamsoet mengingatkan jangan terburu-buru Relaksasi PSBB
Nabil menilai pemerintah harus mengingat kembali tujuan utama pelaksanaan PSBB, yakni untuk menjaga nyawa, keamanan, dan kesejahteraan masyarakat di tengah pandemi COVID-19.
Dia mengakui, adanya penerapan PSBB di sejumlah wilayah membuat roda perekonomian masyarakat melambat, yang pada akhirnya berdampak pada sirkulasi keuangan dan pendapatan warga.
Selain itu, muncul pula isu-isu mengenai ketahanan pangan dan penanganan medis di tengah pandemi COVID-19.
Baca juga: Ridwan Kamil: PSBB Provinsi Jabar diterapkan mulai 6-19 Mei 2020
Menurut dia, permasalahan-permasalahan itulah yang seharusnya menjadi fokus perhatian pemerintah saat ini.
"Ini yang harus dikaji, bagaimana mengelola ketahanan pangan, pendapatan warga, sekaligus penanganan medis," kata dia.
Namun, apabila nantinya relaksasi PSBB tetap diberlakukan, Nabil meminta pemerintah untuk menerapkan aturan ketat terkait pembatasan jarak dan kewajiban penggunaan masker.
Baca juga: Wali Kota Bogor instruksikan PSBB tahap II di Kota Bogor lebih diperketat
Ketua Umum Pimpinan Pusat Pagar Nusa Nahdlatul Ulama itu mengingatkan masyarakat agar tetap mengutamakan kesehatan selama masa pemberlakuan relaksasi PSBB.
"Jadi, warga harus diberitahu bahwa kita berada dalam kehidupan dengan pola baru, dengan mengutamakan kesehatan," ucap dia.
Dalam kesempatan itu, Nabil juga menyinggung tentang mulai banyaknya teori-teori konspirasi yang muncul terkait wabah COVID-19, seperti tudingan bahwa virus corona berasal dari China, Amerika Serikat, Bahkan Yahudi.
Menurut dia, penyebaran teori konspirasi semacam itu harus segera dihentikan agar masyarakat tidak terprovokasi.
"Ini harus dihentikan, dan masyarakat jangan sampai terprovokasi. Kita perlu hidup dengan pola komunikasi yang sehat," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2020