Gabungan tim ahli dan peneliti Universitas Indonesia (UI) mengembangkan sebuah portal webGIS (peta dalam jaringan/daring) untuk membantu pemerintah memetakan sebaran virus COVID-19.

Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi UI Prof Dr rer. nat. Abdul Haris di Depok, Jumat mengatakan bahwa penyebaran COVID-19 telah menjadi perhatian dunia.

"Untuk itu kami berupaya mengerahkan tim ahli dan peneliti UI untuk bersama-sama mengembangkan sebuah peta persebaran COVID-19 secara akurat," katanya.

Baca juga: UI siap bantu pemerintah lakukan pemeriksaan Covid-19

Ia menjelaskan peta sebaran tersebut dapat diakses melalui laman https://qgiscloud.com/ardiansyah18/CORONA_INA_19032020/. Portal webGIS ini akan mampu memetakan penduduk yang terinfeksi COVID-19, persebaran lokasi pasien yang positif terinfeksi COVID-19, serta membantu pemerintah dalam memetakan daerah yang rawan kasus infeksi baru. Portal webGIS dapat diakses mudah melalui komputer atau smartphone.

Haris mengatakan portal analisis spasial (keruangan) ini awalnya dikembangkan oleh Ardiansyah, peneliti UI dari Departemen Geografi, kemudian dilengkapi bersama-sama oleh tim peneliti dari Fakultas Ilmu Komputer (Fasilkom), Fakultas Kedokteran (FK) dan Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM), dan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) di bawah koordinasi Direktorat Inovasi dan Science Techno Park UI.

"Portal ini memuat informasi berkenaan gambaran persebaran lokasi pasien yang positif terinfeksi virus COVID-19, orang dalam pengawasan (ODP), dan pasien dalam pengawasan (PDP). Portal peta ini juga mampu menggambarkan tiga kelas berdasarkan status kerawanannya, yakni rawan rendah, sedang dan tinggi," katanya.

Baca juga: Pakar: Kebijakan "social distancing" tepat dan BUMN jadi pelopor
Baca juga: Tim Pengmas Dept Kimia Kedokteran FKUI bagikan hand sanitizer secara gratis

Dijelaskannya bahwa daerah berklasifikasi rawan tinggi (ditandai dengan zona merah) ditandai oleh tiga hal yaitu, banyaknya penderita berdomisili di wilayah tersebut; banyaknya jumlah dan dekatnya jarak penderita dengan fasilitas transportasi umum, dan kepadatan penduduk yang tinggi.

Adapun sejumlah parameter yang diperhitungkan di dalam peta WebGIS di antaranya kepadatan jumlah penderita dalam luas wilayah tertentu, kepadatan penduduk masing-masing daerah, dan kepadatan sistem transportasi (stasiun kereta api, halte bus, terminal, dan lainnya).

Data untuk portal peta daring ini dihimpun dari berbagai sumber pemerintah daerah dan lembaga seperti Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Pemprov DKI Jakarta, Pemprov Jawa Barat, dan lain-lain. Portal ini disempurnakan dengan masukan peneliti dari Departemen Epidemiologi FKM, FKUI, Fasilkom, dan dari mitra BUMN seperti Telkom Indonesia.

Haris menjelaskan dalam diskusi intensif antara UI dan PT Telkom Indonesia, Divisi Big Data, Internet of Things (IoT) and Research dari Telkom juga telah menyatakan ketertarikan untuk bekerja sama dan menggunakan komponen analisis spasial ini untuk melengkapi portal dan sistem informasi yang telah mereka bangun secara terpisah.

Baca juga: PHBS, isolasi diri, dan social distancing efektif cegah penyebaran COVID-19

Ke depan diharapkan big data yang dimiliki oleh Telkom sebagai penyelenggara layanan seluler terbesar di Indonesia dapat mendukung input data bagi portal ini dan portal lain yang dapat membantu pengendalian persebaran virus COVID-19.

Ia mengatakan portal webGIS ini dapat bermanfaat bagi pemangku kebijakan baik Pemerintah Daerah, Kementerian Kesehatan, BNPB maupun Kementerian lainnya.

"Portal ini juga dapat menjadi bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dan antisipasi mandiri pada wilayah rawan virus COVID-19," demikian Abdul Haris .
 

Pewarta: Feru Lantara

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2020