Bogor (Antaranews Bogor) - Sebanyak 38 pasien gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Marzoeki Mahdi menyalurkan hak pilihnya pada Pemilihan Umum Presiden 2014, Rabu.
Jumlah tersebut berkurang dari data sehari sebelumnya yang disampaikan oleh KPU Kota Bogor, yakni sebanyak 61 orang.
Namun, menurut Komisioner Bidang Teknis KPU Kota Bogor Samsudin, hanya 38 pasien RSJ Marzoeki Mahdi yang dinyatakan layak mencoblos.
"Memang data evaluasi terakhir per Selasa (8/7) kemarin, ada 62 pasien yang dinyatakan bisa ikut memilih. Tetapi pada hari pelaksanaan, hanya 38 pasien yang menyalurkan hak pilihnya," ujar Samsudin saat memantau proses pencoblosan di RSJ Marzoeki Mahdi.
Ia menjelaskan pada data awal sebulan yang lalu, jumlah pemilih di RSJ Marzoeki Mahdi sebanyak 231 orang. Dari jumlah tersebut setelah dilakukan pengecekan ulang dan evaluasi kondisi kesehatannya pada H-1 pencoblosan, pihak rumah sakit menyatakan hanya ada 61 pasien yang bisa mencoblos, karena ada beberapa pasien yang sudah sehat dan bisa pulang.
Namun dari 61 pasien yang dinyatakan bisa mengikuti pemungutan suara, hanya 38 pasien yang menyalurkan hak pilihnya.
Menurut Samsudin, ada beberapa faktor yang menyebabkan jumlah pasien RSJ Marzoeki Mahdi yang berkurang, karena pengaruh kejiwaan pasien yang tidak stabil, sehingga dapat berubah sewaktu-waktu.
Selain itu, kejiwaan pasien juga mengalami perubahan setelah didatangi tim KPPS dan sejumlah pihak yang memantau pelaksanaan proses pemungutan suara di RSJ Marzoeki Mahdi.
"Karena pasien ini memiliki kekhususan, apalagi kejiwaan mereka yang tidak stabil, beberapa ada yang takut melihat banyak orang yang datang," kata Samsudin.
Sementara itu, proses pemungutan suara di RSJ Marzoeki Mahdi berlangsung mulai pukul 09.00 WIB hingga pukul 11.00 WIB.
Petugas dari TPS 1 Menteng didampingi anggota dari KPU, Panwaslu, Kepolisian, serta Limnas, mendatangi tempat perawatan.
Ada tiga tempat perawatan dan rehabilitasi yang didatangi petugas. Petugas membawa serta satu bilik suara dan kotak suara.
Saat pemungutan suara di bangsa rehabilitasi, pasien diminta datang ke aula untuk melakukan pencoblosan. Berbeda dengan pasien yang ada di kelas I dan kelas II, petugas langsung mendatangi ruangan.
Seperti di Ruang Perawatan Pasien kelas I Srikandi, dari tujuh orang pasien yang dirawat, hanya ada dua pasien yang menyalurkan hak pilihnya.
Salah satu pasien yang menyalurkan hak pilihnya bernama Indra usia sekitar 20 tahunan. Ia dibantu perawatnya melakukan pencoblosan, meski dengan wajah yang sedikit bingung, Indra tampak santai mencoblos di bilik suara, serta memasukkan surat suara ke kotak lalu mencelupkan jarinya di tinta.
"Indra hebat sudah mencoblos, Indra sehat kan," ujar salah satu petugas perawat sambil memberikan sebungkus plastik berisi jeruk dan air minum.
Menurut Afnan perawat di ruang Srikandi, terdapat tujuh pasien yang dirawat di ruang kelas satu tersebut, tetapi hanya dua orang saja yang menyalurkan hak pilihnya.
"Saya tidak tahu kenapa yang lain tidak mencoblos, tapi tadi ada beberapa pasien yang menolak ikut, karena ini berkaitan dengan kondisi mental mereka, ada yang malu karena banyak orang yang datang," ujar Afnan.
Usai melaksanakan pemungutan suara di RSJ Marzoeki Mahdi, petugas lalu kembali ke TPS 1 Menteng. Menurut petugas, nantinya surat suara hasil pencoblosan pasien rumah sakit jiwa akan digabung dengan suara suara DPT di TPS tersebut, sehingga tidak ada pemilahan.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2014
Jumlah tersebut berkurang dari data sehari sebelumnya yang disampaikan oleh KPU Kota Bogor, yakni sebanyak 61 orang.
Namun, menurut Komisioner Bidang Teknis KPU Kota Bogor Samsudin, hanya 38 pasien RSJ Marzoeki Mahdi yang dinyatakan layak mencoblos.
"Memang data evaluasi terakhir per Selasa (8/7) kemarin, ada 62 pasien yang dinyatakan bisa ikut memilih. Tetapi pada hari pelaksanaan, hanya 38 pasien yang menyalurkan hak pilihnya," ujar Samsudin saat memantau proses pencoblosan di RSJ Marzoeki Mahdi.
Ia menjelaskan pada data awal sebulan yang lalu, jumlah pemilih di RSJ Marzoeki Mahdi sebanyak 231 orang. Dari jumlah tersebut setelah dilakukan pengecekan ulang dan evaluasi kondisi kesehatannya pada H-1 pencoblosan, pihak rumah sakit menyatakan hanya ada 61 pasien yang bisa mencoblos, karena ada beberapa pasien yang sudah sehat dan bisa pulang.
Namun dari 61 pasien yang dinyatakan bisa mengikuti pemungutan suara, hanya 38 pasien yang menyalurkan hak pilihnya.
Menurut Samsudin, ada beberapa faktor yang menyebabkan jumlah pasien RSJ Marzoeki Mahdi yang berkurang, karena pengaruh kejiwaan pasien yang tidak stabil, sehingga dapat berubah sewaktu-waktu.
Selain itu, kejiwaan pasien juga mengalami perubahan setelah didatangi tim KPPS dan sejumlah pihak yang memantau pelaksanaan proses pemungutan suara di RSJ Marzoeki Mahdi.
"Karena pasien ini memiliki kekhususan, apalagi kejiwaan mereka yang tidak stabil, beberapa ada yang takut melihat banyak orang yang datang," kata Samsudin.
Sementara itu, proses pemungutan suara di RSJ Marzoeki Mahdi berlangsung mulai pukul 09.00 WIB hingga pukul 11.00 WIB.
Petugas dari TPS 1 Menteng didampingi anggota dari KPU, Panwaslu, Kepolisian, serta Limnas, mendatangi tempat perawatan.
Ada tiga tempat perawatan dan rehabilitasi yang didatangi petugas. Petugas membawa serta satu bilik suara dan kotak suara.
Saat pemungutan suara di bangsa rehabilitasi, pasien diminta datang ke aula untuk melakukan pencoblosan. Berbeda dengan pasien yang ada di kelas I dan kelas II, petugas langsung mendatangi ruangan.
Seperti di Ruang Perawatan Pasien kelas I Srikandi, dari tujuh orang pasien yang dirawat, hanya ada dua pasien yang menyalurkan hak pilihnya.
Salah satu pasien yang menyalurkan hak pilihnya bernama Indra usia sekitar 20 tahunan. Ia dibantu perawatnya melakukan pencoblosan, meski dengan wajah yang sedikit bingung, Indra tampak santai mencoblos di bilik suara, serta memasukkan surat suara ke kotak lalu mencelupkan jarinya di tinta.
"Indra hebat sudah mencoblos, Indra sehat kan," ujar salah satu petugas perawat sambil memberikan sebungkus plastik berisi jeruk dan air minum.
Menurut Afnan perawat di ruang Srikandi, terdapat tujuh pasien yang dirawat di ruang kelas satu tersebut, tetapi hanya dua orang saja yang menyalurkan hak pilihnya.
"Saya tidak tahu kenapa yang lain tidak mencoblos, tapi tadi ada beberapa pasien yang menolak ikut, karena ini berkaitan dengan kondisi mental mereka, ada yang malu karena banyak orang yang datang," ujar Afnan.
Usai melaksanakan pemungutan suara di RSJ Marzoeki Mahdi, petugas lalu kembali ke TPS 1 Menteng. Menurut petugas, nantinya surat suara hasil pencoblosan pasien rumah sakit jiwa akan digabung dengan suara suara DPT di TPS tersebut, sehingga tidak ada pemilahan.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2014