Bogor, (Antaranews Bogor) - Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan menyatakan, kematian ikan akibat "umbalan" di Keramba Jaring Apung (KJA) dapat diprediksi sehingga bisa mencegah kerugian akibat kematian ikan secara massal dalam fenomena alam tersebut.

"Peristiwa "up-welling" atau "umbalan itu sebenarnya bisa diprediksi, sehingga kematian ikan massal dapat kita cegah," ujar Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Slamet Soebjaktp, dalam workshop Pengelolaan Lingkungan Perikanan Budidaya di danau dan waduk yang dilangsungkan di Kota Bogor, Jawa Barat, Rabu.

Slamet menjelaskan, umumya "umbalan" terjadi dalam musim penghujan, biasanya di bulan Januari, Februari dan November.

Ia mengatakan Kementerian Kelautan dan Perikanan telah melakukan kajian untuk mencegah kematian massal ikan akibat "umbalan".

Berbagai langkah untuk mengantisipasi kematian ikan akibat "umbalan" di Keramba Jaring Apung dapat dilakukan melalui penglolaan waduk dan danau secara terpadu.

Dijelaskannya, beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi dan mencegah kematian ikan akibat "umbalan" adalah mensosialisasikan kepada pembudidaya perihal tanda-tanda akan terjadinya kematian massal ikan.

"Tanda-tanda itu yakni kondisi cuaca mendung dan atau hujan yang terus-menerus selama 2-3 hari berturut-turut (tidaka da cahaya matahari), kualitas air waduk mulai menunjukkan penurunan," kata Slamet.

Langkah kedua, lanjut Slamet yakni dengan mengurangi jumlah KJA yang beroperasi atau mengurangi kepadatan ikan yang dipelihara.

"Jumlah total ikan yang dipelihara harus berada di bawah daya dukung perairan," ujar Slamet.

Lebih lanjut Slamet mengatakan, langkah ketiga, segera memanen ikan yang ukurannya mendekati ukuran konsumsi, untuk menekan dampak kerugian yang akan timbul.

Langkah keempat, memilih jenis ikan yang lebih toleran terhadap kadar oksigen yang rendah, seperti ikan patin.

Selanjutnya, memindahkan posisi KJA secara reguler, misal 1 tahun sekali ke posisi dengan kondisi kualitas air yang lebih baik. Serta melakukan aerasi di KJA yang merupakan kegiatan tanggap darurat dan dapat dilakukan hanya sementara waktu.

"Untuk mengurangi resiko kematian ikan, juga bisa dilakukan penebaran ikan pemakan plankton misalnya bandeng tujuannya untuk mengendalikan blooming alga," kata Slamet.

Slamet mengatakan, Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya memiliki tanggung jawab untuk mendorong pemanfaatan secara optimal dan berkelanjutan khususnya di bidang perikanan budidaya, juga harus memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar.

"Kami (Dirjen Perikanan Budidaya) sengaja memajukan agenda workshop pengelolaan lingkungan ini yang setiap tahunnya digelar bulan Oktober kini dilakukan bulan Juli, tujuannya adalah mengantisipasi "umbalan" ini," kata Slamet.

Slamet menambahkan, pertemuan tersebut diadakan untuk menyamakan persepsi dalam pengelolaan danau dan waduk untuk mengantisipasi kematian massal pada ikan yang dibudidayakan di Keramba Jaring Apung (KJA).

Workshop ini dihadiri oleh seluruh pemangku kepentingan terkait seperti LIPI, perguruan tinggi, dinas kelautan dan perikanan kabupaten, dinas kelautan dan perikanan provinsi, Badan Pengelolaan Waduk Cirata, dan Perum Jasa Tirta, kelompok pembudidaya, produsen pakan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya, Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan, Pusar Karantina Ikan, dan Direktorat Jenderal Pengawasan Kelautan dan Perikanan (PSDKP) KKP.

Pewarta: Laily Rahmawati

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2014