Jumlah korban meninggal akibat virus corona di Iran bertambah menjadi 26 pada Kamis, hingga kini menjadi jumlah tertinggi di luar China, dan jumlah keseluruhan kasus infeksi mencapai 245, termasuk sejumlah pejabat senior.

Wabah tersebut memicu pihak berwenang membatalkan Shalat Jumat di 23 ibu kota dari 31 provinsi di Iran, termasuk Teheran dan kota suci Muslim Syiah, Qom, dan Mashhad serta beberapa daerah terinfeksi lainnya, menurut stasiun TV pemerintah.

Kantor Berita IRNA menyebutkan Iran melarang warga China masuk ke negaranya.

Baca juga: Virus Corona, 2.393 jamaah umrah Indonesia terdampak

Mereka yang tertular COVID-19 itu termasuk Wakil Presiden urusan Keluarga dan Perempuan Masoumeh Ebtekar dan Wakil Menteri Kesehatan Iraj Harirchi. Kasus Ebtekar disebutkan masih dalam skala ringan dan tidak dirawat di rumah sakit.

"Dalam 24 jam terakhir, kami telah mengkonfirmasi 106 kasus baru ... dengan jumlah kematian mencapai 26," kata juru bicara Kementerian Kesehatan Kianush Jahanpur kepada stasiun TV pemerintah.

Baca juga: WHO beri peringatan seluruh negara di dunia siap siaga hadapi COVID-19

Pemerintah meminta masyarakat Iran menghindari "perjalanan domestik yang tak perlu."

Iran juga memberlakukan sejumlah pembatasan akses ke tempat suci di Qom dan Mashhad, kata Menteri Kesehatan Saeed Namaki kepada stasiun TV itu.

Ia menambahkan bahwa para pengunjung tempat itu harus "berdoa kemudian pergi." Pertemuan tak diizinkan di dalam tempat tersebut," katanya.

Baca juga: Presiden Jokowi menghargai sikap Arab Saudi tangguhkan layanan umroh cegah Corona

Otoritas Iran, termasuk Presiden Hassan Rouhani, pada Rabu (26/2) mengatakan bahwa Iran tak berencana mengkarantina kota atau distrik mana pun, meski terjadi lonjakan kasus corona dalam waktu singkat.

Sumber: Reuters.

Pewarta: Asri Mayang Sari

Editor : M. Tohamaksun


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2020