Lansia Aktif Peduli (Lantip) Indonesia melakukan kunjungan belajar ke Kelompok Wanita Tani (KWT) Puspasari di Kelurahan Kedung Badak, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Kamis, untuk belajar mengenai pengelolaan sampah rumah tangga dan pembuatan pupuk organik.
Rombongan Lantip Indonesia dipimpin oleh ketuanya, Taufiqurrahman Ruqi, hadir di KWT Purpasari diterima oleh Ketua KWT Puspasari, Pipit Puspitasari.
Hadir juga pada pertemuan tersebut, Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Bogor Anas S Rasmana, serta Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup Kota Bogor Anne Dewiana Rulianti.
Baca juga: Kelompok Tani Wanita produksi jamu dari tanaman pekarangan
Menurut mantan ketua KPK Taufiqurrahman Ruki, kunjungan rombongannya, untuk melihat langsung kegiatan kelompok petani perkotaan yang kreatif menanam tanaman obat-obatan, mengelola sampah rumah tangga dan membuat pupuk organik.
Salah seorang rombongan Lantip Indonesia menambahkan, kunjungan mereka ke masyarakat seperti KWT Puspasari ini untuk melihat suasana segar di masyarakat yang berdampak dapat membuat para pengurus Lantip Indonesia tetap segar dalam mengisi hari tua.
Baca juga: Mahasiswa IPB ajak kelompok wanita tani Sukabumi kembangkan ekonomi kreatif cabai dan tomat
Sementara itu, Wakil Wali Kota Bogor, Dedie A Rachim, menyambut baik kehadiran rombongan Lantip Indonesia sekaligus mendampingi KWT Puspasari yang aktif menanam tanaman obat, tanaman bunga, dan buah-buahan di lahan fasilitas umum di Komplek Perumahan Cimanggu Permai di Kelurahan Kedung Badak, Tanah Sareal Kota Bogor.
Menurut Dedie, Kota Bogor memiliki 33 KWT dan seluruhnya berjalan aktif. "Bahkan, KWT Puspasari ini pernah menjadi juara KWT tingkat Provinsi Jawa Barat," katanya.
Baca juga: Mahasiswa IPB Berdayakan Kelompok Wanita Tani
Ketua KWT Puspasari, Pipit Puspitasari, pada kesempatan tersebut, mengucapkan terima kasih atas kunjungan Lantip Indonesia ke KWT Puspasari.
Menurut Pipit, KWT Puspasari berdiri pada 2012, semula merupakan kumpulan ibu-ibu PKK tingkat RW yakni membuat taman toga.
Karena taman toga itu hanya di tingkat RW dan tidak ada lembaga pelindungnya, maka mereka mengubah menjadi KWT dan diberi nama Puspasari. "Artinya, bunga yang harum," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2020
Rombongan Lantip Indonesia dipimpin oleh ketuanya, Taufiqurrahman Ruqi, hadir di KWT Purpasari diterima oleh Ketua KWT Puspasari, Pipit Puspitasari.
Hadir juga pada pertemuan tersebut, Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Bogor Anas S Rasmana, serta Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup Kota Bogor Anne Dewiana Rulianti.
Baca juga: Kelompok Tani Wanita produksi jamu dari tanaman pekarangan
Menurut mantan ketua KPK Taufiqurrahman Ruki, kunjungan rombongannya, untuk melihat langsung kegiatan kelompok petani perkotaan yang kreatif menanam tanaman obat-obatan, mengelola sampah rumah tangga dan membuat pupuk organik.
Salah seorang rombongan Lantip Indonesia menambahkan, kunjungan mereka ke masyarakat seperti KWT Puspasari ini untuk melihat suasana segar di masyarakat yang berdampak dapat membuat para pengurus Lantip Indonesia tetap segar dalam mengisi hari tua.
Baca juga: Mahasiswa IPB ajak kelompok wanita tani Sukabumi kembangkan ekonomi kreatif cabai dan tomat
Sementara itu, Wakil Wali Kota Bogor, Dedie A Rachim, menyambut baik kehadiran rombongan Lantip Indonesia sekaligus mendampingi KWT Puspasari yang aktif menanam tanaman obat, tanaman bunga, dan buah-buahan di lahan fasilitas umum di Komplek Perumahan Cimanggu Permai di Kelurahan Kedung Badak, Tanah Sareal Kota Bogor.
Menurut Dedie, Kota Bogor memiliki 33 KWT dan seluruhnya berjalan aktif. "Bahkan, KWT Puspasari ini pernah menjadi juara KWT tingkat Provinsi Jawa Barat," katanya.
Baca juga: Mahasiswa IPB Berdayakan Kelompok Wanita Tani
Ketua KWT Puspasari, Pipit Puspitasari, pada kesempatan tersebut, mengucapkan terima kasih atas kunjungan Lantip Indonesia ke KWT Puspasari.
Menurut Pipit, KWT Puspasari berdiri pada 2012, semula merupakan kumpulan ibu-ibu PKK tingkat RW yakni membuat taman toga.
Karena taman toga itu hanya di tingkat RW dan tidak ada lembaga pelindungnya, maka mereka mengubah menjadi KWT dan diberi nama Puspasari. "Artinya, bunga yang harum," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2020