Sukabumi (Antaranews Bogor) - Sekitar 20 gelandangan dan pengemis ditangkap saat razia gabungan yang dilakukan oleh Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Sukabumi.
"Ada 20 gelandangan dan pengemis yang kami tangkap, kegiatan ini rutin kami lakukan khususnya saat menjelang Ramadan dan Lebaran karena jumlahnya akan membludak saat mendekati bulan suci umat islam tersebut," kata Kepala Bidang Sosial Dinsosnakertrans Kota Sukabumi, Jumhur kepada wartawan, Kamis.
Pada razia rutin ini gelandangan dan pengemis yang sedang mengemis di beberapa ruas pusat Kota Sukabumi langsung dijaring dan dimasukan ke dalam truk operasional Sat Pol PP dan dibawa ke Kantor Dinsosnakertrans setempat untuk didata. Ternyata mayoritas mereka yang terjaring operasi ini bukan asli warga Kota Sukabumi.
Menurut Jumhur, dari pendataan yang dilakukan oleh pihaknya ada sekitar 100 gelandangan dan pengemis yang beroperasi di Kota Sukabumi, sekitar 70 sampai 75 persennya berasal dari luar kota seperti dari Kabupaten Sukabumi dan Cianjur.
Mereka sengaja datang ke Kota Sukabumi, karena hasil dari mengemis cukup menggiurkan karena dari pengakuan beberapa pengemis, baru tiga jam beroperasi mereka sudah mendapatkan uang sekitar Rp85.000 sampai Rp100.000.
Bahkan dari banyaknya gelandangan dan pengemis yang ada di Kota Sukabumi ada beberapa yang masih anak-anak dan Balita yang dieksploitasi oleh orang tuanya untuk ikut mengemis. Mereka yang terjaring ini langsung diberikan pengarahan dan pembinaan agar tidak melakukan kegiatan serupa karena selain mengganggu keamanan, dengan banyak gelandangan dan pengemis ini membuat kumuh kota.
"Kami juga berkoordinasi dengan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) dan Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3), agar anak-anak yang menjadi gelandangan atau pengemis bisa ditampung untuk mendapatkan haknya seperti bersekolah dan mereka yang berasal dari luar Kota Sukabumi akan dikembalikan ke daerahnya," tambahnya.
Sementara, salah seorang pengemis Sahudin mengatakan dirinya terpaksa mengemis karena kesulitan mendapatkan pekerjaan pascaamputasi kedua kakinya yang disebabkan kecelakaan lalu lintas. Ia yang merupakan warga Kecamatan Takokak, Cianjur ini mengakui usianya saat ini masih produktif yakni 45 tahun, tapi karena keterbatasannya tersebut Sahudin sulit mendapatkan pekerjaan sehingga terpaksa turun ke jalan untuk mencari nafkah.
"Sebenarnya kami sudah mengeluarkan himbauan kepada masyarakat di Kota Sukabumi agar tidak memberikan uang kepada pengemis, namun ternyata masih banyak warga yang memberi karena kasihan melihat kondisi pengemis itu. Padahal pendapatan setiap harinya cukup besar, bahkan beberapa pengemis mendapatkan penghasilan setiap bulannya lebih tinggi dibandingkan dengan pegawai negeri sipil," kata Wakil Wali Kota Sukabumi, Ahmad Fahmi.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2014
"Ada 20 gelandangan dan pengemis yang kami tangkap, kegiatan ini rutin kami lakukan khususnya saat menjelang Ramadan dan Lebaran karena jumlahnya akan membludak saat mendekati bulan suci umat islam tersebut," kata Kepala Bidang Sosial Dinsosnakertrans Kota Sukabumi, Jumhur kepada wartawan, Kamis.
Pada razia rutin ini gelandangan dan pengemis yang sedang mengemis di beberapa ruas pusat Kota Sukabumi langsung dijaring dan dimasukan ke dalam truk operasional Sat Pol PP dan dibawa ke Kantor Dinsosnakertrans setempat untuk didata. Ternyata mayoritas mereka yang terjaring operasi ini bukan asli warga Kota Sukabumi.
Menurut Jumhur, dari pendataan yang dilakukan oleh pihaknya ada sekitar 100 gelandangan dan pengemis yang beroperasi di Kota Sukabumi, sekitar 70 sampai 75 persennya berasal dari luar kota seperti dari Kabupaten Sukabumi dan Cianjur.
Mereka sengaja datang ke Kota Sukabumi, karena hasil dari mengemis cukup menggiurkan karena dari pengakuan beberapa pengemis, baru tiga jam beroperasi mereka sudah mendapatkan uang sekitar Rp85.000 sampai Rp100.000.
Bahkan dari banyaknya gelandangan dan pengemis yang ada di Kota Sukabumi ada beberapa yang masih anak-anak dan Balita yang dieksploitasi oleh orang tuanya untuk ikut mengemis. Mereka yang terjaring ini langsung diberikan pengarahan dan pembinaan agar tidak melakukan kegiatan serupa karena selain mengganggu keamanan, dengan banyak gelandangan dan pengemis ini membuat kumuh kota.
"Kami juga berkoordinasi dengan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) dan Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3), agar anak-anak yang menjadi gelandangan atau pengemis bisa ditampung untuk mendapatkan haknya seperti bersekolah dan mereka yang berasal dari luar Kota Sukabumi akan dikembalikan ke daerahnya," tambahnya.
Sementara, salah seorang pengemis Sahudin mengatakan dirinya terpaksa mengemis karena kesulitan mendapatkan pekerjaan pascaamputasi kedua kakinya yang disebabkan kecelakaan lalu lintas. Ia yang merupakan warga Kecamatan Takokak, Cianjur ini mengakui usianya saat ini masih produktif yakni 45 tahun, tapi karena keterbatasannya tersebut Sahudin sulit mendapatkan pekerjaan sehingga terpaksa turun ke jalan untuk mencari nafkah.
"Sebenarnya kami sudah mengeluarkan himbauan kepada masyarakat di Kota Sukabumi agar tidak memberikan uang kepada pengemis, namun ternyata masih banyak warga yang memberi karena kasihan melihat kondisi pengemis itu. Padahal pendapatan setiap harinya cukup besar, bahkan beberapa pengemis mendapatkan penghasilan setiap bulannya lebih tinggi dibandingkan dengan pegawai negeri sipil," kata Wakil Wali Kota Sukabumi, Ahmad Fahmi.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2014