Jakarta (Antaranews Bogor) - Sosiolog Universitas Nasional (Unas) Nia Elvina MSi menilai bahwa Partai Demokrat harus mencari alternatif calon presiden baru yang inovatif.

"Mengambil pilihan kandidat presiden yang di luar konvensi merupakan alternatf yang sangat mumpuni," katanya di Jakarta, Jumat.

Memberikan ulasan mengenai Capres dari Partai Demokrat, ia melihat sangat menarik membahas tentang kandidat presiden yang

akan menggantikan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), setelah Pemilu Legislatif pada 9 April 2014.

Secara sosiologis, kata dia, capres alternatif itu yang disebut dengan "Capres yang mempunyai kapital sosial tinggi".

"Dengan begitu untuk meraih kepercayaan masyarakat Indonesia merupakan suatu langkah yang mudah bagi Partai Demokrat," katanya.

Jika alternatif Capres tetap dari dalam, menurut Sekretaris Program Sosiologi Unas itu, dari semua kader Partai Demokrat, yang paling mumpuni dan memenuhi kriteria tersebut, yakni Gubernur Jatim Soekarwo, yang sering disebut oleh SBY sebagai "Matahari Dari Timur".

Soekarwo merupakan kader dari Partai Demokrat yang berprestasi dan mempunyai sifat yang luwes sehingga elektabilitasnya mampu menyaingi kandidat presiden dari partai lain dan mempunyai pengalaman empiris yang kuat yang mampu memimpin dan mensejahterakan masyarakatnya.

Pasca-Pemilu Legislatif, kata dia, koalisi akan menjadi isu yang hangat di kalangan para elite partai untuk memajukan kandidat presiden mereka.

"Dan saya kira yang tidak kalah menariknya adalah kandidat yang akan diajukan oleh Partai Demokrat," katanya.

Ia memperkirakan bahwa SBY sangat hati-hati dalam menentukan kandidat presidennya dengan melakukan koalisi dengan berbagai partai.

Menurut dia, dari data yang baru saja dirilis oleh Pusat Data Bersatu yang diketuai oleh Didik J Rachbini, ditemukan bahwa para kandidat Capres yang diusung dalam konvensi Partai demokrat elektabilitasnya hanya di bawah empat persen.

"Artinya, masyarakat Indonesia tidak tertarik untuk memilih Capres konvensi yang diajukan oleh Partai Demokrat," katanya.

Apalagi, kata dia, faktor yang sangat dominan yang membuat Partai Demokrat bertahan pada level 9-10 persen perolehan suaranya pada Pileg pada pemilu 2014, adalah figur SBY.

Karena itu, ia kembali mengingatkan bahwa Partai Demokrat harus mencari alternatif baru yang inovatif dimaksud.

Pewarta: Andi Jauhari

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2014