Depok (Antaranews Bogor) - Pangkostrad Letjen TNI Gatot Nurmantyo meminta mahasiswa untuk mewaspadai perang proksi, jenis perang yang menggunakan pihak ketiga untuk menyerang pihak lain yang dianggap sebagai musuh, yang terjadi saat ini.
"Indikasi adanya perang proksi di antaranya adalah gerakan separatis, demonstrasi massa, dan bentrok antarkelompok," kata Gatot Nurmantyo dalam kuliah umum di Balai Sidang Universitas Indonesia (UI) dengan tema "Peran Pemuda dalam Menghadapi Proxy War" di Depok, Senin.
Perang proksi (Proxy War) merupakan perang antara dua pihak yang tidak saling berhadapan secara langsung, namun menggunakan pihak ketiga untuk mengalahkan musuh. Dalam perang proksi tidak dapat dikenali secara jelas siapa kawan dan siapa lawan karena musuh menggunakan dan mengendalikan pelaku non-negara (non-state actors).
Ia mengatakan pemuda sebagai tulang punggung bangsa harus menyadari bermacam tantangan dan ancaman bangsa untuk kemudian bersatu padu dan bersinergi menjaga keselamatan bangsa dan negara.
Menurut dia sejumlah aksi yang dapat dilakukan oleh mahasiswa untuk menangkal perang proksi di antaranya dengan selalu mengidentifikasi dan mengenali masalah, ahli dalam bidang disiplin ilmu masing-masing, melakukan gerakan pemuda berbasis wirausaha, mengadakan komunitas belajar, serta merintis program pembangunan karakter.
"Intinya yang terbaik adalah "back to basic", mengerti bahwa cinta dan peduli akan kepentingan negara harus menjadi kepentingan tertinggi di atas kepentingan segala-galanya," katanya.
Pangkostrad mengatakan para mahasiswa dapat menjadi prajurit sekaligus pengawal bangsa dalam perang proksi dengan bertindak sebagai agen perubahan.
"Kita harus mempersiapkan diri dan bahu membahu antarkomponen bangsa dalam melaksanakan dan menyelesaikan semua tugas dan tanggung jawab yang dipercayakan negara," katanya.
Sementara itu Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan UI Bambang Wibawarta mengatakan saat ini perang sudah tidak dengan cara kekerasan (Hard Power) tetapi dengan cara yang yang lembut (soft power) di mana tak ada suara tetapi guncangannya sangat terasa.
"Kita belum mempunyai strategi yang komprehensif untuk menanggulangi perang `soft power` tersebut," katanya.
Bambang mengajak TNI untuk bersinergi dengan UI guna mengatasi berbagai persoalan bangsa yang ada saat ini.
"Kita mempunyai banyak ahli dan profesor di berbagai bidang, silakan manfaatkan untuk kemajuan bangsa dan negara," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2014
"Indikasi adanya perang proksi di antaranya adalah gerakan separatis, demonstrasi massa, dan bentrok antarkelompok," kata Gatot Nurmantyo dalam kuliah umum di Balai Sidang Universitas Indonesia (UI) dengan tema "Peran Pemuda dalam Menghadapi Proxy War" di Depok, Senin.
Perang proksi (Proxy War) merupakan perang antara dua pihak yang tidak saling berhadapan secara langsung, namun menggunakan pihak ketiga untuk mengalahkan musuh. Dalam perang proksi tidak dapat dikenali secara jelas siapa kawan dan siapa lawan karena musuh menggunakan dan mengendalikan pelaku non-negara (non-state actors).
Ia mengatakan pemuda sebagai tulang punggung bangsa harus menyadari bermacam tantangan dan ancaman bangsa untuk kemudian bersatu padu dan bersinergi menjaga keselamatan bangsa dan negara.
Menurut dia sejumlah aksi yang dapat dilakukan oleh mahasiswa untuk menangkal perang proksi di antaranya dengan selalu mengidentifikasi dan mengenali masalah, ahli dalam bidang disiplin ilmu masing-masing, melakukan gerakan pemuda berbasis wirausaha, mengadakan komunitas belajar, serta merintis program pembangunan karakter.
"Intinya yang terbaik adalah "back to basic", mengerti bahwa cinta dan peduli akan kepentingan negara harus menjadi kepentingan tertinggi di atas kepentingan segala-galanya," katanya.
Pangkostrad mengatakan para mahasiswa dapat menjadi prajurit sekaligus pengawal bangsa dalam perang proksi dengan bertindak sebagai agen perubahan.
"Kita harus mempersiapkan diri dan bahu membahu antarkomponen bangsa dalam melaksanakan dan menyelesaikan semua tugas dan tanggung jawab yang dipercayakan negara," katanya.
Sementara itu Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan UI Bambang Wibawarta mengatakan saat ini perang sudah tidak dengan cara kekerasan (Hard Power) tetapi dengan cara yang yang lembut (soft power) di mana tak ada suara tetapi guncangannya sangat terasa.
"Kita belum mempunyai strategi yang komprehensif untuk menanggulangi perang `soft power` tersebut," katanya.
Bambang mengajak TNI untuk bersinergi dengan UI guna mengatasi berbagai persoalan bangsa yang ada saat ini.
"Kita mempunyai banyak ahli dan profesor di berbagai bidang, silakan manfaatkan untuk kemajuan bangsa dan negara," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2014