Sukabumi (Antaranews Bogor) - Ketua Umum Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) Sutiyoso mengajak seluruh masyarakat agar tidak terbius atau terjebak calon presiden yang senang beriklan di media massa.

"Masyarakat harus pintar memilih siapa capres yang tepat untuk memimpin bangsa ini ke depannya, jangan karena si capres sering muncul di iklan sehingga terpesona dengan capres tersebut padahal rekam jejak kepemimpinannya pun belum jelas," kata Sutiyoso saat di Sukabumi, Selasa.

Menurut mantan Gubernur DKI Jakarta ini, dalam memilih capres, setiap warga harus memilih terlebih dahulu dan merunut rekam jejaknya mulai dari kalangan mana, sudah memimpin berapa lama dan keberhasilannya selama si capres tersebut memimpin.

Lebih lanjut, jangan sampai rakyat terbodohi oleh capres yang berpura-pura peduli, sering bekerja atau "blusukan" dan merakyat, padahal kenyataan capres itu tidak pernah hidup sengsara semasa kecil apalagi sampai memimpin bangsa ini minimalnya menjadi ketua RT.

Bahkan, dengan nada lantang dirinya juga mengimbau kepada masyarakat agar tidak lagi memilih partai yang banyak koruptornya, karena jika rakyat salah memilih maka akan kecewa selama lima tahun ke depan. Maka dari itu era teknologi yang sudah maju ini warga harus bisa menjadi pemilih yang cerdas dan menyalurkan suaranya sesuai hati nurani serta tidak terpengaruh nominal rupiah.

"Rakyat harus memilih capres yang benar-benar pernah merasakan bagaimana susahnya hidup ini dan mampu lepas dari kemiskinan. Jika nanti presidennya benar merasakan kepedihan dan kemiskinan maka dalam memimpin bangsa ini si presiden tersebut saya yakin bisa merubah bangsa ini agar lebih baik ke depannya," tambahnya.

Di sisi lain, Sutiyoso yang juga capres dari PKPI juga menjabarkan rekam jejaknya mulai dari kecil sampai menjadi Gubernur DKI Jakarta.

Ia mengatakan bahwa Sutiyoso kecil hidup dalam kemiskinan, bahkan baru menggunakan sepatu untuk sekolah saja saat dirinya duduk di bangku SMP.

Namun, walaupun hidup dalam keluarga yang miskin dirinya tetap semangat dan ingin merubah kehidupan keluarga dan orang di sekitarnya. Maka setelah lulus sekolah dirinya langsung mendaftar ke Akabri dan berkarir di TNI selama 30 tahun, kemudian terpilih menjadi Gubernur DKI Jakarta selama 10 tahun.

"Selama kepemimpinan saya di Jakarta sudah lima kali ganti presiden mulai dari Presiden Suharto, BJ Habibie, Abdurahman Wahid, Megawati sampai Susilo Bambang Yudhoyono, maka sudah waktunya saya menjadi presiden," candanya di depan kadernya.

Pewarta: Aditya A Rohman

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2014