Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta menyebutkan alat deteksi tanah longsor sudah terpasang di 10 titik daerah ini yang rawan kejadian tanah longsor pada musim hujan.
"Alat deteksi tanah longsor yang sudah kita pasang ada 10 alat, masing-masing dengan teknologi tinggi, teknologi sedang dan ada yang teknologi menengah," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantul, Dwi Daryanto di Bantul, Senin.
BPBD tidak memerinci dimana saja alat deteksi tanah longsor tersebut terpasang, namun yang jelas di titik-titik rawan longsor pada lereng tebing seperti di wilayah kecamatan Pundong, Imogiri dan beberapa wilayah yang letak geografisnya perbukitan.
Baca juga: Longsor dan pergeseran tanah terjang tiga rumah di Sukabumi
"Dan dari semua uji coba alat itu nanti akan kita evaluasi mana sih yang paling efektif memberikan pemahaman informasi kepada warga masyarakat, karena belum tentu alat dengan teknologi tinggi itu bisa langsung efektif," katanya.
Akan tetapi, kata dia, justru alat deteksi tanah longsor dengan teknologi sederhana seperti yang dikembangkan para siswa SMK Negeri 1 Pundong dan terpasang di wilayah Blali, Desa Seloharjo akan lebih bisa memberikan informasi yang akurat kepada masyarakat di sekitar lokasi rawan bencana.
"Karena semua yang namanya alat elektronik itu kan pasti ada kelebihan dan kelemahannya, dan inilah yang nanti akan kita evaluasi ke depannya, tapi di Bantul sudah sekitar 10 lebih lebih alat deteksi tanah longsor, dan tentu ke depan diupayakan terus ditambah," katanya.
Baca juga: 627 kasus bencana terjadi di Sukabumi sepanjang Januari-September
Dwi menjelaskan, dari alat-alat tersebut juga sudah dilakukan pemeliharaan rutin oleh teman-teman forum pengurangan risiko bencana (FPRB) di setiap desa yang dipasrahi untuk melihat dan mengecek terkait dengan kondisi alat tersebut.
"Nah mereka nanti akan melaporkan kepada kita kalau memang terjadi hal-hal yang perlu diperbaiki kita langsung akan perbaiki, supaya alat itu terus berfungsi," katanya.
Dia juga mengatakan, alat deteksi tanah longsor yang terpasang tersebut jika melihat potensi rawan longsor di Bantul, masih kurang sebab masih banyak di wilayah Bantul yang potensi kejadian longsor tinggi, namun belum terdapat sistem peringatan dini sebagai tanda akan kejadian itu.
Baca juga: Batu besar timpa rumah warga, Polres Purwakarta siap proses hukum jika akibat kelalaian
"Kalau alat itu masih kurang, karena satu unit akat ini paling jangkauannya hanya berapa rumah, berapa meter, padahal kadang-kadang pemukiman penduduk itu berpencar di beberapa tempat, sehingga idealnya itu dimana ada potensi tanah longsor kita pasang," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019
"Alat deteksi tanah longsor yang sudah kita pasang ada 10 alat, masing-masing dengan teknologi tinggi, teknologi sedang dan ada yang teknologi menengah," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantul, Dwi Daryanto di Bantul, Senin.
BPBD tidak memerinci dimana saja alat deteksi tanah longsor tersebut terpasang, namun yang jelas di titik-titik rawan longsor pada lereng tebing seperti di wilayah kecamatan Pundong, Imogiri dan beberapa wilayah yang letak geografisnya perbukitan.
Baca juga: Longsor dan pergeseran tanah terjang tiga rumah di Sukabumi
"Dan dari semua uji coba alat itu nanti akan kita evaluasi mana sih yang paling efektif memberikan pemahaman informasi kepada warga masyarakat, karena belum tentu alat dengan teknologi tinggi itu bisa langsung efektif," katanya.
Akan tetapi, kata dia, justru alat deteksi tanah longsor dengan teknologi sederhana seperti yang dikembangkan para siswa SMK Negeri 1 Pundong dan terpasang di wilayah Blali, Desa Seloharjo akan lebih bisa memberikan informasi yang akurat kepada masyarakat di sekitar lokasi rawan bencana.
"Karena semua yang namanya alat elektronik itu kan pasti ada kelebihan dan kelemahannya, dan inilah yang nanti akan kita evaluasi ke depannya, tapi di Bantul sudah sekitar 10 lebih lebih alat deteksi tanah longsor, dan tentu ke depan diupayakan terus ditambah," katanya.
Baca juga: 627 kasus bencana terjadi di Sukabumi sepanjang Januari-September
Dwi menjelaskan, dari alat-alat tersebut juga sudah dilakukan pemeliharaan rutin oleh teman-teman forum pengurangan risiko bencana (FPRB) di setiap desa yang dipasrahi untuk melihat dan mengecek terkait dengan kondisi alat tersebut.
"Nah mereka nanti akan melaporkan kepada kita kalau memang terjadi hal-hal yang perlu diperbaiki kita langsung akan perbaiki, supaya alat itu terus berfungsi," katanya.
Dia juga mengatakan, alat deteksi tanah longsor yang terpasang tersebut jika melihat potensi rawan longsor di Bantul, masih kurang sebab masih banyak di wilayah Bantul yang potensi kejadian longsor tinggi, namun belum terdapat sistem peringatan dini sebagai tanda akan kejadian itu.
Baca juga: Batu besar timpa rumah warga, Polres Purwakarta siap proses hukum jika akibat kelalaian
"Kalau alat itu masih kurang, karena satu unit akat ini paling jangkauannya hanya berapa rumah, berapa meter, padahal kadang-kadang pemukiman penduduk itu berpencar di beberapa tempat, sehingga idealnya itu dimana ada potensi tanah longsor kita pasang," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019