Coba amati situasi di sekitar rumah masing-masing, apakah jumlah kucing yang berkeliaran terasa semakin banyak? Beberapa warga di Kota Bogor menyatakan, jumlah kucing di lingkungan sekitar rumahnya memang terasa seperti bertambah.

Beberapa waktu  lalu Dinas Pertanian (Distani) Kota Bogor pun, menerima permintaan seorang Lurah untuk mengevakuasi kucing yang populasinya dirasa sudah mulai mengganggu.

”Dalam jumlah banyak kucing-kucing itu sampai mengganggu acara hajatan di salah satu rumah warga,” ungkap Drh,Wina MA, Kepala Peternakan Distani Kota Bogor.

Baca juga: Libur akhir tahun, pesanan hotel di Bogor capai 90 persen

Ia menduga, populasi kucing bertambah seiring dengan perubahan perilaku masyarakat dalam memilih binatang peliharaan.

“Banyak warga yang sekarang suka memelihara kucing ras, sehingga kucing kampung lebih banyak berkeliaran,” katanya.
Beberapa dokter hewan telah bersiap menunggu pemeriksaan hewan dari masyarakat di wilayah Kota Bogor, Jawa Barat.

Meningkatnya populasi kucing dan juga anjing, perlu disikapi dengan lebih meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap rabies. Itulah salah satu pesan yang disampaikan Dinas Pertanian Kota Bogor, saat memperingati Hari Rabies Sedunia menjelang akhir bulan lalu.

Rabies merupakan  salah satu penyakit zoonosis, atau penyakit yang ditularkan hewan ke manusia melalui gigitan Hewan Penular Rabies (HPR) atau sebaliknya. Penyakit yang disebut juga sebagai penyakit anjing gila ini, merupakan penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat atau otak yang disebabkan oleh virus rabies dari genus Lyssavirus. Ditularkan ke manusia melalui gigitan hewan seperti anjing, kucing, musang, kera, monyet dan sebangsanya.

Baca juga: PKL di Kota Bogor terus ditata secara bertahap

Masyarakat di 150 negara telah terjangkit rabies dan setiap tahun sekitar 55.000 orang meninggal karenanya. Jumlah kasus rabies pada manusia pertahun di beberapa negara Asia rata-rata cukup banyak. Di India misalnya 20.000 kasus, China 2.500 kasus, Filipina 20.000 kasus dan Vietnam 9.000 kasus.

Di Indonesia tercatat ada 168 kasus. Dari 34 provinsi, hanya 10 provinsi yang sudah bebas rabies. Sedangkan 24 provinsi lainnya termasuk Jawa Barat masih termasuk daerah endemis rabies. .Sekitar  98% kasus diakibatkan gigitan anjing dan 2% akibat gigitan kucing dan kera. Rabies pada hewan di Indonesia ditemukan sejak tahun 1884 dan pada manusia, pertama kali ditemukan pada tahun 1894 di Jawa Barat.
Dokter yang menangani masalah kesehatan hewan di Dinas Pertanian Kota Bogor, Jawa Barat.

Menurut Drh Patriantariksina Randusari, M.Si,  Kasi Kesehatan Hewan,Distani Kota Bogor, saat ini Kota Bogor termasuk daerah bebas rabies dan dalam 10 tahun terakhir tidak ditemukan kasus rabies.

“Namun kita harus tetap waspada karena kita berdekatan dengan wilayah Kabupaten Sukabumi  yang masih belum bebas dari ancaman rabies,” katanya.  

Sampai saat ini belum ada obat yang efektif untuk menyembuhkan rabies. Meskipun demikian, ”Penyakit ini dapat dicegah dengan pengenalan dini gigitan HP dan penatalaksanaan kasus gigitan secara dini,” lanjutnya.

Dalam rangka itu dan untuk mendukung program nasional Indonesia Bebas Rabies 2030. Distani Kota Bogor telah melakukan peningkatan Pelayanan Pengendalian PHMZ (Penyakit Hewan Menular Zoonosis) melalui vaksinasi rabies, sosialisasi kesehatan hewan. surveilans dan tindak respon PHMZ.

Baca juga: APWMI tawarkan SPP SMK gratis untuk masyarakat kurang mampu

Sedangkan pada saat memperingati Hari Rabies Sedunia, telah dilakukan  vaksinasi rabies dan konsultasi gratis, sosialisasi rabies dan pameran Pelayanan Medis Veteriner Kota Bogor, yang melibatkan dokter hewan mandiri, klinik hewan dan Rumah Sakit Hewan Pendidikan (RSHP) FKH- IPB.

“Sampai September lalu telah terdaftar sebanyak 150 ekor hewan penular rabies yang didaftarkan pemilik secara langsung ke Distani dan PDHI Jawa Barat 2,” ungkap Ina.

Pemeriksaan dan vaksinasi rabies, saat ini dapat dilakukan di 36 lokasi pelayanan medis hewan dan 1 Pusat Kesehatan Hewan (Puskewan) milik Dinas Pertanian Kota Bogor.

Langkah-langkah mewaspadai rabies

Virus rabies masuk ke dalam tubuh manusia atau hewan melalui luka gigitan hewan penderita rabies atau luka yang terkena air liur hewan atau manusia penderita rabies. Berikut
beberapa langkah mewaspadai rabies.
 
Beberapa warga Kota Bogor, Jawa Barat, yang sedang melakukan pemeriksaan hewan peliharaannya.

Kenali tanda-tanda rabies pada hewan :
A. Tanda-tanda rabies ganas :
     1. Tidak menurut lagi perintah pemilik.
     2. Air liur keluar berlebihan.
     3. Hewan menjadi ganas, menyerang atau menggigit apa saja yang ditemui dan ekor dilengkungkan kebawah perut diantara paha.
     4. Kejang-kejang kemudian lumpuh, biasanya mati setelah 4-7 hari sejak timbul gejala, atau paling lama 12 hari setelah penggigitan.
 
B. Tanda-tanda rabies tenang :
     1. Bersembunyi di tempat gelap dan sejuk.
     2. Kejang-kejang berlangsung singkat bahkan sering tidak terlihat.
     3. Kelumpuhan, tidak mampu menelan, mulut terbuka dan air liur keluar berlebihan.
     4. Kematian terjadi dalam waktu singkat.

Tindakan pencegahan dan pemberantasan rabies
A. Hindari kejadian penggigitan :
     1. Pintu pagar bertulisan “Awas ada Anjing Galak”
     2. Anjing dirantai + 2 m jika rumah tidak berpagar
     3. Anjing dibrongsong terutama jika dibawa keluar rumah.

B. Vaksinasi rabies pada anjing, kucing, musang, kera/monyet peliharaan secara teratur setiap tahun.

Yang harus dilakukan pada kasus gigitan Hewan Penular Rabies :

Pada Hewan
a. Mengenali ciri hewan yang menggigit, tangkap dan jangan dibunuh
b. Melaporkan ke Puskeswan atau petugas Dinas Pertanian Kota Bogor Bidang Peternakan seksi kesehatan hewan
c. Hewan diobservasi selama 14 hari

Pada Manusia
a. Cuci luka gigitan dengan air mengalir dan sabun selama 15 menit.
b. Melaporkan ke Puskesmas/ Rumah Sakit terdekat.
c. Pemberian Vaksin Anti Rabies (VAR) atau Serum Anti Rabies (SAR).
(Advertorial)

Pewarta: Oleh: Humas Setdakot Bogor

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019