Saat menutup Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Ke-38 Tingkat Kota Bogor Tahun 2019, Wali Kota Bogor, Bima Arya menyampaikan satu hal penting kepada para aparatur wilayah dan warganya. Menurutnya, ekonomi lemah atau pendidikan lemah belum tentu menjadi penyebab utama seseorang terlibat gerakan teroris.
Dikatakannya, teroris tidak selalu berasal dari orang yang rendah secara ekonomi maupun pendidikan. Namun, orang yang kaya dan berkecukupan serta memiliki latar belakang pendidikan tinggi pun bisa terlibat gerakan teroris.
Baca juga: Dedie A Rachim buka MTQ ke-38 tingkat Kota Bogor
"Banyak kasusnya dan apapun alasannya tidak ada pembenaran bagi aksi yang bisa menghilangkan nyawa orang lain seperti itu," katanya di Masjid Roosniah Al-Achmad, Bogor Nirwana Residence (BNR), Kecamatan Bogor Selatan, Jumat (11/10/2019) pagi.
Hal tersebut disampaikannya menanggapi adanya aksi penusukan terhadap Menkopolhukam, Wiranto saat berkunjung ke Pandeglang, Banten pada Kamis (10/11) kemarin, oleh dua orang yang diduga terpapar gerakan teroris.
Untuk itu, ikhtiarnya tidak hanya mencetak dan memperbanyak generasi yang hebat, hafidz Qur’an yang tahsin dan tajwidnya luar biasa, tetapi juga yang memiliki tafsir Al Qur’an yang luas dan benar-benar memahami islam sebagai Rahmatan Lil Alamin.
Baca juga: 97 Hakim penilai MTQ ke-38 Kota Bogor disertifikasi
"Sehingga ketika hafal dan menjadi tahfidz bisa mengamalkannya serta bisa menjadi insan yang berakhlakul karimah atau contoh pembawa kesejukan di Kota Bogor,” tegas Bima.
Melalui MTQ, Bima mengajak seluruh lapisan masyarakat agar menjadikan kegiatan tersebut sebagai ikhtiar bersama agar hal-hal tersebut tidak terjadi di Kota Bogor.
Bima juga mengajak semua untuk tidak memberikan ruang bagi tumbuhnya terorisme agar Kota Bogor tetap sejuk dan bahagia.
Baca juga: LIPI optimistis KRB bisa ditetapkan sebagai World Heritage Site UNESCO
Bagi para aparatur wilayah di Kota Bogor, ia menginstruksikan untuk mendeteksi dini di wilayahnya masing-masing. “Kita tidak ingin kecolongan,” tegasnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019
Dikatakannya, teroris tidak selalu berasal dari orang yang rendah secara ekonomi maupun pendidikan. Namun, orang yang kaya dan berkecukupan serta memiliki latar belakang pendidikan tinggi pun bisa terlibat gerakan teroris.
Baca juga: Dedie A Rachim buka MTQ ke-38 tingkat Kota Bogor
"Banyak kasusnya dan apapun alasannya tidak ada pembenaran bagi aksi yang bisa menghilangkan nyawa orang lain seperti itu," katanya di Masjid Roosniah Al-Achmad, Bogor Nirwana Residence (BNR), Kecamatan Bogor Selatan, Jumat (11/10/2019) pagi.
Hal tersebut disampaikannya menanggapi adanya aksi penusukan terhadap Menkopolhukam, Wiranto saat berkunjung ke Pandeglang, Banten pada Kamis (10/11) kemarin, oleh dua orang yang diduga terpapar gerakan teroris.
Untuk itu, ikhtiarnya tidak hanya mencetak dan memperbanyak generasi yang hebat, hafidz Qur’an yang tahsin dan tajwidnya luar biasa, tetapi juga yang memiliki tafsir Al Qur’an yang luas dan benar-benar memahami islam sebagai Rahmatan Lil Alamin.
Baca juga: 97 Hakim penilai MTQ ke-38 Kota Bogor disertifikasi
"Sehingga ketika hafal dan menjadi tahfidz bisa mengamalkannya serta bisa menjadi insan yang berakhlakul karimah atau contoh pembawa kesejukan di Kota Bogor,” tegas Bima.
Melalui MTQ, Bima mengajak seluruh lapisan masyarakat agar menjadikan kegiatan tersebut sebagai ikhtiar bersama agar hal-hal tersebut tidak terjadi di Kota Bogor.
Bima juga mengajak semua untuk tidak memberikan ruang bagi tumbuhnya terorisme agar Kota Bogor tetap sejuk dan bahagia.
Baca juga: LIPI optimistis KRB bisa ditetapkan sebagai World Heritage Site UNESCO
Bagi para aparatur wilayah di Kota Bogor, ia menginstruksikan untuk mendeteksi dini di wilayahnya masing-masing. “Kita tidak ingin kecolongan,” tegasnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019