Dinas Pertanian Kabupaten Karawang, Jawa Barat, mengandalkan bantuan pemerintah pusat untuk memperbaiki saluran irigasi tertier yang mengalami kerusakan.
"Saat ini saluran irigasi tertier yang berfungsi mengairi areal sawah banyak yang rusak, umumnya mengalami pendangkalan," kata Kepala Dinas Pertanian setempat Hanafi, di Karawang, Kamis.
Ia mengatakan, pendangkalan pada saluran irigasi tertier cukup berdampak saat musim kemarau. Petani sulit mendapatkan air untuk mengairi areal sawahnya, karena tidak mencukupinya pasokan air saluran irigasi.
Menurut dia, sesuai dengan catatan Dinas Pertanian pada musim kemarau seperti saat ini, terdapat 1.644 hektare sawah yang kekurangan air akibat saluran tersiernya mengalami pendangkalan. Selain itu, seluas 123 hektare sawah sudah puso.
"Dalam menangani kesulitan air ini, kami hanya bisa membantu dengan bantuan pompa air," kata dia.
Menurut dia, sudah waktunya saluran irigasi tertier di wilayah Karawang direvitalisasi, karena banyak yang mengalaminya pendangkalan.
Baca juga: PJT II optimalkan pengelolaan pasokan air untuk aliri sawah selama kemarau
Tapi Pemkab Karawang tidak memiliki cukup anggaran untuk melakukan revitalisasi saluran irigasi tertier tersebut. Sehingga harus mengandalkan bantuan pemerintah pusat.
Sementara catatan Serikat Tani Karawang (Setakar) menyebutkan saat ini ribuan hektare areal persawahan di wilayah Karawang utara mengalami gagal tanam pada musim kemarau tahun ini.
"Air dari saluran irigasi tidak bisa mengalir ke wilayah Pakisjaya dan sekitarnya, padahal di daerah itu sudah masuk jadwal tanam," kata Setakar, Deden Sofian, kepada Antara.
Jadwal tanam padi di daerah sekitar Pakisjaya pada musim gadu seharusnya sudah dimulai pada akhir Juni 2019. Tapi hingga kini masih ada ribuan hektare sawah yang belum tanam.
Di wilayah utara Karawang atau di Pakisjaya, areal persawahan yang sudah ditanami padi hanya sekitar 600 hektare. Sedangkan sekitar 1.300 hektare lainnya belum ditanami padi karena petani kesulitan air untuk mengairi areal sawahnya.
Kondisi itu terjadi akibat minimnya air yang mengalir di saluran irigasi menuju wilayah Pakisjaya yang merupakan golongan air lima.
Baca juga: Penumpukan eceng gondok di irigasi Karawang segera ditangani
Sementara sesuai dengan jadwal gilir-giring air yang diterapkan Perusahaan Jasa Tirta (PJT) II Jatiluhur, seharusnya air sudah masuk ke wilayah Pakisjaya.
Ia menyampaikan, selain faktor kekeringan, kondisi itu juga terjadi akibat kerusakan saluran irigasi.
"Terjadi pengendapan lumpur yang luar biasa di saluran irigasi menuju Pakisjaya. Beberapa titik pintu air di saluran irigasi itu juga perlu diperbaiki," katanya.
Ia menyarankan, agar Pemkab Karawang dan PJT II Jatiluhur bisa lebih serius dalam menangani kekeringan yang rutin terjadi setiap tahun.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019
"Saat ini saluran irigasi tertier yang berfungsi mengairi areal sawah banyak yang rusak, umumnya mengalami pendangkalan," kata Kepala Dinas Pertanian setempat Hanafi, di Karawang, Kamis.
Ia mengatakan, pendangkalan pada saluran irigasi tertier cukup berdampak saat musim kemarau. Petani sulit mendapatkan air untuk mengairi areal sawahnya, karena tidak mencukupinya pasokan air saluran irigasi.
Menurut dia, sesuai dengan catatan Dinas Pertanian pada musim kemarau seperti saat ini, terdapat 1.644 hektare sawah yang kekurangan air akibat saluran tersiernya mengalami pendangkalan. Selain itu, seluas 123 hektare sawah sudah puso.
"Dalam menangani kesulitan air ini, kami hanya bisa membantu dengan bantuan pompa air," kata dia.
Menurut dia, sudah waktunya saluran irigasi tertier di wilayah Karawang direvitalisasi, karena banyak yang mengalaminya pendangkalan.
Baca juga: PJT II optimalkan pengelolaan pasokan air untuk aliri sawah selama kemarau
Tapi Pemkab Karawang tidak memiliki cukup anggaran untuk melakukan revitalisasi saluran irigasi tertier tersebut. Sehingga harus mengandalkan bantuan pemerintah pusat.
Sementara catatan Serikat Tani Karawang (Setakar) menyebutkan saat ini ribuan hektare areal persawahan di wilayah Karawang utara mengalami gagal tanam pada musim kemarau tahun ini.
"Air dari saluran irigasi tidak bisa mengalir ke wilayah Pakisjaya dan sekitarnya, padahal di daerah itu sudah masuk jadwal tanam," kata Setakar, Deden Sofian, kepada Antara.
Jadwal tanam padi di daerah sekitar Pakisjaya pada musim gadu seharusnya sudah dimulai pada akhir Juni 2019. Tapi hingga kini masih ada ribuan hektare sawah yang belum tanam.
Di wilayah utara Karawang atau di Pakisjaya, areal persawahan yang sudah ditanami padi hanya sekitar 600 hektare. Sedangkan sekitar 1.300 hektare lainnya belum ditanami padi karena petani kesulitan air untuk mengairi areal sawahnya.
Kondisi itu terjadi akibat minimnya air yang mengalir di saluran irigasi menuju wilayah Pakisjaya yang merupakan golongan air lima.
Baca juga: Penumpukan eceng gondok di irigasi Karawang segera ditangani
Sementara sesuai dengan jadwal gilir-giring air yang diterapkan Perusahaan Jasa Tirta (PJT) II Jatiluhur, seharusnya air sudah masuk ke wilayah Pakisjaya.
Ia menyampaikan, selain faktor kekeringan, kondisi itu juga terjadi akibat kerusakan saluran irigasi.
"Terjadi pengendapan lumpur yang luar biasa di saluran irigasi menuju Pakisjaya. Beberapa titik pintu air di saluran irigasi itu juga perlu diperbaiki," katanya.
Ia menyarankan, agar Pemkab Karawang dan PJT II Jatiluhur bisa lebih serius dalam menangani kekeringan yang rutin terjadi setiap tahun.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019