Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa. Pada masa ini terjadi petumbuhan yang sangat pesat tidak hanya fisik tapi juga mental dan sosial. Oleh karena itu untuk mencapai pertumbuhan yang optimal dibutuhkan asupan zat gizi yang adekuat termasuk zat besi. Kekurangan zat besi dapat meningkatkan risiko anemia/kurang darah.
Remaja putri (rematri) mempunyai risiko terkena anemia 10 kali lebih besar dibandingkan dengan remaja putra. Karena pada masa ini rematri mulai mengalami mengalami menstruasi yang mengakibatkan terjadinya kehilangan zat besi dalam jumlah yang banyak. Beberapa faktor penyebab yang meningkatkan risiko rematri terkena anemia antara lain adalah :
a. Kurangnya asupan makanan yang cukup mengandung zat besi seperti daging, ikan dan sayuran berwarna hijau.
b. Diet ketat karena ingin langsing.
c. Sering melewatkan waktu makan.
d. Masa menstruasi yang panjang dan tidak teratur.
e. Aktivitas tinggi karena ikut berbagai macam kegiatan ekstrakurikuler.
Anemia bukanlah penyakit tetapi suatu kondisi dimana kadar hemoglobin (Hb) darah lebih rendah dari normal akibat kekurangan satu atau lebih nutrisi esensial, terutama zat besi yang penting untuk pembentukan hemoglobin (Durrani, 2018).
Anemia kekurangan zat besi merupakan masalah utama kesehatan global penyebab anemia lainnya, seperti kekurangan folat, kekurangan vitamin B12, kekurangan vitamin A, peradangan kronis, infeksi parasit, dan gangguan sintesis hemoglobin.
Pengukuran konsentrasi Hb paling sering digunakan untuk anemia zat besi karena relatif mudah dan murah.
Remaja putri memiliki risiko tinggi untuk anemia dan kekurangan gizi (Upadhye JV dkk, 2017). Kebutuhan zat besi pada remaja putri meningkat karena mengalami pertumbuhan yang pesat pada masa pubertas.
Anemia pada remaja putri dapat menurunkan daya tahan tubuh, kebugaran, dan prestasi belajar. Selain itu, tidak hanya memengaruhi kehidupannya dalam jangka pendek, namun berpengaruh pada jangka panjang yaitu kehamilan nantinya.
Remaja putri merupakan calon ibu yang dapat meningkatkan risiko pertumbuhan janin terhambat (PJT), prematur, bayi lahir dengan berat badan rendah (BBLR), stunting dan gangguan neurokognitif (Kemenkes, 2016).
Program pencegahan dan penanggulangan anemia pada remaja putri oleh Kementerian Kesehatan dimasukkan ke dalam Rencana Strategis (Renstra) 2015-2019 dengan target pemberian TTD pada remaja putri sebesar 30%.
Pada pedoman program pencegahan dan penanggulangan anemia diharapkan nantinya remaja putri dapat tumbuh dan berkembang menjadi calon ibu yang sehat serta melahirkan bayi sehat.
Pemberian TTD pada rematri mengandung minimal 60 mg zat besi dan 400 mcg asam folat. Untuk remaja putri TTD diminum dalam waktu seminggu satu kali dan saat menstruasi sepuluh hari beturut-turut.
Intervensi Kementrian Kesehatan dalam upaya perbaikan gizi dibagi menjadi intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif. Untuk intervensi gizi spesifik dilakukan melalui pemberian TTD dan promosi serta suplemen gizi makro dan mikro.
Kegiatan tersebut merupakan implementasi dari peraturan Menteri Kesehatan Nomor 88 tahun 2014 tentang standar tablet tambah darah bagi wanita usia subur dan ibu hamil serta surat edaran Dirjen Kesehatan masyarakat Kemenkes RI Nomor HK.03.03/V/0595/2016 tentang pemberian TTD.
Khusus di Kota Bogor, sosialisasi untuk meningkatkan kepatuhan konsumsi TTD pada remaja putri salah satunya dilakukan penyuluhan di sekolah SMP dan SMA. Selain itu, sosialisasi konsumsi TTD pada remaja putri dapat dilakukan pada orangtua siswa di sekolah agar memahami pentingnya kepatuhan mengonsumsi TTD bagi anaknya.
Setelah dilakukan sosialisasi, untuk melihat tingkat kepatuhan konsumsi TTD dilakukan pemantauan yang dilakukan orang tua dan guru di sekolah dengan melakukan pencatatan. Sehingga, dapat tercapai tujuan program pencegahan dan penanggulangan anemia pada remaja putri untuk menurunkan prevalensi anemia di Indonesia.
Selanjutnya agar pemberian tablet tambah darah dapat berjalan terus menerus setiap minggunya dan remaja putri juga terpantau dalam pemberian tablet tambah darahnya, maka ada inovasi dengan pembentukan Duta Cetar Kota Bogor yaitu remaja putri yang ditugaskan sebagai Duta di sekolahnya masing-masing untuk membantu memfasilitasi remaja putri seusianya mulai dari pendistribusian, pemantauan minum TTD serta sosialisasi pentingnya mencegah anemia pada remaja putri.
Pembentukan Duta Cetar Kota Bogor telah dilakukan bulan Agustus 2019 dengan harapan para Duta Cetar Rematri ini dapat membantu dan memfasilitasi remaja putri lainnya dalam meningkatkan cakupan pemberian tablet tambah darah untuk menurunkan angka prevalensi anemia pada remaja putri sehingga secara tidak langsung mempersiapkan remaja puteri menjadi ibu hamil sehat dan tidak melahirkan bayi dengan BBLR dan stunting. (Dari berbagai sumber)
Bogor Berlari……
Oleh: Seksi Peningkatan Gizi Masyarakat Dinas Kesehatan Kota Bogor
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019
Remaja putri (rematri) mempunyai risiko terkena anemia 10 kali lebih besar dibandingkan dengan remaja putra. Karena pada masa ini rematri mulai mengalami mengalami menstruasi yang mengakibatkan terjadinya kehilangan zat besi dalam jumlah yang banyak. Beberapa faktor penyebab yang meningkatkan risiko rematri terkena anemia antara lain adalah :
a. Kurangnya asupan makanan yang cukup mengandung zat besi seperti daging, ikan dan sayuran berwarna hijau.
b. Diet ketat karena ingin langsing.
c. Sering melewatkan waktu makan.
d. Masa menstruasi yang panjang dan tidak teratur.
e. Aktivitas tinggi karena ikut berbagai macam kegiatan ekstrakurikuler.
Anemia bukanlah penyakit tetapi suatu kondisi dimana kadar hemoglobin (Hb) darah lebih rendah dari normal akibat kekurangan satu atau lebih nutrisi esensial, terutama zat besi yang penting untuk pembentukan hemoglobin (Durrani, 2018).
Anemia kekurangan zat besi merupakan masalah utama kesehatan global penyebab anemia lainnya, seperti kekurangan folat, kekurangan vitamin B12, kekurangan vitamin A, peradangan kronis, infeksi parasit, dan gangguan sintesis hemoglobin.
Pengukuran konsentrasi Hb paling sering digunakan untuk anemia zat besi karena relatif mudah dan murah.
Remaja putri memiliki risiko tinggi untuk anemia dan kekurangan gizi (Upadhye JV dkk, 2017). Kebutuhan zat besi pada remaja putri meningkat karena mengalami pertumbuhan yang pesat pada masa pubertas.
Anemia pada remaja putri dapat menurunkan daya tahan tubuh, kebugaran, dan prestasi belajar. Selain itu, tidak hanya memengaruhi kehidupannya dalam jangka pendek, namun berpengaruh pada jangka panjang yaitu kehamilan nantinya.
Remaja putri merupakan calon ibu yang dapat meningkatkan risiko pertumbuhan janin terhambat (PJT), prematur, bayi lahir dengan berat badan rendah (BBLR), stunting dan gangguan neurokognitif (Kemenkes, 2016).
Program pencegahan dan penanggulangan anemia pada remaja putri oleh Kementerian Kesehatan dimasukkan ke dalam Rencana Strategis (Renstra) 2015-2019 dengan target pemberian TTD pada remaja putri sebesar 30%.
Pada pedoman program pencegahan dan penanggulangan anemia diharapkan nantinya remaja putri dapat tumbuh dan berkembang menjadi calon ibu yang sehat serta melahirkan bayi sehat.
Pemberian TTD pada rematri mengandung minimal 60 mg zat besi dan 400 mcg asam folat. Untuk remaja putri TTD diminum dalam waktu seminggu satu kali dan saat menstruasi sepuluh hari beturut-turut.
Intervensi Kementrian Kesehatan dalam upaya perbaikan gizi dibagi menjadi intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif. Untuk intervensi gizi spesifik dilakukan melalui pemberian TTD dan promosi serta suplemen gizi makro dan mikro.
Kegiatan tersebut merupakan implementasi dari peraturan Menteri Kesehatan Nomor 88 tahun 2014 tentang standar tablet tambah darah bagi wanita usia subur dan ibu hamil serta surat edaran Dirjen Kesehatan masyarakat Kemenkes RI Nomor HK.03.03/V/0595/2016 tentang pemberian TTD.
Khusus di Kota Bogor, sosialisasi untuk meningkatkan kepatuhan konsumsi TTD pada remaja putri salah satunya dilakukan penyuluhan di sekolah SMP dan SMA. Selain itu, sosialisasi konsumsi TTD pada remaja putri dapat dilakukan pada orangtua siswa di sekolah agar memahami pentingnya kepatuhan mengonsumsi TTD bagi anaknya.
Setelah dilakukan sosialisasi, untuk melihat tingkat kepatuhan konsumsi TTD dilakukan pemantauan yang dilakukan orang tua dan guru di sekolah dengan melakukan pencatatan. Sehingga, dapat tercapai tujuan program pencegahan dan penanggulangan anemia pada remaja putri untuk menurunkan prevalensi anemia di Indonesia.
Selanjutnya agar pemberian tablet tambah darah dapat berjalan terus menerus setiap minggunya dan remaja putri juga terpantau dalam pemberian tablet tambah darahnya, maka ada inovasi dengan pembentukan Duta Cetar Kota Bogor yaitu remaja putri yang ditugaskan sebagai Duta di sekolahnya masing-masing untuk membantu memfasilitasi remaja putri seusianya mulai dari pendistribusian, pemantauan minum TTD serta sosialisasi pentingnya mencegah anemia pada remaja putri.
Pembentukan Duta Cetar Kota Bogor telah dilakukan bulan Agustus 2019 dengan harapan para Duta Cetar Rematri ini dapat membantu dan memfasilitasi remaja putri lainnya dalam meningkatkan cakupan pemberian tablet tambah darah untuk menurunkan angka prevalensi anemia pada remaja putri sehingga secara tidak langsung mempersiapkan remaja puteri menjadi ibu hamil sehat dan tidak melahirkan bayi dengan BBLR dan stunting. (Dari berbagai sumber)
Bogor Berlari……
Oleh: Seksi Peningkatan Gizi Masyarakat Dinas Kesehatan Kota Bogor
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019