Tanah longsor di Desa Tajurhalang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu sore membuat dua rumah rusak dan tujuh orang penghuninya menjadi korban.

Pelaksana tugas (Plt) Kepala Pusat Data Informasi dan Humas pada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Agus Wibowo menyebutkan bahwa longsoran yang terjadi akibat hujan deras itu terjadi sekitar pukul 16.00 WIB.

"Sedikitnya tujuh jiwa dari 2 KK menjadi korban terdampak dalam peristiwa tersebut," terangnya dalam siaran pers yang diterima Antara di Bogor.

Ia mengatakan, bencana tanah longsor itu terjadi karena kondisi tanah di sekitar tempat kejadian perkara (TKP) labil saat intensitas curah hujan sedang tinggi.

Agus Wibowo menyebutkan bahwa Tim Reaksi Cepat (TRC) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor segera melakukan kaji cepat sebagai upaya penanggulangan bencana tanah longsor.

Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberikan penjelasan terkait fenomena hujan di Bogor, Jawa Barat yang tengah dalam kondisi musim kemarau panjang.

"Fenomena ini karena ada faktor regional yang menyebabkan hujan. Biasanya adanya perlambatan angin di sekitar khatulistiwa yang menyebabkan arah atau belokan angin di sekitar Jawa Barat dan Banten," ujar Kepala Stasiun Meteorologi BMKG, Cisarua Bogor, Asep Firman Ilahi.

Sehingga, menurut Asep Firman Ilahi perlambatan angin di sekitaran khatulistiwa membuat potensi pertumbuhan awan hujan menjadi tinggi.

Ia membeberkan, hujan yang terjadi di sebagian wilayah Bogor ini bukan berarti tanda-tanda dari peralihan musim kemarau ke musim hujan. Ia memberikan indikator peralihan musim, yakni terjadinya hujan secara berturut-turut selama 10 hari atau 1 dasarian.

Berdasarkan hasil prediksinya, musim hujan di wilayah Bogor baru akan terjadi pada akhir bulan September. Kemudian musim hujan secara menyeluruh ketika memasuki dasarian 1 bulan Oktober.

Pewarta: M Fikri Setiawan

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019