Bogor (Antara) - Perusahaan berbasis riset PT Riset Perkebunan Nusantara (RPN) yang selama ini dikenal dalam teknologi perakitan bibit unggul, kini mulai merambah ke sektor hilir dengan memperkenalkan sejumlah produk perkebunan.

"Kami perlu menghasilkan produk-produk yang memiliki nilai lebih, untuk mendorong keberlanjutan usaha ini," kata Dirut PT RPN Didiek Hadjar Goenadi di Bogor, Jumat.

PT RPN yang pekan ini genap berusia empat tahun, sejak transformasi dari Lembaga Riset Perkebunan Indonesia (LRPI) tahun 2009, mulai menghasilkan sejumlah produk dari pusat-pusat penelitiannya yang siap dipasarkan.

Pusat-pusat penelitian di lingkup PT PRN umumnya sudah berusia lebih dari 100 tahun dan punya reputasi dunia. "Ini lah yang menjadi bekal kami untuk terus berinovasi," katanya.

Di antara produk hilir hasil inovasi peneliti di PT RPN adalah teh putih, gula stevia, air mineral, dan makanan cokelat.

"Kami sudah dapat memproduksi teh putih yang baik untuk kesehatan, karena kekuatan antioksidannya dalam satu cangkir sama dengan 12 cangkir jus jeruk," kata Didiek.

Teh putih yang dilabel dengan nama "Excellent Gambung White Tea" tersebut sudah mendapat sertifikat SNI dan sudah mulai dipasarkan secara terbatas.

Didiek menyatakan yakin teh putih produk PT RPN tersebut dapat diterima masyarakat, karena meskipun harganya agak mahal namun khasiatnya sudah teruji, termasuk untuk mencegah penyakit flu.

"Satu hal yang membedakan produk teh putih kami dengan yang lain adalah karena diolah dari pucuk teh yang belum mekar dan prosesnya sederhana tanpa fermentasi," ujarnya.

PT RPN juga sudah dapat menciptakan gula stevia yang manisnya 300 kali gula biasa, namun tidak mengandung bahan kimia. "Gula stevia ini adalah pemanis herbal yang rendah kalori dan cocok untuk penderita diabetes," katanya.

"Kami di PT RPN terus didorong untuk melakukan inovasi teknologi, karena kalau dari jualan benih saja sudah banyak saingan," alumnus IPB yang meraih gelar Doktor dari University of Georgia, Athens, Georgia, Amerika Serikat itu.

Didiek yang juga Presiden Asosiasi Inventor Indonesia itu mengatakan bahwa peneliti harus bisa melakukan inovasi dapat menerapkan ilmu agar bermanfaat.

"Peneliti itu suatu pekerjaan yang mulia. tapi dia tidak akan lebih mulia kecuali melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat banyak," katanya.

"Apalagi kalau berkiprah di lembaga riset yang berdekatan dengan kelompok industri seperti kami ini di RPN, itu ilmu harus bisa ditransformasikan menjadi sebuah teknologi. Dari situ kita mendapatkan manfaat semaksimal mungkin dari ilmu yang kita peroleh," katanya lagi.

Kebahagiaan seorang peneliti, katanya, adalah ketika melihat produk-produknya menghiasi berbagai gerai dan toko, dan melihat masyarakat semangat untuk membeli dan memanfaatkannya.

Pewarta: Oleh Teguh Handoko

Editor : Teguh Handoko


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2013