Jalan utama menuju ke sejumlah objek wisata di kawasan Puncak Bogor Jawa Barat yang semakin sering macet, mengundang sejumlah pengusaha objek wisata andalan di Indonesia itu akan segera menemui bupati Bogor guna mencari jalan keluar yang terbaik.
"Sekarang ini kalau kita ditanya kendala apa objek wisata di kawasan sini, jawabannya satu kata, yaitu macet," tegas General Manajer Royal Safari Garden (RSG), Lies Yuwati, didampingi Manajer Pemasaran dan Komunikasi Dian Sagita, di Ciasarua Bogor, Senin malam.
Lies Yuwati mengemukakan hal itu usai menyerahkan santunan kepada 50 anak yatim piatu dari kalangan warga di dua kecamatan terdekat, yakni Cisarua dan Megamendung Bogor dalam rangkaian acara bulan Ramadhan 1440 H/2019 M.
Dia menjelaskan lebih lanjut, selain kemacetan itu perlu diurai, juga perlu adanya kepastian tentang jam buka-tutup jalan dari dan menuju ke arah Puncak tersebut, agar warga yang datang dari jauh sudah bisa mempersiapkan diri dengan baik dan lebih pasti.
"Karena jam buka-tutup belum ada kepastian secara pasti dan tetap, maka banyak wisatawan yang datang jauh-jauh dari berbagai daerah di Indonesia untuk berwisata di kawasan itu mengurungkan niatnya atau gagal," katanya pula.
Kemacetan lalu lintas itu, katanya pula, belakangan ini sudah tidak lagi terjadi hanya pada akhir-akhir pekan, Sabtu dan Minggu, tapi juga sudah terjadi pada hari-hari biasa.
Lies bahkan mengungkapkan satu contoh yang cukup menyedihkan, yakni ketika baru-baru ini ada keluarga wisatawan dan ada wanitanya yang sedang hamil datang dari Jakarta akan ke kawasan Puncak, tetapi sudah dua setengah jam lebih tidak bisa naik karena tertahan macet.
"Ibu itu sedang hamil, sudah jauh-jauh datang dari Jakarta dan sudah dua setengah jam tertahan tidak bisa masuk karena jalanan macet. Akhirnya terpaksa kita jemput pakai sepeda motor agar bisa sampai ke tujuan," tegasnya.
Kondisi itu, ujarnya pula, jika terus dibiarkan maka selain akan mengurangi bahkan menurunkan minat masyarakat untuk berwisata, juga akan sangat berpotensi menimbulkan kerugian di banyak pihak dan sektor, utamanya yang terkait dengan bisnis pariwisata tersebut, serta pendapatan daerah.
Karena itu, dia mengemukakan pula bahwa pihakya sudah beberapa kali mengadakan pertemuan dengan kalangan dunia usaha pariwisata setempat, juga dengan Pengurus Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) setempat membahas soal itu, namun belum juga mebuahkan hasil yang maksimal.
Beberapa dampak negatif jika masalah lalu lintas di kawasan itu tidak segera diatasi, antara lain adalah banyak warga yang kurang nyaman bahkan gagal menikmati objek wisata di sana, juga menurunnya jumlah kunjungan wisatawan, serta jumlah tamu hotel-hotel di kawasan tersebut.
Lies bahkan mengungkapkan, penurunan jumlah hunian kamar hotel akibat kemacetan lalu lintas itu sudah bisa mencapai sekitar 20 persen, namun dia tidak menyebutan angkanya secara rinci.
Dia menambahkan pula, pada menjelang akhir Ramadhan atau menjelang perayaan Idul Fitri 1440 H/2019 M ini, jumlah pesanan kamar hotel di kawasan Puncak Bogor ada yang baru berkisar 50 persen, namun dia berharap dan merasa optimistis angka itu akan meningkat lagi hingga mendekati hari Lebaran nanti.
Banyak yang belum bisa dikunjungi
Sementara itu, Direktur TSI Bogor, Jansen Manansang didampingi Humasnya, Yulius H Suprihardo mengatakan, pihaknya tengah sedang dan akan terus memaksimalkan persiapan guna menyambut kedatangan 'ledakan' tamu wisatawan pada perayaan Idul Fitri tahun ini.
Senada dengan Lies Yuwati, kata Jansen lebih lanjut, salah satu kendala utama dan yang paling sering dikeluhkan oleh para wisatawan yang akan masuk ke objek wisata yang dikelolanya adalah soal kemacetan lalu lintas itu.
"Memang benar di kawasan sini (Cisarua Bogor) banyak sekali objek wisata menarik, dan banyak pula masyarakat dari berbagai daerah yang sudah tahu dan akan datang ke sini, tetapi ya itu kendala dan yang paling sering dikeluhkan adalah soal macet," katanya menegaskan.
Jansen mencontohkan, salah satu objek wisata baru yang ada di TSI akhir-akhir ini adalah Panda, di mana masih banyak warga yang ingin sekali melihat ke sana, namun masih banyak pula yang belum bisa datag ke sana, antara lain karena kendala soal kemacetan lalu lintas itu," katanya lagi.
Karena itu pihaknya melalui PHRI, aparat Dinas Pehubungan, Polri, utamanya Polantas, dan Pemerintah Kabupaten Bogor kiranya bisa segera mencarikan solusi terbaik masalah tersebut demi kepentingan bersama, yakni masyarakat, dunia usaha, dan pemerintah darah.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019
"Sekarang ini kalau kita ditanya kendala apa objek wisata di kawasan sini, jawabannya satu kata, yaitu macet," tegas General Manajer Royal Safari Garden (RSG), Lies Yuwati, didampingi Manajer Pemasaran dan Komunikasi Dian Sagita, di Ciasarua Bogor, Senin malam.
Lies Yuwati mengemukakan hal itu usai menyerahkan santunan kepada 50 anak yatim piatu dari kalangan warga di dua kecamatan terdekat, yakni Cisarua dan Megamendung Bogor dalam rangkaian acara bulan Ramadhan 1440 H/2019 M.
Dia menjelaskan lebih lanjut, selain kemacetan itu perlu diurai, juga perlu adanya kepastian tentang jam buka-tutup jalan dari dan menuju ke arah Puncak tersebut, agar warga yang datang dari jauh sudah bisa mempersiapkan diri dengan baik dan lebih pasti.
"Karena jam buka-tutup belum ada kepastian secara pasti dan tetap, maka banyak wisatawan yang datang jauh-jauh dari berbagai daerah di Indonesia untuk berwisata di kawasan itu mengurungkan niatnya atau gagal," katanya pula.
Kemacetan lalu lintas itu, katanya pula, belakangan ini sudah tidak lagi terjadi hanya pada akhir-akhir pekan, Sabtu dan Minggu, tapi juga sudah terjadi pada hari-hari biasa.
Lies bahkan mengungkapkan satu contoh yang cukup menyedihkan, yakni ketika baru-baru ini ada keluarga wisatawan dan ada wanitanya yang sedang hamil datang dari Jakarta akan ke kawasan Puncak, tetapi sudah dua setengah jam lebih tidak bisa naik karena tertahan macet.
"Ibu itu sedang hamil, sudah jauh-jauh datang dari Jakarta dan sudah dua setengah jam tertahan tidak bisa masuk karena jalanan macet. Akhirnya terpaksa kita jemput pakai sepeda motor agar bisa sampai ke tujuan," tegasnya.
Kondisi itu, ujarnya pula, jika terus dibiarkan maka selain akan mengurangi bahkan menurunkan minat masyarakat untuk berwisata, juga akan sangat berpotensi menimbulkan kerugian di banyak pihak dan sektor, utamanya yang terkait dengan bisnis pariwisata tersebut, serta pendapatan daerah.
Karena itu, dia mengemukakan pula bahwa pihakya sudah beberapa kali mengadakan pertemuan dengan kalangan dunia usaha pariwisata setempat, juga dengan Pengurus Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) setempat membahas soal itu, namun belum juga mebuahkan hasil yang maksimal.
Beberapa dampak negatif jika masalah lalu lintas di kawasan itu tidak segera diatasi, antara lain adalah banyak warga yang kurang nyaman bahkan gagal menikmati objek wisata di sana, juga menurunnya jumlah kunjungan wisatawan, serta jumlah tamu hotel-hotel di kawasan tersebut.
Lies bahkan mengungkapkan, penurunan jumlah hunian kamar hotel akibat kemacetan lalu lintas itu sudah bisa mencapai sekitar 20 persen, namun dia tidak menyebutan angkanya secara rinci.
Dia menambahkan pula, pada menjelang akhir Ramadhan atau menjelang perayaan Idul Fitri 1440 H/2019 M ini, jumlah pesanan kamar hotel di kawasan Puncak Bogor ada yang baru berkisar 50 persen, namun dia berharap dan merasa optimistis angka itu akan meningkat lagi hingga mendekati hari Lebaran nanti.
Banyak yang belum bisa dikunjungi
Sementara itu, Direktur TSI Bogor, Jansen Manansang didampingi Humasnya, Yulius H Suprihardo mengatakan, pihaknya tengah sedang dan akan terus memaksimalkan persiapan guna menyambut kedatangan 'ledakan' tamu wisatawan pada perayaan Idul Fitri tahun ini.
Senada dengan Lies Yuwati, kata Jansen lebih lanjut, salah satu kendala utama dan yang paling sering dikeluhkan oleh para wisatawan yang akan masuk ke objek wisata yang dikelolanya adalah soal kemacetan lalu lintas itu.
"Memang benar di kawasan sini (Cisarua Bogor) banyak sekali objek wisata menarik, dan banyak pula masyarakat dari berbagai daerah yang sudah tahu dan akan datang ke sini, tetapi ya itu kendala dan yang paling sering dikeluhkan adalah soal macet," katanya menegaskan.
Jansen mencontohkan, salah satu objek wisata baru yang ada di TSI akhir-akhir ini adalah Panda, di mana masih banyak warga yang ingin sekali melihat ke sana, namun masih banyak pula yang belum bisa datag ke sana, antara lain karena kendala soal kemacetan lalu lintas itu," katanya lagi.
Karena itu pihaknya melalui PHRI, aparat Dinas Pehubungan, Polri, utamanya Polantas, dan Pemerintah Kabupaten Bogor kiranya bisa segera mencarikan solusi terbaik masalah tersebut demi kepentingan bersama, yakni masyarakat, dunia usaha, dan pemerintah darah.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019