Bogor (Antara) - Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi mengatakan seharusnya pertanian bisa seiring dan sejalan dengan industri, jasa dan perdagangan, sehingga bisa menanggulangi krisis pertanian yang tidak berkesudahan.
"Kita harus sudahi krisis pertanian melawan industri, jasa dan perdagangan. Pertanian, industri, jasa dan perdagangan harus jalan bersamaan, bukan menjadi lawan," kata Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi dalam acara Diskusi Setengah Hari "Reposisi politik pertanian" yang diselenggarakan oleh Institut Pertanian Bogor bekerjasama dengan Sinar Tani, di Bogor, Jawa Barat, Selasa.
Menurut wamendag, sepanjang pemikiran pertanian menjadi lawan industri jasa dan perdagangan akan menjadi dinamika membatasi dan mengkerdilkan pertanian itu sendiri.
Ia mengatakan pertanian tidak dapat berdiri sendiri tanpa industri dan jasa. Karena selama ini sektor pertanian perannya hanya menyumbang 30 persen untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Sementara itu keberhasilan pertanian 70 persen disukseskan oleh sektor di luar pertanian yakni industri, jasa dan perdagangan.
"Seperti melihat persoalan daging sapi. Bila dikaji, kebutuhan daging sapi ini tidak cukup dengan sapi saja. Tapi sapi yang telah dipotong, diproses dan jumlah yang disajikan ke pengecer itu bagian yang tidak terpisahkan," katanya.
Oleh karena itu, lanjut Wamendag, pertanian, idustri dan jasa menjadi satu kesatuan. Karena jika masih berfikir bahwa pertanian menjadi lawan bagi industri dan jasa maka dinamikan pertanian akan menjadi lemah.
Terlebih persaingan internasional saat ini, kekalahan Indonesia buka dari produk, tapi pada transportasi, pembiayaan dan sebagainya. Sehingga dengan situasi tersebut, pertanian dan industri tidak bisa menjadi lawan, tapi haru menjadi satu.
"Kedepan kita harus percaya diri dan kuat untuk mengatakan, bahwa pertanian bagian dari ekonomi," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2013
"Kita harus sudahi krisis pertanian melawan industri, jasa dan perdagangan. Pertanian, industri, jasa dan perdagangan harus jalan bersamaan, bukan menjadi lawan," kata Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi dalam acara Diskusi Setengah Hari "Reposisi politik pertanian" yang diselenggarakan oleh Institut Pertanian Bogor bekerjasama dengan Sinar Tani, di Bogor, Jawa Barat, Selasa.
Menurut wamendag, sepanjang pemikiran pertanian menjadi lawan industri jasa dan perdagangan akan menjadi dinamika membatasi dan mengkerdilkan pertanian itu sendiri.
Ia mengatakan pertanian tidak dapat berdiri sendiri tanpa industri dan jasa. Karena selama ini sektor pertanian perannya hanya menyumbang 30 persen untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Sementara itu keberhasilan pertanian 70 persen disukseskan oleh sektor di luar pertanian yakni industri, jasa dan perdagangan.
"Seperti melihat persoalan daging sapi. Bila dikaji, kebutuhan daging sapi ini tidak cukup dengan sapi saja. Tapi sapi yang telah dipotong, diproses dan jumlah yang disajikan ke pengecer itu bagian yang tidak terpisahkan," katanya.
Oleh karena itu, lanjut Wamendag, pertanian, idustri dan jasa menjadi satu kesatuan. Karena jika masih berfikir bahwa pertanian menjadi lawan bagi industri dan jasa maka dinamikan pertanian akan menjadi lemah.
Terlebih persaingan internasional saat ini, kekalahan Indonesia buka dari produk, tapi pada transportasi, pembiayaan dan sebagainya. Sehingga dengan situasi tersebut, pertanian dan industri tidak bisa menjadi lawan, tapi haru menjadi satu.
"Kedepan kita harus percaya diri dan kuat untuk mengatakan, bahwa pertanian bagian dari ekonomi," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2013