Pernahkah mendengar Waduk Darma? Ia waduk kebanggan bagi warga Kuningan, Jawa Barat, yang terletak di sebelah barat daya dari kota Kuningan, tepatnya di desa Jagara, Kecamatan Darma dan pada lintasan jalan raya Cirebon-Kuningan-Ciamis, ke depan akan menjadi kebanggan Indonesia.

Menempati areal seluas ± 425 ha, dikelilingi oleh bukit dan lembah serta pemandangan yang indah dengan udara yang sejuk. Kapasitas genangan air maksimal ± 39.000.000 m3. Jarak objek wisata ini adalah ± 12 km dari kota Kuningan dan dari ± 37 km dari kota Cirebon.

Kabupaten Kuningan bisa menjadi contoh cara mengelola waduk pertanian menjadi waduk pariwisata, karena selain berfungsi sebagai penampungan air untuk pengairan dan perikanan juga dapat dijadikan sarana rekreasi dan olahraga. 

Apalagi diwaktu senja hari di Waduk Darma. Fasilitas yang tersedia : Areal kemping, Kolam Renang Anak-anak, Perahu Motor, Cottage, dan lain - lain.

Dalam era kepemimpinan Bupati Acep Purnama didukung oleh Pemerintah Jawa Barat, wisata Waduk Darma berencana akan direvitalisasi menjadi salah satu destinasi wisata bertarap internasional, yang akan menjadi kebanggan masyarakat Kuningan dan Indonesia.

Dalam rangka menarik minat wisatawan, Pemda Kuningan membuat atraksi event tahunan berupa festival angklung internasional dan Gowes wisata Darma, yang dibuka secara resmi oleh staf ahli  Menteri Bidang Ekonomi dan Kawasan Pariwisata Kementerian Pariwisata Dr Anang Sutono MM CHE. Minggu 28/4/19.

Kegiatan diawali dengan Gowes bersama 6000 peserta, 138 club sepeda yang berasal dari 20 Kabupaten/ Kota se - Jawa Barat dan Jawa Tengah, mengelilingi objek wisata waduk darma sejauh 17 KM.

Usai acara Gowes, seluruh pengunjung diajak untuk menyaksikan pertunjukan festival seni angklung internasional yang diikuti oleh perwakilan dari Desa, Sekolah dan lima Negara antaralain, Spanyol, Pilifina, Madagaskar, Kazakhstan dan Lituania.

Sisi lain, terdapat keunikan yang dimiliki masyarakat sekitar wisata Waduk Darma, ritual adat yang disebut heleran, tayuban, mandi pusaka, syukuran hasil Bumi sampai ziarah kubur ke makam keramat.

Adalah Cucu Sudarajat, salah satu tokoh adat Desa Darma menjelaskan kepada ANTARA soal kebiasaan masyarakat adat dalam ritualnya yang dipercaya dapat menjaga keselamatan bagi penduduk sekitar.

"Ritual yang disebut heleran, tayuban, mandiin pusaka dan sebagainya, biasa di lakukan setiap bulan Jumadil Akhir," kata Cucu yang terlihat memakai pakaian adat khas Sunda lengkap dengan blankon dan cincin akik serta gelang kayunya.

Jadi, kata Cucu, terdapat banyak kebudayaan adat lainnya yang masih terjaga kelestariannya, terdapat juga adat bolewang, upacara adat mengusir hama tikus, dan upacara adat menjelang panen hasil bumi yang dikemas dalam acara yang diberi nama Babarit.

"Sejarahnya kenapa dilaksanakan di bulan Jumadil Akhir, karena bulan itu dipercaya sebagai bulan perpindahan urusan lahir ke urusan bathin," katanya.

Pewarta: Arief Amarudin

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019