Bogor, 20/6 (Antara) - Perusahaan penyedia kemasan dan teknologi "carton pack" SIG Combibloc mendorong masyarakat untuk menggunakan produk kemasan kotak yang telah memiliki sertifikasi Forest Stewardship Council (FSC) demi turut menjaga kelestarian alam.

"Dengan menggunakan produk yang memakai kemasan kotak bersertifikasi FSC itu sama artinya kita sudah mencintai alam dengan hal terkecil," kata Ronny Hendrawan, Regional Account Manager SIB Combibloc saat ditemui dalam acara gerakan Thanks ton Nature (TTN) yang dilaksanakan di Taman Wisata Alam Gunung Pancar, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis.

Ronny menyebutkan, kesadaran masyarakat untuk menggunakan produk kemasan kotak yang bersertifikat FSC akan mendorong perusahaan pengguna kemasan kotak untuk menggunakan kemasan kotak yang bersertifikat tersebut.

Dikatakanya, di Indonesia ada 30 perusahaan pengguna kemasan kotak namun sejauh ini yang memakai kemasan kotak bersertifikat FSC baru lima persen.

"Kesadaran masyarakat akan pentingnya mencintai alam dengan memiliki produk kemasan kotak bersertifikat FSC, diharapkan perusahaan-perusahaan tersebut akan termotivasi untuk menggunakan kemasan yang sudah bersertifikat," ujarnya.

Dijelaskannya, FSC merupakan non-goverment organization atau LSM internasional non profit yang saat ini berkedudukan di Jerman dan merupakan salah satu LSM lingkungan hidup di dunia.

Tujuan sertifikasi FSC adalah untuk memastikan semua hasil hutan seperti kemasan kotak yang digunakan dikelola secara bertanggungjawab.

"Kami memilih FSC karena dari skala internasional lebih kredibel dan diakui," ujarnya.

Ronny menyebutkan, sebagai perusahaan yang memproduksi kemasan kotak, mereka menggunakan bahan baku dari kayu pinus yang memiliki akar panjang yang terdapat di hutan Scandinavia.

Dalam satu tahun, SIG Combibloc menghasilkan hingga 1 miliar kemasan kotak atau yang berbahan dari kayu, diproduksi untuk lima perusahaan pangan dan minuman yang menjadi konsumen SIG.

Sementara itu, di Indonesia ada dua perusahaan besar yang memproduksi kemasan kotak dan keduanya telah mengantongi sertifikasi FSC.

Dalam satu tahun perusahan tersebut menghasilkan lebih dari 3 miliar kemasan kotak yang bila tidak pandai mengelolanya akan menjadikan Indonesia sebagai sarang sampah kemasan kotak.

Berangkat dari itu, SIG Combibloc mengurus sertifikasi FSC, dengan harapan mengurangi sampah kemasan di Indonesia sehingga mengkampanyekan cara membuang sampah kemasan dengan cara melipatnya sebelum dibuang ke tong sampah.

Untuk mengurus FSC cukup lama, hingga tiga tahun lamanya dan memerlukan biaya mahal hingga mencapai Rp13 miliar.

"Harga yang mahal untuk mendapatkan sertifikat ini, karena komitmen dan kesadaran kami untuk menjaga dan melestarikan hutan," katanya.

Di Eropa kesadaran penggunaan produk kemasan bersertifikat FSC sangat tinggi, sehingga banyak perusahaan yang mendorong produknya menggunakan kemasan yang sudah disertifikasi.

Sementara di Indonesia, kesadaran tersebut lanjut Ronny masih belum banyak, namun melalui sosialisasi yang dilakukan pihaknya dapat mendorong masyarakat sadar akan pentingnya menggunakan kemasan bersertifikasi.

"Dengan dimulai dari masyarakat yang cerdas memilih produk salah satunya kemasan kotak bersertifikat FSC, akan mendorong perusahaan-perusahaan penyedia bahan pangan dan minuman bisa menggunakan kemasan bersertifikat tersebut," ujarnya.

Ronny menambahkan, dari lima konsumennya, baru dua perusahaan yang memilih menggunakan kemasan kotak bersertifikasi FSC salah satunya Teh Kotak dari PT Ultra Jaya.

"SIG mendorong agar perusahaan yang menjadi konsumen kami ini bisa menggunakan kemasan kotak bersertifikat FSC untuk semua produknya, sehingga kita sama-sama menyelamatkan alam dengan cara yang sederhana," katanya.

Pewarta: Oleh Laily Rahmawati

Editor : Teguh Handoko


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2013