Bogor (ANTARA) - Gedung Balai Besar Rehabilitasi Vokasional Bina Daksa (BBRVBD) yang berlokasi di Jalan SKB, Keradenan, Cibinong, Bogor, terlihat begitu megah dibanding bangunan-bangunan lain di sekitarnya.

Bangunan di atas tanah seluas hampir lima hektar itu juga terlihat cukup apik, dengan ruangan-ruangan dan fasilitas yang terbilang sangat layak untuk sebuah tempat pelatihan keterampilan.

BBRVBD Cibinong dilengkapi dengan asrama dengan daya tampung 140 orang, ruang serba guna/sport hall, ruang makan, ruang perkantoran, laboratorium bahasa, perpustakakan, politik, ruang pelatihan berikut fasilitas praktek, dan sarana lainnya.

Namun yang terpenting lagi adalah  BBVBD dengan sarana dan prasarananya bukan sekedar menara gading dalam bidang sosial.

Di gedung ini tiap tahunnya ratusan penyandang disabilitas mendapat pelatihan keterampilan agar dapat bekerja dan mandiri, dapat bersaing dengan orang-orang lain dalam bidang usaha.

"Ttiap tahun sebanyak 120 penyandang disabiltas dilatih balai ini, tahun ini adalah angkatan yang ke-15," kata Kepala BBRVBD Cibinong, Tunggul Sianipar.

Dengan demikian, sejak berdiri 1995, sudah lebih dari 1.000 penyandang disbilitas, khusunya tuna daksa dan tuna rungu, yang mendapat bekal keterampilan dari balai pelatihan tersebut dan sudah dapat bekerja di sejumlah perusahaan, meskipun mereka punya kendala keterbatasan fisik.

"Kami memberi pelatihan keterampilan secara optimal, dengan lebih  banyak praktek daripada teori. Kami ini peserta didik kami benar-benar ahli  di bidangnya," kata Tunggul.

Bahkan peserta diarahkan juga untuk menjadi spesialis di bidang tertentu. Misalnya di bidang otomotif, peserta bisa mendalami pengetahuan mesin untuk satu merek mobil saja, dan benar-benar menjadi ahli untuk merek tersebut.

Menurut Tunggul, pelatihan selama satu tahun adalah waktu yang lebih dari cukup bagi peserta untuk menjadi terampil. Apalagi pendidikan  yang didapat adalah langsung praktek dan dilatih dengan instruktur-instruktur berpengalaman.

"Bahkan banyak anak didik kami yang produktivitas kerjanya lebih tinggi dibanding orang normal pada umumnya," katanya.

Selain itu para peserta selama pelatihan juga mendapat fasilitas asrama dan konsumsi, serta tidak dipungut biaya apapun, sehingga jika mereka memang serius maka mereka pun akan mendapat manfaat dari kesempatan belajar di balai ini.

       "Dalam kerjasama dengan perusahaan, kita ibarat membangun mur dan baut. Perusahaan yang membuat mur, dan kami bikin bautnya. Jadi ukurannya harus pas agar bisa masuk," kata Tunggul Sianipar, Kepala BBRVBD Cibinong.

 
BBRVBD Cibinong yang diresmikan tahun 1997 merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) bidang rehabilitasi vokasional bina daksa di Kementerrian Sosial RI. Balai Besar yang juga disebut sebagai National Vacational Rehabilitation Center (NVRC) ini terwujud atas kerjasama Pemerintah RI dengan Jepang (JICA).

Tujuannya adalah untuk mengembangkan dan meningkatkan sistem rehabilitasi vokasional di Indonesia agar para penyandang cacat (disabilitas) mampu bermasyarakat, mandiri dan memiliki pekerjaan.

Saat ini BBRVBD Cibinong mengajarkan enam bidang keterampilan, yakni keterampilan menjahit, komputer, disain grafis, elektronika, pekerjaan logam, dan otomotif.

Sementara baru penyandang tuna daksa dan tuna rungu yang mendapat  kesempatan pelatihan di BBRVBD Cibinong.

Perekrutan peserta dilakukan pengelola BBRVBD Cibinong di antaranya melalui panti-panti sosial dan dinas-dinas sosial tingkat provinsi dan kabupaten/kota.

Peserta juga harus memenuhi syarat seperti umur minimal 18 tahun dan maksimal 30 tahun, serta tidak memiliki cacat lainnya selain tuna daksa dan tuna rungu.

Dani Pramujito penyandang disabilitas yang pernah menjadi peserta didiik di BBRVBD Cibinong tahun 2009 mengakui bahwa ia merasakan manfaat selama mengikuti pelatihan selama satu tahun.

"Terutama karena disini banyak prakteknya, dan fasilitasnya cukup memadai," kata pria berusia 28 tahun tersebut.

Dani yang sekarang sudah menjadi Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Kemensos itu mengungkapkan bahwa semangat agar dapat mandiri mendorong dia dan rekan-rekannya sesama peserta pelatihan untuk memanfaatkan kesempatan di BBRVBD Cibinong dengan sebaik-baiknya..

Dani mengakui selama setahun tinggal di asrama bersama peserta lainnya, banyak pengalaman yang ia dapat, selain keterampilan dapat bidang disain grafis.

"Umumnya mereka tidak ingin diistimewakan, tapi mereka ingin menunjukkan bahwa mereka punya keahlian serta bisa mandiri dan bekerja," katanya.

Tapi, ungkapnya, ada juga peserta yang malas dan hanya ingin menikmati fasilitas dari panti ke panti.

"Jadi tergantung karakter dan semangat kita masing-masing juga. Pelatihan dan fasilitas yang ada sebenarnya sudah cukup memadai," kata Dani, yang mengalami penyakit polio sejak berusia satu tahun.
 
Sementara itu Tunggul mengatakan bahwa pembentukan karakter juga merupakan hal yang penting bagi para peserta pelatihan agar mereka bisa siap berkiprah di dunia usaha.
 
Perusahaan-perusaahan umumnya juga tidak mau rugi dalam perekrutkan tenaga kerja, katanya.

"Oleh sebab itulah disini kami selain memberi pelatihan keterampilan, juga ada pembinaan mental serta kegiatan lainnya seperti olahraga dan kesenian," katanya.

Tunggul yang baru satu tahun sebagai Kepala BBRVBD Cibinong tersebut mengatakan, ia juga sering keliling ke perusahaan-perusahaan yang bisa menjadi lapangan kerja bagi penyandang disabilitas berterampilan

"Saya sering keliling ke perusahaan-perusahaan, melihat apa kebutuhan mereka agar kami bisa menyesuaikannya dalam program pelatihan.  Ibaratnya dalam kerjasama dengna perusahaan, kita ibarat membangun mur dan baut. Perusahanan yang membaut mur, dan kami membuat baut. Jadi ukurannya harus pas agar bisa masuk," kata Tunggul.

Dengan program pelatihan yang sesuai dengan keinginan dunia usaha, maka akan mempermudah lulusan BBRVBD Cibinong untuk di terima kerja.

Tunggul mengungkapkan bahwa banyak perusahananan yang ingin merekrut tenaga kereja dari lulusan BBRVBD Cibinong karena umumnya mereka sudah siap kerja.

"Malah baru-baru ini ada sebuah perusahana percetakan yang memerlukan 200 tenaga kerja dari kami. Tapi kami belum bisa menyediakan sebanyak itu," katanya.

Tunggul juga mengemukakan wacana mengenai penambahan kapasitas BBRVBD Cibinong agar dapat menjawab tantangan dunia usaha.

Menurut dia, cukup memungkinkan jika program pelatihan satu tahun dipadatkan menjadi enam bulan, sehingga tiap tahun akan ada dua angkatan

"Namun sementara ini masih wacana, karena kami juga harus mempertimbangkan ketersediaan peralatan praktek, tempat, dan juga instrukturnya," katanya.

Keperluan penambahan kapasitas tersebut kemungkinan akan sangat terasa jika makin banyak perusahanan yang menyadari mengenai Undang Undang Nomor 4 Tahun 1997 Tentang Penyandang Catat.

Dalam Pasal 14 UU tersebut tertulis: ”Perusahaan negara dan swasta memberikan kesempatan dan perlakuan yang sama kepada penyandang cacat dengan mempekerjakan penyandang cacat di perusahaannya sesuai dengan jenis dan derajat kecacatan, pendidikan, dan kemampuannya, yang jumlahnya disesuaikan dengan jumlah karyawan dan/atau kualifikasi perusahaan.”

Pada penjelasan pasal tersebut juga disebutkan: ”Perusahaan harus mempekerjakan sekurang-kurangnya 1 (satu) orang penyandang cacat yang memenuhi persyaratan dan kualifikasi pekerjaan yang bersangkutan, untuk setiap 100 (seratus) orang karyawan.
Perusahaan yang menggunakan teknologi tinggi harus mempekerjakan sekurang-kurangnya 1 (satu) orang penyandang cacat yang memenuhi persyaratan dan kualifikasi pekerjaan yang bersangkutan walaupun jumlah karyawannya kurang dari 100 (seratus) orang.”

Namun sayangnya banyak perusahaan yang belum mengetahui atau belum melaksanakaan amanat Undang Undang tersebut.

Oleh sebab itulah, kata Tunggul, pihaknya terus melakukan sosialisasi mengenai UU tersebut agar semua pengusaha memahami dan melaksanakannya sehingga penyandang disabilitas dapat meningkatkan kesejahteraannya.

Dan yang juga penting adalah para pelaku usaha makin banyak yang tahu mengenai BBRVD Cibinong sebagai jawaban bagi kebutuhan tenaga terampil.

Pewarta:

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2011