Sukabumi (ANTARA News Megapolitan) - Sejumlah relawan Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah(Sulteng) diberikan pembekalan dalam untuk pengendalian kejadian luar biasa (KLB) seperti demam berdarah dengue (DBD).
"Pada saat terjadi bencana efek sampingnya adalah masyarakat akan banyak di pengungsian sehingga akan ada permasalahan kesehatan seperti sanitasi yang belum maksimal. Sehingga relawan PMI yang diterjunkan untuk membantu korban bencana di Sigi ini minimlanya bisa memberikan penyuluhan cara hidup bersih dan sehat," kata Pendamping Promosi Kesehatan Bidang Pelayanan Kesehatan PMI, Meri Anggraeni melalui sambungan telepon, Selasa
Menurut dia, promosi kesehatan yang diberikan relawan PMI tersebut cukup penting agar para korban bisa lebih mandiri dan menambah ketahanan dirinya untuk mencegah penyakit pascabencana.
Namun demikian, pihaknya hingga saat ini belum menemukan adanya KLB penyakit di lokasi-lokasi yang terdampak bencana di Sigi. Tetapi pembekalan pengendalian KLB terhadap relawan perlu dilakukan agar bisa ikut membantu jika terjadi status tersebut.
Minimalnya jika sudah ada tanda sesuatu, relawan harus segera turun tangan untuk melakukan pencegahan seperti di Parigi? Moutong dan Sigi sudah ada yang sakit 48 orang yang terkena DBD sehingga perlu ada intervensi untuk melakukan pencegahan.
"Kami saat ini sedang membentuk kader promosi kesehatan di tingkat masyarakat, sehingga warga minimalnya bisa mengetahui gejala atau pengurangan resiko dari penyakit tersebut. Relawan pun harus aktif agar sosialisasi yang diberikan kepada masyarakat bisa disosialisasikan kembali oleh warga," ujar Meri.
Dia mengatakan, dirinya sengaja ditugaskan untuk memberikan pembekalan pengendalian KLB ini tidak hanya kepada relawan PMI saja tetapi juga berasal dari komunitas lokal masyarakat di Sigi.
"Harus diakui saat ini kader yang sudah mendapatkan pembekalan tersebut masih kurang meskipun sudah ada 20 orang. Tetapi minimal pendekatan sudah dilakukan daripada belum sama sekali," kata Meri.
Pembekalan tersebut dititik beratkan kepada kader adalah pencegahan. Pihaknya juga sudah memberikan perangkat untuk mempemudah dalam menjalankan aksi pada saat gejala-gejala tersebut muncul.
"Mereka yang melakukan aksi diharapkan bisa melakukan sesuatu sesuai kapasitasnya. Kader pengendalian KLB ini berasal dari berbagai profesi seperti perawat dan lainnya," ujar Meri.
Editor berita: Alex Sariwating
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019
"Pada saat terjadi bencana efek sampingnya adalah masyarakat akan banyak di pengungsian sehingga akan ada permasalahan kesehatan seperti sanitasi yang belum maksimal. Sehingga relawan PMI yang diterjunkan untuk membantu korban bencana di Sigi ini minimlanya bisa memberikan penyuluhan cara hidup bersih dan sehat," kata Pendamping Promosi Kesehatan Bidang Pelayanan Kesehatan PMI, Meri Anggraeni melalui sambungan telepon, Selasa
Menurut dia, promosi kesehatan yang diberikan relawan PMI tersebut cukup penting agar para korban bisa lebih mandiri dan menambah ketahanan dirinya untuk mencegah penyakit pascabencana.
Namun demikian, pihaknya hingga saat ini belum menemukan adanya KLB penyakit di lokasi-lokasi yang terdampak bencana di Sigi. Tetapi pembekalan pengendalian KLB terhadap relawan perlu dilakukan agar bisa ikut membantu jika terjadi status tersebut.
Minimalnya jika sudah ada tanda sesuatu, relawan harus segera turun tangan untuk melakukan pencegahan seperti di Parigi? Moutong dan Sigi sudah ada yang sakit 48 orang yang terkena DBD sehingga perlu ada intervensi untuk melakukan pencegahan.
"Kami saat ini sedang membentuk kader promosi kesehatan di tingkat masyarakat, sehingga warga minimalnya bisa mengetahui gejala atau pengurangan resiko dari penyakit tersebut. Relawan pun harus aktif agar sosialisasi yang diberikan kepada masyarakat bisa disosialisasikan kembali oleh warga," ujar Meri.
Dia mengatakan, dirinya sengaja ditugaskan untuk memberikan pembekalan pengendalian KLB ini tidak hanya kepada relawan PMI saja tetapi juga berasal dari komunitas lokal masyarakat di Sigi.
"Harus diakui saat ini kader yang sudah mendapatkan pembekalan tersebut masih kurang meskipun sudah ada 20 orang. Tetapi minimal pendekatan sudah dilakukan daripada belum sama sekali," kata Meri.
Pembekalan tersebut dititik beratkan kepada kader adalah pencegahan. Pihaknya juga sudah memberikan perangkat untuk mempemudah dalam menjalankan aksi pada saat gejala-gejala tersebut muncul.
"Mereka yang melakukan aksi diharapkan bisa melakukan sesuatu sesuai kapasitasnya. Kader pengendalian KLB ini berasal dari berbagai profesi seperti perawat dan lainnya," ujar Meri.
Editor berita: Alex Sariwating
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019