Bogor, 30/5 (Antara) - Dinas Kesehatan Kota Bogor sosialisasikan bahaya merokok kepada para pelajar dan guru dalam seminar kesehatan memperingati Hari Tanpa Tembako Sedunia (HTTS) yang digelar setiap 31 Mei.

"Ada 4.000 komponen yang membahayakan kesehatan manusia, diantaranya rokok mengandung karbon monoksida, bahan pembuat korek api, dan nikotin," kara dr Marthino Robinso, salah satu pembicara dari Dinas Kesehatan Kota Bogor, dalam seminar kesehatan bagi siswa dan guru di Ruang Rapat I Balai Kota Bogor, Kamis.

Marthino mengatakan, nikotin yang ada para rokok bersifat adiktif atau menyebabkan kecanduan yang bila digunakan terus menerus akan merusak otak manusia.

Ancaman bahaya merokok, lanjut Marthino, tidak hanya dialami oleh kaum pria yang lebih banyak merokok, tapi juga kaum perempuan yang kini jumlah perokoknya cukup banyak.

Merokok bagi perempuan, akan mengalami keguguran saat hamil, kemandulan, kematian bayi karena terekspose terus dengan rokok.

"Jikapun anaknya lahir bayi juga tidak sehat. Jadi kita menyiksa bayi yang ada dalam kandungan, dengan merokok kita menciptakan generasi penerus yang tidak sehat," katanya.

Dijelaskannya, cara kerja nikotin pada rokok bila dihirup 7-8 detik, nikotin bisa menyerap di otaknya yang akan melumpuhkan fungsi otak secara lambat laun.

Ia mengatakan, ancaman merokok tidak hanya ada bagi perokok aktif tapi juga perokok pasif yakni orang yang terpapar asap rokok dari perokok aktif.

"Ancaman bagi perokok pasif lebih berbahaya dari perokok aktif, karena ia menghisap langsung (tidak dibuang) menghisap asap rokok dari orang yang merokok," ujarnya.

Marthino mengatakan, dari ancaman bahaya merokok tersebut diperlukan kawasan tanpa rokok untuk melindungi perokok pasif dari racun rokok.

Kepala Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat, Dinas Kesehatan Kota Bogor, Naniek Widayani mengatakan, seminar kesehatan remaja dengan tema "Remaja Kota Bogor sehat, cerdas dan kreatif tanpa rokok" diikuti oleh sekitar 100 peserta dari sejumlah sekolah SLTP dan SLTA di Kota Bogor.

"Tujuan seminar ini untuk meningkat jumlah sekolah yang menerapkan kawasan KTR sesuai Perda nomor 12 tahun 2009, sekaligus meningkatnya pengetahuan dan pemahaman remaja tentang bahaya rokok bagi kesehatan serta dampak terhadap perilaku remaja menyimpang lainnya," ujarnya.

Naniek menjelaskan, target dari kegiatan tersebut adalah menurunnya jumlah perokok aktif, pemula di kalangan pelajar, meningkatnya jumlah sekolah yang mensosialisasikan bahaya merokok dan penerapan KTR.

Diungkapkannya, pelaksanaan KTR menghadapi tantangan dan kendala yang tidak mudah dan sederhana dalam pelaksanaannya, tantangannya diantaranya industri rokok yang menggunakan banyak cara dan pada saat yang sama, industri rokok coba mengakses banyak kalangan untuk mematahkan kawasan tanpa rokok.

Dalam catatan BPOM, lanjut dia, seluruh iklan rokok telah mencapai Rp1,6 triliun per tahun dan tahun 2006 ada sekitar 14.249 iklan rokok tersebar di media elektronik.

Melalui iklan rokok inilah, kata dia, memunculkan pemahaman di kalangan remaja bahwa merokok bukan perilaku berisiko seperti halnya narkoba, minuman keras dan seks bebas.

"Perlu ada langkah-langkah yang lebih kuat, lebih terarah, dan lebih konsisten yang dapat dilakukan untuk memperkuat langkah-langkah selama ini," ujarnya.

Sementara itu, salah satu pelajar MAN 2 Kota Bogor yang hadir dalam seminar mengaku pernah menjadi perokok aktif sejak umur 17 tahun.

"Awalnya dari liat teman-teman, katanya kalau tidak merokok tidak keren. Sejak saat itu coba-coba, akhirnya ketagihan. Tapi setelah tahu rasanya dan bahayanya, lama-lama takut juga hingga akhirnya berniat untuk berhenti," ujarnya.



Laily R


Pewarta:

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2013