Bogor (Antaranews Megapolitan) - Badan Karantina Pertanian (Barantan) Kementerian Pertanian meluncurkan program Agro Gemilang merupakan gerakan untuk mendorong generasi milenial pertanian masuki pasar ekspor. 

"Mulai hari ini (Selasa-red) kami meluncurkan Agro Gemilang yakni gerakan Ayo Galakan Ekspor Generasi Milenial Bangsa," kata Kepala Barantan, Banun Harpini dalam kegiatan Rapat Kerja Nasional Tahun 2019 di Sentul, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa. 

Banun menyebutkan, Agro Gemilang ini dilaksanakan serentak oleh Unit Pelaksana Tekni Karantina Pertanian yang ada di seluruh Indonesia. 

Program Agro Gemilang lanjutnya, bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemuda tani beroritenasi ekspor dalam pemenuha persyaratan Sanitary and Phytosanitary (SPS) yang dilaksanakan serentak seluruh Indonesia. 

Gerakan ini menargetkan 750 orang pemuda tani pada bulan Februari, dan berlanjut sampai akhir ditargetkan sebanyak 5.000 orang. 

Peserta program ini adalah eksportir, dan rumah kemasan (packing house) komoditas pertanian, kelompok tani, pelaku tani, asosiasi komoditas pertanian, dan mahasiswa fakultas pertanian. 

"Fokus ekspornya yakni produk hewan dan tumbuhan sayuran," katanya. 

Produk ekspor tersebut yakni komoditas sarang burung walet, di sentra walet dan produksi tumbuhan berupa sayuran di Bandung, bunga potong di Garut, tanaman hias di Sukabumi, manggis di Subang, Tasikmalaya, Denpasar, dan Banyuwangi. 

Selain itu juga dilakukan pendampingan bagi komoditas ekspor rempah dan kayumanis di Provinsi Sumatera Barat, serta kopi di Malang dan beberapa wilayah di Provinsi Sumatera Utara. 

Menurut Banun, dalam upaya akselerasi ekspor komoditas pertanian, Barantan berupaya meningkatkan peran serta seluruh stakeholders untuk berperan aktif dalam pemenuhan persyaratan ekspor negara mitra dagang. 

"Pemuda tani adalah salah satu stakeholders strategis dalam perdagangan global," katanya. 

Ia mengatakan, petani muda yang memiliki potensi dalam penguasaan teknologi informasi akan dibekali oleh Barantan dengan pengentahuan ketentuan SPS yang merupakan instrumen dagang produk pertanian di mancanegara. 

Perdagangan internasional saat ini, lanjut Banun, memacu antar negara untuk meningkatkan potensi nasional masing-masing dalam memenangkan persaingan global. 

Salah satu regulasi dalam persaingan global yang digunakan sebagai non tarif barier adalah SPS. Persetujuan SPS merupakan persetujuan yang mengatur kebijakan yang terkait erat dengan perlindungan kesehatan makanan (food safety) hewan dan tumbuhan. 

Berdasarkan data dari Pusat Kepatuhan, Kerjasama dan Informasi Perkarantinaan, Baranatan tercatat hasil ekrja ekspor pada tahun 2018 komoditas pertanian lewat perjanjian SPS diantaranya Indonesi dengan Australia melalui CEPA senilai 667,8 juta dollar AS.

"Komoditasnya cokelat, manggis salak, dan kopi," katanya.

Perjanjian antara Indonesia dengan Chilie melalui CEPA senilai 143,8 juta dollar AS, untuk komoditas CPO dan Jagung.

Untuk di ASIAN Hongkong, China melalui FTA senila 3 miliar dolar AS dengan komoditas tepung kelapa, mangga, sarang burung walet, madu, cokelat, teh dan kopi. 

Sedangkan Indonesia dengan EFTA CEPA senilai 1,2 miliar dolar AS, komoditas rempah-rempah, kakao, teh, kopi, dan produk kayu. 

"Dengan Agro Gemilang diharapkan mampu memberikan kontribusi pada peningkatan capaian di akhir tahun 2019 dengan total ekspor komoditas pertanian senilai Rp499,37 triliun di 2018," kata Banun.

Pewarta: Laily Rahmawaty

Editor : Feru Lantara


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019